⚠️⚠️⚠️
|
|
|
|
|\Kirim lokasimu sekarang.\
Celine menggantungkan ibu jarinya di udara setelah membuka pesan yang dikirim Jason. Otaknya menimbang-nimbang haruskah dia memberitahu Jason atau tidak.
\Kuhitung sampai 5\
\1\
\2\
\3\
Celine menatap layar ponselnya gamang, saat sebuah pesan kembali masuk.
\Kau mengabaikanku?\
Tanpa sadar Celine menggeleng kepala, bukannya mengetik jawabannya. Tidak lama ponselnya berdering dengan nama Jason terpampang di atasnya. Mau tidak mau Celine harus mengangkatnya, bukan?
“Halo.”
[Kau dimana? Rumah? Kantor? Griya Hamilton?]
“Jaz...”
[Celine jawab pertanyaanku.]
“Aku tidak akan memberitahu, kau sedang marah. Aku tidak ingin kita bertengkar saat bertemu nanti.”
[Kau ingin aku semakin marah?]
“Jason.. Masalah ini tidak seserius yang kau kira. Akan kujelaskan setelah Artyo mengurusnya, mari bertemu dengan kepala dingin.”
Celine memutuskan panggilan itu lebih dulu tanpa menunggu balasan dari Jason. Dia tidak ingin hubungannya memburuk, tapi bertemu dengan Jason yang sedang marah bukan hal yang bagus juga. Apalagi saat ini dia sedang diamati banyak mata, tidak mungkin membiarkan Jason ikut ke dalam permasalahannya.
“Siapa yang baru saja menelponmu?” Tanya Zari yang masuk dengan lesu. Energinya terkuras habis menghadapi rentetan panggilan dari banyak reporter. Dia menjatuhkan diri di atas sofa Celine dan membiarkan tablet yang dibawanya jatuh di atas karpet bludru.
“Jason.”
Dengan tubuh telungkup Zari menoleh pada Celine, “Dia marah?” Celine mengangguk. “Dia mau kemari?”
“Aku tidak memberitahunya.”
“Dia pasti semakin marah.” Ujar Zari yang disetujui Celine dalam hati.
Di tengah kemelut pikirannya, Celine mendapat telepon lagi. Kali ini, dari Mike. Dia mengangkatnya tanpa berpikir panjang.
“Halo, Mike.”
[Halo, Celine. Aku sudah melihat beritanya. Apa itu benar?]
Celine memijat keningnya pelan. “Tentu saja tidak. Itu ulah kakekku, aku masih menyelesaikannya sekarang.”
[Kau baik?]
“Iya, aku baik-baik saja. Aku di rumah, kurasa hanya ini tempat teraman saat ini.” Terang Celine tanpa diminta.
[Kau tidak sendirian kan?]
Sebuah senyum tipis terbentuk di wajah Celine, entah kenapa dia bisa membayangkan bagaimana ekspresi khawatir Mike saat ini. Meskipun dia berusaha menutupinya dengan berbicara dengan lembut, tapi Celine yakin pria itu pensaran setengah mati tentang keadaannya.
“Tidak, ada Artyo dan Zari disini. Ah, ada Madam Dhita juga. Jadi, semua aman terkendali pak dokter.”
[Baguslah kalau begitu, jangan sampai hal ini membuatmu stres. Hindari membaca komentar, biarkan masalah ini selesai sendiri. Jaga dirimu.]
“Tentu, terima kasih sudah menanyakan kabarku.”
[Sama-sama]
“Biar kutebak.. dari intonasi lembut dan penjelasan yang kau berikan padanya. Yang baru saja menelponmu itu, Dokter Mike?” Terka Zari yang disahut Celine dengan dehaman. “Astaga... benar kan. Kenapa kau sangat berbeda? Maksudku, dengan Jason kau selalu menggebu-gebu. Tapi, dengan dokter Mike kau tenang sekali.”
KAMU SEDANG MEMBACA
broken PRINCESS
RomanceCeline James memiliki segalanya selain satu hal... Kebahagiaan. Sosok putri kerajaan terlihat begitu indah dari luar, namun siapa sangka jika di dalam diri Celine tidak tersisa apapun selain... Kehampaan. Bagaikan porselen kaca yang berkilau, Celine...