"Mas bian panas?." Shani terkejut mendengarnya. Ia langsung ke atas menuju kamar si kembar.
"Mas Abi sini aja. Makan sama kak Christy." Ucap Aran.
Mas Abi hanya menurut.
"Mbak Ani! Mbak!." Panggil Aran.
"Iya, pak." Ucap Mbak Ani saat sudah di dekat Aran.
"Nitip adek sebentar, saya mau ke atas. Temenin mereka makan sekalian." Ucap Aran.
Ia menyerahkan Anya pd Mbak Ani.
Setelah itu, Aran menyusul Shani ke atas.
"Gimana?." Tanya Aran di ambang pintu kamar si kembar yg tidak tertutup.
"Beneran panas, masih aku cek." Jawab Shani.
Aran masuk ke kamar, duduk di kursi dekat meja belajar.
Sedangkan Shani duduk di tepi kasur sebelah Mas Bian.
"Maa.. Dingiinn maa.." Rengek Mas Bian.
"Iya, sayang. Habis ini kita ke dokter ya." Ucap Shani sambil mengusap kepala Mas Bian.
"39°, mas." Ucap Shani setelah melihat hasil dr termometer.
"Kita langsung ke dokter aja." Ajak Shani.
Ia berusaha untuk menggendong mas Bian.
"Biar aku aja. Nanti kamu berat." Ucap Aran.
Ia menggendong Mas Bian turun untuk dibawa ke dokter.
Shani mengambil kunci mobil Aran di kamar.
"Mbak, titip rumah bentar ya. Sama titip anak2, saya mau ke dokter dulu." Ucap Shani.
Ia menyusul Aran yg sudah di depan.
Begitu sampai di halaman rumah, Shani segera membuka mobilnya.
"Kamu masuk dulu." Ucap Aran.
Setelah Shani duduk, Aran menempatkan Mas Bian di pangkuan Shani, didudukannya menghadap Shani ala koala. Mas Bian menyenderkan kepalanya didada Shani.
"Selimutin." Sambung Aran.
Setelah itu Aran menutup pintunya dan menuju kursi kemudi.
Ia segera menjalankan mobilnya.
Diperjalanan.
"Dingiinn maa.. Mas Bian diinggiiinn." Ucap Mas Bian. Ia sangat menggigil.
"Iya sayang, iya. Bentar lagi nyampek kok." Shani mengusap2 punggung mas Bian. Ia sempat mencium pucuk kepalanya.
"Ngasih hukuman anak gak kira2. Kalau udah kayak gini gimana? Udah puas kamu?." Ucap Shani tiba2.
Aran yg tadinya fokus dengan jalan, seketika langsung menoleh ke arah Shani yg duduk disampingnya.
Hanya sesaat, ia kembali fokus dengan jalan.
"Ya kan aku cuma mau ngasih dia pelajaran." Jawab Aran.
"Pelajaran apa? Bikin sakit kayak gini dibilang pelajaran." Ucap Shani.
Aran hanya diam.
"Ngasih hukuman tu yang wajar. Ya kalau yg dihukum seumur kamu gak pp, ini masih kelas 4 SD lo. Udah gitu Mas Bian paling gak bisa kalau lama2 kena dingin. Kamu lupa? Atau sengaja mau bikin anaknya sendiri sakit kayak gini." Ucap Shani sedikit meninggi.
"Ya enggak lah, sayang. Gak mungkin aku sengaja bikin kayak gini." Ucap Aran.
Shani hanya diam, tak mau menanggapi. Ia fokus dengan keadaan mas Bian sekarang.