CELINE - 08*

72 8 0
                                    

|
|
|
|
|

"Tentu." Mike melipat kedua tangannya. "Itu berarti kita seharusnya bicara lebih santai."

"Apa itu penting?"

"Ya. Kita jadi terlihat sangat kaku menggunakan anda-saya saat mengobrol. Bukankah lebih baik menggunakan panggilan nama agar terlihat dekat?" Cetus Mike tanpa diduga. Astaga, mulutku.

"Jadi, anda ingin lebih dekat dengan saya?" Nada bicara Celine melunak, senyum tipis muncul di bibirnya.

"Maksud saya, tidak secara resmi hanya saat berdua atau di luar rumah sakit. Saya ingin menjadi teman anda, bukan seseorang yang bekerja untuk anda atau orang yang dijodohkan. Hanya teman, seperti yang lain."

"Anda menyukai saya?" Tanya Celine tepat sasaran yang membuat Mike salah tingkah.

"Bukan begitu maksud saya." Tapi, kalau anda peka saya bersyukur.

"Tenang saja, saya paham maksud anda. Hanya saja sedikit orang yang ingin bersikap santai dengan saya karena hanya ingin menjadi teman."

"Benarkah? Saya lihat anda punya banyak teman di televisi." Ucap Mike dengan polosnya.

"Anda benar-benar lucu. Anda mempercayainya? Saya tidak benar-benar punya teman selain asisten dan manajer saya. Mereka hanya kenalan yang pura-pura mengenal saya karena ingin memanfaatkan saya." Celine menatap langit-langit kamarnya.

"Kalau begitu bukan anda yang salah, tapi mereka. Teman itu tidak hanya untuk mempermudah keberhasilan mereka, tapi selalu ada saat sedih maupun senang."

"Bukankah itu menyedihkan? Sekali lagi anda melihat sisi saya yang seperti ini." Celine tersenyum getir.

"Celine." Panggil Mike tiba-tiba. "Itulah gunanya teman, kau bisa berpura-pura bahagia di depan orang lain. Tapi, kau bebas bersedih dan berkeluh kesah pada temanmu." Mike merubah panggilannya dan bersikap tenang. Celine terkesan dengan karisma yang dipancarkan Mike untuk menenangkannya. "Karena aku sudah melihat sisimu yang ini, dan aku siap melihatnya lagi. Apa aku boleh jadi temanmu?" Celine menggelengkan kepalanya tidak percaya. Pria ini serius dengan ucapannya. Menarik sekali.

"Kuharap kau bisa menjaga rahasia, Mike."

"Aku akan melakukannya, aku sudah disogok dengan teh kan?" Goda Mike yang membuat Celine tersenyum. Mike menjulurkan tangannya, kembali membuat Celine bingung. "Kita harus sepakat, untuk menjadi teman. Kau pebisnis bukan, jadi anggap saja ini kontrak kita."

Celine menerima uluran itu, "Kontrak disetujui. Jadi, apa aku bisa menyogok dokterku?"

"Kau, ini suka sekali ya menyogokku. Padalahal belum 5 menit kita berteman."

"Tidak masalah, akan kukirimkan satu truk teh, ah tidak... kalau perlu kubeli satu petak kebun teh untukmu. Bagaimana mau mengabulkannya?"

Mike tersenyum, "Terlalu banyak minum teh itu tidak baik. Tapi, kuterima niat baikmu. Kau mau apa?"

"Aku ingin pulang. Tolong ijinkan aku pulang, aku tidak bisa tinggal lama di rumah sakit. Aku janji akan menjaga diriku, tenang saja."

"Baik, kau bisa pulang hari ini. Sebelum itu, berikan nomor ponselmu. Aku tidak mau pasien yang kutangani terlewat dari pengawasanku." Mike mengambil ponsel di sakunya.

"Pak dokter kau bersikap baik pada semua pasienmu, atau padaku saja?" Tanya Celine penasaran.

"Entah, kenapa kau tidak mencoba bertanya itu nanti."

Tanpa sadar Celine kembali tersenyum. Mike yang melihatnya merasa senang, suasana hati Celine sedikit membaik daripada tadi. Meskipun Mike tidak tahu apa masalahnya, tapi ia yakin pasti itu sangat menganggu hingga Celine bersikap dingin padanya.

broken PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang