33

1.4K 120 8
                                    

Shani mengikuti Aran ke balkon.
Ia duduk dikursi sebelah Aran.

"Biar aku bantu obatin." Ucap Shani

"Bisa?." Tanya Aran dingin.

Shani hanya mengangguk.

Aran mulai membiarkan Shani membersihkan dan mengobati lukanya. Mereka saling diam. Sampai akhirnya Aran mulai membuka suara.

"Kamu tu kalau lagi gk marah gini adem gitu di liatnya." Ucap Aran.

Shani melirik ke arah Aran sebentar, lalu kembali fokus dengan luka Aran.

"Ini kenapa?." Tanya Shani.

"Masih marah gak? Kalau masih marah, aku gak mau cerita." Jawab Aran.

Shani menghela nafasnya sebentar. Tak seharusnya ia marah dengan Aran sampai berhari2 gini. Ia menurunkan egonya.

"Iya." Jawab Shani.

"Iya apa?." Tanya Aran.

"Iya, udah gak marah." Jawab Shani.

Aran mulai menceritakan kejadian waktu itu pada Shani.

"Apa mereka orangnya Cio?." Tanya Shani setelah mendengar cerita Aran, sambil menyeleseikan perban dilengan Aran.

"Aku gak tau, aku sempat mau nanya ke mereka, tapi udah keburu diserang." Ucap Aran sambil menunjuk lukanya.

"Mulai sekarang kamu lebih hati2 ya kalau kemana2." Ucap Shani.

"Maaf udah cuekin kamu selama ini, aku gak akan batasin kamu lagi soal rokok. Asal kamu jangan lakuin itu dihadapan aku aja." Ucap Shani sedikit melemah.

Aran menatap Shani.

"Kamu yg harusnya hati2. Aku khawatir sama kamu sama Christy. Cio gak benar2 berhenti ganggu kita." Ucap Aran.

"Soal rokok, percaya sama aku, aku bisa berhenti kok. Cuma butuh waktu aja." Sambung Aran sambil mengusap tangan Shani.

"Maaf." Ucap Shani lagi.

"Udah, udah. Aku yg harusnya minta maaf krn gk ngasih tau kamu soal ini. Aku cuma gak mau ada yg mengganggu pikiran kamu menjelang acara pernikahan kita." Balas Aran.

"Ini kenapa gak dijahit aja?." Tanya Shani.

Aran hanya cengengesan.

...............

"Aduuhh... Ini tu sakit sayang." Ucap Aran sedikit berteriak sambil menyembunyikan wajahnya dipundak Shani.

"Apanya yg sakit? Orang belum diapa2in. Baru juga kena alkohol aja." Ucap Shani sedikit terkekeh.

"Tapi abis itu ntar disuntik, sakit. Kamu gak ngrasain sih." Ucap Aran.

Setelah mendengar alasan Aran tidak mau menjahit lukanya, Shani memaksa Aran untuk dibawa ke klinik agar lukanya bisa dijahit.

"Udah kamu diem. Kalo kamu teriak2 mulu makin lama ini nanti prosesnya." Ujar Shani.

"Diperban aja kenapa sih?." Ucap Aran ngeyel.

"Maaf pak, permisi ya, ini mau saya suntik didekat lukanya biar nanti pas dijahit gak terlalu berasa." Ucap dokter tersebut.

"Tuhkan! Udah lah gak usah dijahit2." Ucap Aran sambil mencoba turun dr bangsal.

"Eh eh eh, mau kemana? Duduk gak?!." Ucap Shani sedikit tegas.

"Sayang, sakit ini nanti, kamu tega liat aku kesakitan." Ucap Aran memelas.

"Udah duduk diem. Sini." Ucap Shani menarik tangan Aran agar duduk kembali.

Kali ini Aran tidak mau melawan, em lebih tepatnya tidak bisa melawan Shani krn ia sudah menatapnya tajam.

Lucu. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang