"Pak Pardi, nanti jam 1 jemput Bapak sama Ibu si stasiun ya. Trus nanti kalau ada ibu2 kesini namanya bu Ati, suruh langsung masuk aja, dia Art baru saya." Pesan Aran pd satpam rumahnya sebelum berangkat ke kantor.
"Mas Aran gak mau saya antar?." Tanya pak Pardi.
"Oh, gak usah pak, gak pp." Jawab Aran.
Aran berangkat ke kantornya, namun terlebih dahulu ia menjemput Shani.
"Kok agak ngilu buat nyetir, apa krn gue menolak untuk dijahit ya." Gumam Aran saat mengendarai mobilnya.
Sampai di apartemen Shani.
"Sayang, aku udah dibawah." Ucap Aran pada sambungan telfonnya.
Saat Shani udah turun, Shani langsung menghampiri mobil Aran dan masuk.
"Udah sarapan?." Tanya Aran mulai menjalankan mobilnya.
"Udah." Jawab Shani singkat.
Aran hanya mengangguk.
"Kamu lagi gak kenapa2 kan?." Tanya Shani heran. Ia merasa Aran mengendarai mobilnya sangat pelan.
"Gak pp kok? Kenapa?." Tanya Aran.
"Gak kok, ini tumben jalannya pelan." Jawab Shani.
"Iya tang.. Enggak maksudku iya ini aku agak cepetin." Aran hampir saja keceplosan.
Sampai dikantor Shani.
"Maaf tadi kalau jalannya lama. Semangat kerjanya, marahnya jangan lama2 ya." Ucap Aran saat Shani akan turun dr mobilnya.
"Hm." Shani hanya berdehem.
Sekitar 1 jam kemudian.
"Ck, kayaknya charger ku ketinggalan dimobil Aran deh." Gumam Shani saat berusaha mencari chargernya.
"Telfon aja deh, masih cukup ini baterainya." Ucap Shani dan mencoba menghubungi Aran.
Beberapa kali percobaan, Shani tidak berhasil menghubungi Aran. Telfonnya tersambung namun tidak diangkat.
"Kemana lagi ini orangnya. Coba telfon Oniel deh." Shani beralih menelfon Oniel.
"Hallo Niel.. Lagi sama Aran gak?." Tanya Shani.
"Hallo Shan. Enggak nih.
Kayaknya dia lagi sarapan dikantin,
soalnya tdi pas baru dateng dia
ngeluh lapar katanya." Ucap Oniel."Aran belum sarapan? Kenapa td gk bilang." Gumam Shani dalam hati.
"Kenapa Shan? Ada yg mau disampein?." Sambung Oniel.
"Oh, gak pp Niel. Td aku coba telfon dia tp gak diangkat. Mungkin dia gk denger." Ucap Shani.
"Oh kalau itu emang dia gak denger Shan, soalnya hpnya ditinggal diruangannya." Jawab Oniel.
"Oh, ya udah Niel. makasih ya." Shani mengakhiri telfonnya.
"Kenapa aku jd khawatir gini sama Aran? Apa aku udah kelewatan ya marahnya sama dia? Ya siapa suruh dia bohong. Tau ah, gk mau bete pagi2." Ucap Shani.
Hari itu berjalan normal. Walaupun Shani masih kuat dengan egonya, tp dia masih mau diantar jemput Aran.
Bahkan, Shani masih belum tau kalau lengan Aran terluka krn Aran menutupinya. Ini sengaja Aran lakukan krn ia tidak mau membuat Shani khawatir menjelang hari pernikahan mereka.
H-2 pernikahan Aran dan Shani.
"Dok, ini kenapa masih ngilu ya kalau buat gerak2 yg berlebihan atau buat angkat2 beban." Tanya Aran saat membersihkan lukanya diklinik.