Saat bibir mereka nyaris bersentuhan, Aran yg tersadar segera memalingkan wajahnya.
"Em.. Maaf." Aran memundurkan tubuhnya, menjauh dr tubuh Shani.
Namun bukannya menjauh, Shani justru menarik tengkuk Aran, dan mencium bibirnya.
Ia tidak melumatnya. Hanya mengecupnya namun sedikit lama.
Aran yg mendapatkan serangan tiba2 itu, hanya menatap mata Shani yg terpejam.
"Em, Shan. Maaf. Kita udah gak ada hubungan apa2." Aran kembali menjauhkan tubuh Shani.
"Mas Aran, aku tahu kamu gak melakukannya. Maafin aku. Kamu boleh hukum aku apa aja, benci aku sampai sejauh mana, silahkan, mas. Tapi tolong, 1 lagi kesempatan buat aku, kembali ke kita." Mohon Shani.
Aran melepas tangannya dr genggaman Shani.
"Aku udah maafin kamu, Shan. Tapi maaf, untuk menjadi kita, sebaiknya tidak lagi." Ucap Aran.
"Mas, aku sayang sama kamu, aku juga gak segampang itu buat ngambil keputusan. Kamu bilang mau ngasih bukti ke aku, selama itu juga aku nungguin bukti dr kamu mas, aku selalu berharap bahwa kamu bisa bawa bukti itu. Krn aku percaya sama kamu." Ucap Shani.
"Kalau kamu percaya sama aku, mau nungguin bukti dr aku, kenapa kamu ninggalin aku, Shan?." Tanya Aran.
Shani diam. Ia tidak tahu lagi harus menjawab apa.
"Udah ya, kamu pulang. Kasihan Christy, pasti nungguin kamu. Oh, sama minta tolong, temui anak2 sebentar. Mereka kangen sama kamu." Ucap Aran.
Ya, Shani belum sempat untuk menemui si kembar dan Anya tadi.
Hari itu Shani menemui Aran hingga menjelang malam. Dan akhirnya, ia mengalah dan memutuskan untuk pulang.
Malam itu Aran hanya ditemani Oniel, Aldo dan Feni kembali ke Jakarta. Sedangkan orang tua Aran, sedang dirumah. Ada Shani.
"Bapak udah gak bisa ngasih tahu Aran. Dia berhak atas rumah tangganya sendiri. Bapak gak mau ikut campur." Tutur Bapak.
Beliau sedang berada di ruang keluarga bersama Ibu dan Shani.
"Maafin Shani, pak. Sebenarnya Shani juga gak mau kalau harus kayak gini. Shani tahu, Shani salah. Dan sekarang baru terasa betapa sangat menyesalnya." Balas Shani.
"Kita tunggu Aran sembuh saja. Biar ngobrolnya juga lebih enak. Kamu yang sabar ya, nak. Doain aja semoga Aran cepat sembuh. Ibu cuma bisa dukung apapun itu, yg terbaik buat rumah tangga kalian." Tutur ibu.
Shani memeluk ibu mertuanya itu.
"Maaf.." Gumamnya lirih seraya menangis.
"Iya, gak pp. Udah, kamu tenangin dulu diri kamu. Nanti ibu kasih kabar kalau Aran sudah boleh pulang." Ucap Ibu sambil mengusap2 punggung Shani.
Setelah ngobrol dengan Bapak dan Ibu, Shani pamit untuk kembali ke hotel.
"Gak mau nginep sini aja, nak? Di kamar Aran gak pp kok. Nanti si kembar biar tidur di kamar sebelahnya." Ucap Ibu.
"Gak pp, bu? Baju ganti aku di hotel semua soalnya." Jawab Shani.
"Gak pp, nak. Gak pp. Baju kamu nanti biar diambil pak Slamet." Ucap Ibu.
Malam itu sekitar pukul setengah 8 malam, Bapak dan Ibu Aran ke rumah sakit, sedangkan Shani, dirumah menemani anak2.
Sekarang Shani sedang menggendong Anya menuju kamar Aran. Ada si kembar disana.
Saat Shani membuka pintu kamarnya, mas Bian sedang tiduran sambil membaca komik, dan mendengarkan musik dengan earphonenya, sedangkan mas Abi sedang bermain PS.