CELINE - 26

39 3 0
                                    

|
|
|
|
|

Hampir saja Celine meloloskan gelas Iced tea yang dibawanya ke atas lantai jika, Artyo tidak segera meraihnya. Dengan hela napas berat, Celine menatap tembok di depannya dengan kesal. Dia melirik Brian yang tersenyum kaku, lalu beralih menatap Jason yang masih duduk dengan santai.

“Kau suka iced tea nya? Cafe perusahaanku memang terbaik asal kau tahu.” Ucap Jason tanpa beban.

“Kau-.”

“Ya, aku? Ada apa?”

“Apa yang kau lakukan disini? Seharusnya aku bertemu Kak Keenan untuk membahas kontrak kerja.” Ucap Celine setengah menggebu.

“Kontak kerja ya, tentu. Brian berikan padanya, Cloe harus meninjau berkasnya sebelum menandatanganinya. Duduklah... Artyo ayo duduk dulu, tidak mungkin kau membaca kontrak sambil berdiri kan?”

Dengan telaten Artyo menarik kursi untuk Celine dan membiarkan gadis itu duduk di sebelahnya. Kedua tangannya membuka satu persatu kontrak kerja yang diberikan Brian dan membacanya dengan teliti. Celine juga melakukan hal yang serupa meskipun dengan perasaan kesal.

“Saya rasa kontraknya sudah sesuai nona.” Artyo menoleh pada Celine. “Jika, boleh tahu apakah penanggung jawab proyek ini sudah berubah?”

“Mulai sekarang, semua proyek mengenai konstruksi akan berada dibawah pimpinan direktur Jason. Kurasa hal ini belum terdengar luas.” Jawab Brian yang menggundang tanya Celine.

“Maksudmu sekarang orang itu akan bekerja?” Brian mengangguk. “Di kantor?” Sekali lagi Brian mengangguk.

“Yang kau maksud orang itu bukan aku kan?” Ucap Jason yang mengundang lirikan tajam Celine. “Dengar ya Nona Celine, kau mungkin mengenalku sebagai seseorang yang suka bersenang-senang, tapi aku lulusan universitas ternama. Aku tidak sepayah itu.”

“Aku tidak penasaran sama sekali, tapi terima kasih atas TMI nya.” Celine menatap Brian. “Dimana aku harus tanda tangan, aku sangat sibuk jadi tidak punya banyak waktu untuk basa-basi mengenang masa lalu seseorang.”

Artyo menyerahkan sebuah pen pada Celine, lalu gadis itu menandatangani kontrak itu tanpa banyak bicara. “Sudah semua nona.” Tutur Artyo.

“Semua beres kalau begitu, mohon bantuannya pak direktur. Saya permisi.” Pamit Celine yang langsung diancam Jason.

“Bergerak satu langkah saja dari sana, kau akan tahu akibatnya, Cloe.” Senyum miring terpasang di wajah Jason saat melihat tubuh Celine mematung tidak bergerak. “Kalian berdua, bisa tinggalkan ruangan ini dan pastikan jangan ada yang masuk sampai kuizinkan.”

Mendengarnya, Brian segera melarikan diri tanpa pikir panjang. Sedangkan, Artyo yang masih sedikit ragu, harus pergi karena gestur tangan Jason yang mengusirnya.

“Saya akan tunggu di luar nona.”

Celine tidak membalas Artyo, gadis itu kembali mendudukan diri di kursi yang sebelumnya dan memangku tas tangannya. Ekspresi cemberut Celine mengundang kegemasan pada diri Jason.

“Kau semakin cantik jika seperti itu.” Celine diam. “Kau terlihat baik, apa hanya aku yang menahan rindu selama ini?”

“Bukan aku yang membuatmu melakukannya.” Balas Celine dengan cepat.

Jason tertawa pelan dan berpindah posisi dengan duduk di samping Celine. Pria itu memutar kursi Celine untuk menghadapnya, meletakkan kedua kaki Celine di antara kakinya. Menarik si gadis untuk semakin mendekat.

“Aku merindukanmu.” Ucap Jason pelan tepat di depan wajah Celine. “Tuan putri James kau tidak merindukanku?” Celine mengalihkan pandangan karena pipinya yang mulai memanas.

broken PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang