brruukkk
"Aran!." Teriak Chika kaget.
Aran tiba2 pingsan.
"Aran? Aran?." Panggil Chika sambil menepuk2 pipinya.
"Ah pakek acara pingsan lagi." Ucap Chika.
Ia berlari keluar bermaksud memanggil Shani, namun saat sudah diluar, ternyata mobil Shani, baru saja pergi dr rumah Aran. Akhirnya Chika memanggil pak Pardi.
"Pak.. Pak!!." Teriak Chika.
Pak Pardi yg mendengarnya pun langsung lari ke arah Chika.
"Kenapa mbak?." Tanya pak Pardi.
"Tolong pak, pak Aran pingsan. Bantuin bawa ke kamar bisa kan pak?." Tanya Chika.
"Astaga, bisa mbak bisa. Ayo." Jawab pak Pardi.
Chika dan pak Pardi masuk ke rumah.
Pak Pardi yg mengetahui bosnya pingsan, langsung mengangkat dan membawanya naik menuju kamar.Sedangakan Chika, ia sedang membuat teh hangat, dan mengambil minyak oles untuk Aran.
"Permisi pak, biar saya coba kasih bau2 minyak ini." Ucap Chika pada pak Pardi setelah sampai di kamar Aran.
"Iya mbak. Kalau gitu saya permisi ya mbak. Nanti kalau butuh apa2, mbak bisa panggil saya lagi." Pamit pak Pardi.
"Oh iya pak. Makasih pak." Balas Chika.
"Dasar. Udah tahu lagi sakit, malah main kejar2an. Turun tangga lagi. Pingsan kan." Gumam Chika sambil mengoleskan sedikit minyak oles pada area hidung Aran.
"Ni kalo gak sadar2 gue olesin hidungnya pakek cabe ya." Gumam Chika.
Tak berapa lama, Aran pun sadar.
"Akhirnya gak jadi ngambil cabe di dapur gue." ucap Chika.
"Eeuuhh, Chika?." Ucap Aran setelah mengatur pandangannya.
"Iya, gue." Jawab Chika.
"Shani mana?." Tanya Aran.
"Udah pulang dia." Jawab Chika singkat.
"Hah? Trus gue kenapa tiba2 bisa ada dikamar?." Tanya Aran bingung.
"Lo tadi pingsan. Gue minta tolong satpam lo tadi buat bawa lo kesini." Jelas Chika.
"Em Chik, gue harus ke tempat Shani sekarang. Gue harus ngomong sama dia." Aran berusaha bangun dr tempat tidurnya.
"Eh eh, enggak. Enak aja. Lo masih sakit, badan lo masih lemes. Mau pingsan 2x lo? Gak gak. Lo diem aja disini." Jawab Chika sambil memegang pundak Aran, sehingga posisi Aran sekarang menjadi duduk.
"Gak bisa, Chik. Nanti Shani semakin marah. Gue harus kesana sekarang." Aran tetap kekeh ingin menyusul Shani.
"Gak bisa, Ran. Lo masih sakit. Badan lo belum bisa buat kemana2 dulu." Cegah Chika.
Namun Aran tetap pada pendiriannya. Ia sudah berdiri, akan melangkah menuju pintu kamarnya.
"Ran. Berhenti gak?!." Ucap Chika sedikit berteriak.
"Apa sih, Chik? Lo itu gak ngerti apa yg gue rasain sekarang. Pokoknya gue harus ketemu Shani." Balas Aran.
"Astagaaa. Batu banget punya bos. Ya udah sono. Susulin calon istri lo." Ucap Chika kesal.
Dengan langkah yg masih lemah, Aran berjalan keluar kamarnya. Chika hanya mengikutinya dr belakang.
"Kenapa berhenti? Belum nyampek rumah bu Shani ini, masih jauh." Ucap Chika meledek, saat Aran berhenti ditengah2 tangga.