52

1.1K 117 51
                                    

"Mama.." Panggil mas Bian yg baru saja bangun.

"Mas Bian. Udah bangun. Langsung mandi aja, nak. Udah sore. Bangunin mas Abi juga." Ucap Aran cepat.

"Mama jahat.. Mama biarin opa pukul2, ayah. Ayah matanya sakit, ma dipukul opa." Ucap mas Bian tiba2.

"Eh, mas Bian. Gak boleh ngomong gitu. Mama gak jahat. Kemarin kan ayah udah bilang, ayah yg salah. Udah, sekarang mas Bian mandi aja ya? Ditemenin sama om Oniel tu." Ucap Aran.

"Niel." Aran memberikan kode pd Oniel yg langsung dimengerti.

"Shan, mama bawa adek keluar ya? Kayaknya kalian perlu ngobrol." Ucap mama Shani sambil meraih bayinya dr Aran.

Shani mengambil posisi duduk di kursi sebelah bangsal Aran.

Entah mengapa, air mata Shani masih saja mengalir. Walaupun sudah tak separah tadi.

"Aku udah minta tolong Aldo buat ke pengadilan. Maaf gk bisa datang." Ucap Aran membuka suara.

Shani memejamkan matanya. Rasanya ia tidak ingin mendengar apapun dr Aran sekarang.

"Soal Chika.." Aran menjeda ucapannya.

"Maaf kalau kamu harus denger dr orang lain. Aku bukan mau menyembunyikannya, aku hanya butuh waktu buat menceritakannya. Dan mungkin sekarang adalah waktunya." Ucap Aran.

"Semua yg terjadi bukan krn kemauan ku..............

Aran menceritakan yg sebenarnya pada Shani. Shani memejamkan matanya setiap mendengar kalimat yg Aran ucapkan. Sakit. Itu yg bisa Shani rasakan.

"Sekarang, aku benar2 gak akan memaksakan apapun, Shan. Papamu benar, apa yg sudah aku perbuat sangat menjijikkan, aku gak pantas buat kamu." Ucap Aran setelah menceritakan semuanya.

"Mungkin sekarang memang saat yg tepat buat kamu ninggalin aku. Aku udah gak bisa apa2, udah gak ada gunanya." Ucap Aran tersenyum tipis sambil menahan tangis.

Shani meraih tangan Aran dan menggenggamnya kuat. Ia menunduk menangis sejadi2nya.

Aran yg bisa merasakan bahwa Shani sedang menangis, ia mencoba mengalihkan suasana. Padahal Aran sendiri, sekuat tenaga menahan tangisnya.

"Adek bayi namanya siapa?." Tanya Aran.

Shani tidak menjawab.

"Tadinya aku mau ngasih namanya Zefanya. Dipanggil Anya. Lucu kayak anime yg selalu aku lihat bareng kamu itu." Ucap Aran.

"Tapi kayaknya kamu udah kasih nama lain ya? Gak pp. Pasti bagus nama dr kamu." Suara Aran mulai bergetar. Sepertinya sebentar lagi pertahanannya akan runtuh.

Ceklek

Terdengar suara pintu terbuka.
Mama Shani masuk bersama Adik bayinya.

"Shan, papa nelfon. Dia ke rumah sakit sekarang sama Christy." Ucap mama Shani.

Perlahan Aran melepaskan genggaman tangan Shani.

Shani yg merasakan tangannya terlepas, langsung menatap Aran.

"Ayo, Shan. Nanti keburu papa dateng." Ucap mama Shani setelah berada didekatnya.

"Ma.." Panggil Aran.

"Ma.. Boleh gak, aku cium dulu adek bayinya?." Tanya Aran.

"Boleh." Ucap mama Shani. Ia nampak tersenyum namun hatinya sedih, melihat kondisi Aran dan rumah tangganya.

Shani merasa sangat terpukul dengan kondisi Aran sekarang. Dia hanya diam sedari tadi krn dia tidak tahu harus melakukan apa. Ia benar2 merasa kacau.

"Shan.." Panggil mama Shani bermaksud mengajaknya segera pergi.

Lucu. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang