chapter 11

1K 111 42
                                    

Tangis Jimin semakin menjadi didalam pelukan Yoongi, sejujurnya memang itulah yg Jimin butuhkan.

Keperdulian dan rengkuhan hangat seseorang untuknya, dan kini ia mendapatkan nya.

Tangisan itu benar benar tidak terkontrol lagi, Jimin meluapkan semua emosinya melalui air mata yg mengalir tak terhentikan.

Mendengar tangisan Jimin yg kian pilu dan badan nya yg bergetar hebat membuat Yoongi semakin mengeratkan pelukan nya, lelaki itu semakin mengerti betapa rapuh nya Jimin selama ini.

"Hiks,, hiks,, Jimin capek,, Jimin lelah ,, kenapa takdir sejahat ini.?"

Dan selang beberapa detik, Jimin tersadar jika posisi nya sekarang berada dalam dekapan Yoongi.

"Lepas.!!" Dengan spontan Jimin mendorong tubuh Yoongi

"Jimin" lirihnya

"KAK, LO MAU APA LAGI SIH.?!! BELUM CUKUP LO BUAT GUE SAKIT HAH.?? DAN SEKARANG LO MELUK GUE SEENAKNYA, GUE PUNYA PERASAAN KAK GUE PUNYA HARGA DIRI, GUE BUKAN BARANG YG BISA LO PERLAKUKAN SEENAKNYA"

"GUE TAU,,, GUE TAU KALIMAT YO LO UCAPKAN HANYA SEBUAH KATA PENENANG TANPA BUKTI, GUE CUMA CAPEK KAK"

"Jimin,, tenang dulu ya.? Gue mohon jangan kayak gini"

"CUKUP KAK,, GUE CAPEK SAMA PERASAAN GUE YG TERUS LO SAKITI, GUE UDAH LELAH SAMA KEHIDUPAN DAN KESEDIHAN YG GUE ALAMI SELAMA INI, GUE UDAH GAK PERDULI SAMA PERASAAN GUE KE LO, SEKARANG GUE PASRAH, GUE UDAH GAK MAU KENAL LAGI SAMA YG NAMANYA CINTA, SEKARANG TERSERAH LO KAK, TERSERAH LO MAU APA DAN BAGAIMANA, GUE UDAH GAK PERDULI"

Setelah mengutarakan perasaan nya, Jimin pergi meninggalkan Yoongi yg masih terpaku di atas gedung sekolahan.

****

Jam menunjukkan pukul 06:45 sore, dan Jimin baru saja sampai di rumah nya, seragam putih abu abu pun masih melekat dibadan nya.

Mendorong pelan pintu rumah kemudian ia masuk, setelah sampai di dalam ia disambut dengan tatapan tajam dan raut wajah yg tidak bersahabat dari sang ayah.

"Dari mana kamu.?"

"Jimin capek pah, kalau papa cuma mau marah, nanti aja ya, Jimin mau istirahat, Jimin ngantuk, badan Jimin sakit"

Jimin menjawab seadanya, kemudian ia ingin melanjutkan langkahnya menuju kamar.

"SAYA BELUM SELESAI BICARA JIMIN DELIO"

Akhirnya Jimin mengehentikan langkahnya dan menoleh kearah sumber suara.

"Jimin udah bilang kalau Jimin capek pah" suaranya terdengar parau, sepertinya lelaki mungil itu benar benar lelah hari ini.

"Pah,, jimin mau is —"

Plakk...

Ucapan Jimin terhenti kala tangan besar sang ayah menampar pipi kanan nya.

"BERANI KAMU MENENTANG SAYA, HAH.??"

Jimin hanya diam dan tak berbicara sepatah katapun, membuat Minho semakin tersulut emosi dibuatnya.

"KENAPA KAMU DIAM.? SAYA TANYA KAMU DARIMANA.?"

Jimin tetap diam dan malah menatap tajam sang ayah dengan berani.

"BERANI KAMU MENATAP SAYA SEPERTI ITU.?? DASAR ANAK KURANG AJAR, TIDAK TAHU DI UNTUNG KAMU.!!"

Plak,, plakk...

Dua tamparan lagi mendarat di pipi kiri dan kanan nya, namun Jimin benar benar diam, tak menggubris atau bahkan melakukan pembelaan terhadap dirinya sendiri.

"Udah kan pah.? Udah marahnya.? Udah ya pah,, Jimin capek, Jimin cuma pengen istirahat"

Kemudian ia beranjak pergi dari hadapan sang ayah, menuju kamarnya.

"Gue gak boleh nangis kan.? Nanti mama sedih kalau lihat gue nangis lagi, mama gak suka kan mah lihat Jimin nangis.?"

Ucapnya, sembari menyeka darah yg keluar dari sudut bibir nya.

Setelah selesai mandi, Jimin mengambil tas nya karena ada sesuatu yg harus ia lihat setelah pemeriksaan dari dokter.

Jimin membuka resleting tas nya, kemudian ia mengeluarkan selembar kertas yg tersimpan di dalamnya, ia menatap dengan teliti setiap tulisan yg tertera di kertas putih tersebut, nafasnya mulai terdengar berat.

"Tambah parah ya.?" Gumam nya, setelah itu ia tersenyum dan menyimpan kembali kertas tersebut kedalam tas nya.

//Flashback on//

"Jadi bagaimana dok.?"

"Jimin, menurut hasil yg telah keluar, mengenai tanda tanda atau kondisi yg sedang kamu alami, tidak di pungkiri jika penyakit kamu kian memburuk"

Tubuh Jimin melemas, degupan jantung nya semakin cepat setelah mendengar penjelasan dari dokter Andy.

"Apakah ini berbahaya dok.? Dan apa yg harus saya lakukan.?"

"Jelas berbahaya nak, saat penyakit menyerang organ penting dalam tubuh seseorang, itu tergolong penyakit yg berbahaya, dan kita dapat melihat tanda tanda nya, seperti kepala memanas dan sakit tiba tiba, hidung mengeluarkan darah secara terus menerus, itu yg sedan kamu alami dan itu adalah beberapa tanda tanda nya, dan seperti penjelasan saya sebelum nya, jika sudah kronis dan menyebar, penderita penyakit ini bukan hanya meminum resep obat dari dokter tetapi harus melakukan kemoterapi dan radiasi setiap bulan"

"Dokter,, berapa biaya nya.?"

"Tergantung, tetapi umum nya adalah 4-6 juta"

Jimin dibuat tertegun, dirinya sudah menyangka bahwa ia tidak akan mungkin bisa membayarnya.

Dengan senyum manis Jimin berkata,,,, "Saya tidak akan mampu membayar nya dok, saya pakai obat penghilang rasa sakit saja"

"Iya nak, tidak apa apa jika kamu tidak sanggup, tapi Jimin harus fikirkan lagi karena penyakit ini tergolong penyakit yg berbahaya, jangan sampai karena penyakit ini, kamu kehilangan masa depan mu nak"

Jimin hanya mengangguk penuh arti.

//Flashback off//

Tetesan air bening kembali menetes membasahi pipinya.

"Jimin harus apa.?"

"Hikss,,, Jimin gak punya apa apa untuk berobat"

"Jimin capek mah,,"

"Hikss hiksss,,, Jimin capek sama kehidupan yg seperti ini"

"Jimin gak kuat,, hikss"

"Bawa Jimin mah,, Jimin mau ikut mama,, hikss Jimin mau ikut mama,,,,"

Jimin tidak tau lagi apa yg harus dilakukan, mengingat kondisi nya yg semakin buruk, dirinya sudah pasrah, kembali berserah diri dan pasrah pada sang pencipta.

Tbc

Penutupan untuk malam ini ya guys,, kita lanjut lagi besok,, see you ,,,dadahhh 👋👋👋


//MinNovi//

Let's Be Together Forever (YoonMin) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang