"Fiony..." Ucap Aran.
"Iya, Fiony. Yg pernah kamu deketin tp aku gak mau." Ucap Fiony sambil tertawa.
"Oh, iya. Iya. Inget. Udah jd dokter aja sekarang." Ucap Aran.
"Iya. Em, istri kamu?." Tanya Fiony sambil menunjuk Shani.
Aran yg bermaksud akan mengiyakannya, meraih tangan Shani dan membawanya didekatnya.
"Iya, ini istri aku. Dan ini anak2 aku." Jawab Aran.
Shani mengulurkan tangannya dan diterima baik oleh Fiony.
"Cantik, Ran." Ucap Fiony.
"Iyalah." Jawab Aran bangga.
"Ya selera kamu emang gak pernah salah sih." Ucap Fiony.
"Oh, iya. Maaf ya mbak, td saya udah cium2 suaminya." Lanjut Fiony.
"Oh iya, gak pp. Asal gak keseringan aja." Jawab Shani sedikit kesal, namun ia masih berusaha menutupinya.
"Em, ini anak saya gak pp kan? Aman kan?." Tanya Aran.
"Aman kok. Untung aja cepat di bawa kesini untuk ditindak lanjuti. Jd gak sampai infeksi." Jawab Fiony.
"Makasih kalau gitu, Fio. Aku pamit dulu ya, kasihan anak2 kayaknya udah pd capek td seharian main dipantai." Ucap Aran.
"Iya, iya. Silahkan." Ucap Fiony.
"Ayok, sayang." Ajak Aran pd Shani.
"Eh, Ran!." Panggil Fiony.
"Iya, kenapa, Fio?." Tanya Aran.
"Kamu tinggal disini?." Tanya Fiony.
"Enggak kok. Ini lagi liburan aja. Kenapa?." Jawab Aran.
"Oh, kirain tinggal disini. Gak pp kok. Tanya aja. Em, Ran, boleh minta kontak yg bisa dihubungi? Siapa tahu butuh." Ucap Fiony yg mampu membuat Aran sedikit terkejut.
Ia langsung menoleh ke arah Shani.
"Boleh?." Tanya Aran pelan.
Shani menggeleng.
"Em, maaf, Fio. Lain kali aja ya." Ucap Aran.
"Gitu ya, iya deh gak pp, Ran. Kalau gitu semoga kapan2 kita ketemu lagi ya." Ucap Fiony.
"Iya. Permisi ya, Fio." Pamit Aran.
Mereka berjalan menuju mobil.
"Diem nih pasti abis ini. Sampek balik Jakarta nih bisa2." Batin Aran saat mereka memasuki mobil.
"Kenapa ya, mantan2mu tu demen banget nyium2 kamu? Gak sopan banget, udah mantan juga." Ucap Shani tiba2.
Nadanya terdengar seperti sedang kesal.
"Bukan mantan aku sayang." Jawab Aran.
"Tapi kamu pernah suka sama dia." Ucap Shani.
"Iya itu dulu. Itu juga ditolak kan, td dia udah bilang." Jawab Aran.
"Kalau dia gak nolak, kamu sama dia?." Tanya Shani dengan nada tidak suka.
Aran diam.
"Ya gak tahu." Ucap Aran lirih. Namun Shani masih bisa mendengarnya.
Shani mencubit paha Aran.
"Aaduuuhhh aduh sayang! Sakit!." Aran merasa sangat kesakitan.
Ia menaikkan celananya.
"Astagaaa.. Sayang, sampek merah lo. Lihat ada bekasnya lagi." Aran menunjukkannya pada Shani.
"Biarin." Ucap Shani.