"Kenapa lagi sih, Ran? Berulah apa lo?." Ucap Oniel.
Ya, Aran meninggalkan rumahnya dan menelfon Oniel. Ia meminta Oniel untuk menjemputnya. Ia berencana menitipkan kopernya di rumah Oniel.
"Niel, gue pinjem motor lu ya? Gue mau ke rumah. Kalau gue gak balik2 sampek berhari2 dan lo butuh gue, lo cari aja gue dirumah. gue bakal di sana sampai Shani mau ketemu sama gue." Ucap Aran.
"Iya.. Trus ini lo mau ngapain?." Tanya Oniel.
Ia melihat Aran sedang mengotak atik laptopnya.
Aran terlihat sedang memutar video.
"Kayaknya Chika cerita sama Indah. Dan Shani tidak sengaja mendengarnya." Gumam Aran dalam hati.
Ia sedang melihat video cctv yg ia minta dr Aji.
Brraaakkk
Aran melempar hpnya.
"Ran, lo kenapa sih." Ucap Oniel kaget.
Bukannya menjawab, Aran justru keluar dr rumah Oniel dan menjalankan motor yg ia pinjam dr Oniel.
"Woy!! Ran!! Aran!!." Panggil Oniel namun Aran sudah menjauh.
Oniel kembali melihat video yg diputar Aran.
"Kok ada Indah? Gue harus tanya sama Indah." Gumam Oniel.
Aran sudah sampai dirumahnya, ia menitipkan sepeda motornya di pos satpam kompleknya.
"Pak Pardi Shani masih didalam kan?." Tanya Aran.
"Masih, mas. Tapi maaf, mas. Bu Shani td udah nglarang saya buat bukain pintu buat mas Aran." Ucap pak Pardi.
Aran sangat sedih mendengarnya. Sepertinya Shani benar2 membencinya sekarang.
"Ya udah, pak. Gak pp. Saya tunggu disini aja." Ucap Aran dengan senyum yg dipaksakan.
"Anak2 udah pulang, pak?." Tanya Aran mencoba ngobrol dengan pak Pardi.
"Udah, mas. Tadi saya yg jemput." Jawab Pak Pardi.
Sampai malam tiba, Aran tetap berada didepan rumah Shani.
Shani juga melihatnya dr jendela kamarnya.
"Pak Pardi, suruh mas Aran pulang, pak." Ucap Shani dalam telfonnya.
"Maaf, bu. Katanya mas Aran
mau disini aja sampai bu Shani
mau ketemu." Jawab Pak Pardi.Shani mematikan telfonnya.
"Kalau sampai besok mas Aran masih disana, bisa dihajar dia sama papa." Gumam Shani.
Ya, setelah Aran meninggalkan rumahnya siang itu, Shani menceritakan apa yg ia dengar kepada papa dan mamanya. Ia juga meminta papanya untuk menguruskan surat perceraiannya di Jakarta. Seketika itu, mereka langsung berangkat ke Jakarta.
"Mas! Mas Aran! Ini saya kasih bantal leher kalau mau tidur. Maaf mas, gak bisa ngasih masuk." Ucap Pak Pardi.
"Eh, gak pp, pak. Gak usah repot2. Pakai aja pak Pardi. Saya belum mau tidur." Ucap Aran.
Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam namum Aran masih belum mau tidur.
"Shan, kamu harus dengerin penjelasan aku. Aku yakin apa yg kamu dengar dr Chika dan Indah belum sepenuhnya." Gumam Aran sambil memandang jendela kamarnya yg terlihat sudah gelap. Mungkin Shani sudah tidur.
Aran duduk bersila menyandarkan punggungnya pada tembok pagar rumahnya.
Krn malam sudah semakin larut, Aran pun tertidur dengan posisi duduk.