"Arraann!!!."
"Sha Shani." Gumam Aran.
"Bu Shani.." Gumam Chika.
"Gila ya kamu!!." Ucap Shani hendak membuka pintu ruangan Aran untuk keluar.
"Shani! Shani tunggu." Dengan cepat Aran berlari ke arah Shani dan meraih tangannya sebelum keluar ruangan.
"Shani, dengerin aku dulu." Ucap Aran.
"Dengerin apa? Dengerin cerita kamu abis ciuman sama sekretaris baru mu itu?." Ucap Shani.
Karena posisi mereka yg berhadapan dan wajah Aran tertutup oleh wajah Chika, dr sudut pandang Shani, mereka terlihat seperti sedang berciuman.
"Ciuman? Siapa yg ciuman? Aku gak ciuman Shan." Jelas Aran masih menahan tangan Shani.
"Bohong. Trus tadi ngapain kalian kalau gak ciuman? Ini lagi, sok2 an sampai dipakein krim segala. Udah, lepasin!!." Shani berusaha melepaskan tangannya dr genggaman Aran. Namun tangan Aran lebih kuat untuk menahannya.
"Maaf Bu Shani. Pak Aran benar. Kita tidak sedang seperti yg ibu maksud, saya hanya membantu pak Aran mencukur kumisnya." Sahut Chika. Ia mulai tidak nyaman dengan situasi ini.
"Suruh sekretarismu itu keluar." Ucap Shani pd Aran.
"Em, Chik." Aran mengkode Chika agar meninggalkan ruangannya.
Chika yg paham dengan maksud Aran, segera meninggalkan ruangan tersebut. Saat melewati Shani, Chika sedikit membungkukkan badannya dan berkata maaf pd Shani.
"hhuuhh... Gila, kaget banget gue. Untung aja gue bisa nahan diri gue tadi." Ucap Chika saat sudah keluar dr ruangan Aran.
"Tumben pagi2 udah kesini?." Tanya Aran pada Shani.
"Kenapa? Ganggu ya? Kamu jd gak bisa enak2?." Jawab Shani. Ia berdecak kesal dan kembali ingin melangkahkan kakinya keluar dr ruangan Aran.
"Mau kemana sih? Aku belum jelasin apa2 lo ini." Aran kembali menahan tangan Shani.
Shani menatap Aran, matanya mulai berkaca kaca.
"Jahat kamu, Ran." Ucap Shani.
"Kita duduk dulu ya, aku jelasin." Ucap Aran menangkup kedua pipi Shani.
Shani menggelengkan kepalanya.
Aran menghela nafasnya.
"Shani, aku tadi gak lagi ciuman sama Chika. Aku cuma minta tolong sama Chika buat nyukur ni kumis sama brewok aku krn nanti siang, aku ada meeting sama client, aku gak sempat kalau harus ke salon." Jelas Aran manatap Shani.
Shani yg juga sedang menatap Aran, berusaha mencari kebohongan di mata Aran. Namun ternyata ia tidak menemukannya.
Shani menyentuh sisa busa yg masih ada dirahang Aran.
"Ini? Ini krim cukur. Kamu kira krim apa?." Ucap Aran.
Shani hanya diam.
"Ya udah, krn kamu ada disini, aku minta tolong sama kamu buat selesein ini." Aran menarik Shani ke arah dekat dengan jendela ruangan Aran agar sedikit lebih terang.
Shani hanya menurut. Aran memberikan pisau cukur pada Shani.
Shani sedikit gugup krn ia tidak pernah melakukan ini sebelumnya.
"Ayok, gak pp. Tinggal ngrapiin aja kok." Ucap Aran. Ia mengarahkan tangan Shani yg memegang pisau cukur ke bagian yg masih ada krimnya.
Perlahan Shani mulai melakukannya.