PRANKK...Botol parfum Jimin lempar kearah dinding sehingga menimbulkan bunyi yg lumayan bising.
Jimin tersungkur dengan posisi duduk, ia menyenderkan punggungnya disebelah kasur.
"MAMAH...!!"
Teriaknya terdengar pilu, tak tahan dengan keadaan yg semakin menyiksanya.
"MAMAH,, JIMIN MAU IKUT"
"JIMIN CAPEK MAH..."
"JIMIN GAK TAU LAGI HARUS APA"
"JIMIN TAKUT.!!"
Pria mungil itu kembali terisak didalam kamar nya, sembari memukul dadanya yg terasa begitu nyeri.
"Jimin masalah mah,, semua orang bilang kalau Jimin masalah, anak mama ini pembawa masalah"
"Aku harus pergi, aku gak mau dengan kehadiran aku malah buat banyak orang menderita"
"Udah cukup beberapa orang kehilangan bahagia nya karena aku"
"Aku hanya butuh pergi saat ini"
"Aku gak mau kenal lagi sama Yoongi, aku gak mau berhubungan lagi sama papa, rival dan semuanya"
"Sudah cukup kehadiran aku menjadi masalah dikehidupan mereka, sekarang aku sendiri yg harus mengakhiri semuanya"
"Mereka semua harus bahagia" Jimin memejamkan erat kedua matanya,,,, "Meskipun dengan kepergian aku"
Selang beberapa detik, ia menyeka kasar air matanya, kemudian ia berdiri menuju lemari kaca, ia meraih koper disebelah meja belajarnya, mulai memasukkan semua baju dan barang barang kedalam koper.
Ia berjalan kearah meja belajar untuk mengambil buku bukunya yg harus ia bawa.
"Aku harus pergi, terimakasih sudah bersama ku selama 17 tahun" ucapnya sembari menatap keseluruhan kamarnya
Setelah selesai berkemas, Jimin mengambil ponselnya dan menghubungi Iqbal.
"Hallo Jimin" sapa Iqbal setelah Telfon tersambung
"Kak Iqbal.."
"Iya,, kenapa nih nelfon gue.?"
"Gak papa kak"
"Lo butuh sesuatu.?"
"Enggak kok"
"Terus.?"
"Gue cuma mau tau sesuatu"
"Apa.?"
"Yoongi bahagia kan kak sama rival.?"
"Jim—"
"Kak.?"
"Iya,, dia bahagia kok sama rival"
Jimin tersenyum dengan air mata yg kembali menetes.
"Yaudah kak, makasih ya"
"Iya, tapi kenapa Lo tanya kayak gitu.?"
"Gak papa, gue cuma pengen mastiin aja"
"Kak, gue boleh minta sesuatu.?"
"Iya, apa.?"
"Tolong ya kak, Tolong jaga Yoongi buat gue"
"Tolong jaga Yoongi buat gue kak"
"Iya iya, gue turutin kemauan Lo, Lo tenang aja"
"Makasih banyak kak, yaudah kalau gitu, gue mau istirahat dulu, maaf udah banyak repotin kak Iqbal"
Bippp... Sambungan di putus secara sepihak oleh Jimin
Ia mematikan ponselnya,,,, "Gue kuat" gumam nya
Ia langsung berdiri dan melangkah menuju jendela kamarnya.
Ia menunduk, menatap kearah halam bawah dan mendapati mobil Fortuner berwarna putih baru saja terparkir di halaman.
"Papa.." gumam nya
Ia kembali melangkah mendekati ranjang nya, meraih koper biru dan berjalan kearah pintu yg masih tertutup, mati mati an ia kembali menguatkan hatinya.
"POKOKNYA AKU GAK MAU TAU MAS, KAMU HARUS USIR ANAK SIALAN ITU"
"DIA ITU CUMA BEBAN DIRUMAH INI"
"KARENA DIA, RIVAL MASUK RUMAH SAKIT"
"KARENA DIA, RIVAL HARUS MENJALANI OPERASI SEBANYAK DUA KALI"
Teriakan lantang Jesica sampai terdengar dari dalam kamar Jimin, ia memegang dadanya yg berdegup kencang, karena dapat ia dengar derapan langkah kedua orang itu terdengar keras menuju kamar nya.
"JIMIN,, BUKA PINTU NYA" teriak sang ayah
Jimin langsung membuka pintu kamar nya, dan pemandangan pertama yg ia lihat adalah, kilat amarah yg tampak begitu jelas diwajah sang ayah.
"ANAK SIALAN.!!"
"Cukup pah" Jimin menghentikan sang ayah yg hendak melayangkan pukulan padanya
"Cukup, jangan main fisik terus, jangan pukul Jimin lagi"
"Jimin capek..."
Jimin mengeluarkan koper dari belakang nya dan berjalan melewati sang ayah.
"Mau kemana kamu.?"
"Pergi, papa mau usir Jimin kan.? Jimin tau, sebelum papa usir Jimin, Jimin juga bakal pergi kok pah"
"Papa seneng kan Jimin pergi dari rumah.? Ini kan yg papa mau.?" Jimin tersenyum manis kearah sang papa
"Entah bagaimana nanti hidup Jimin diluar sana, tapi mungkin hal itu lebih baik daripada Jimin harus terus menerus tinggal di rumah ini"
"Jimin minta maaf udah buat banyak kekacauan dirumah papa, Jimin juga minta maaf udah buat anak kesayangan papa sakit sampai masuk ruang ICU"
"Dan sekarang Jimin sadar, Jimin gak baik untuk siapapun"
Jimin menatap sang ayah dengan tatapan sendu, begitupun sebaliknya.
"Jaga diri papa baik baik, jangan terlalu keras bekerja sampai lupa waktu dan makan, papa harus jaga kesehatan, setelah ini papa harus lebih bahagia, maaf sudah merepotkan papa dan terimakasih sudah merawat Jimin dengan baik"
"Jimin pergi pah"
Tanpa berkata apa apa lagi, Jimin langsung menyeret kopernya dan berjalan menuruni anak tangga dan pergi dari rumah mewah milik Adiwangsa.
****
Tentang mu adalah hal yg sering aku perbincangkan dimalam hari bersama sepi.
Satu lagi yg harus kamu tau.
Janjimu hanyalah sebuah kalimat penenang tanpa bukti.
Aku kecewa, Terimakasih untuk segalanya, dan aku sebut ini adalah luka.
Biarlah aku seperti bumi.
Menopang meski di injak.
Memberi meski dihujani.
Diam meski dipanasi.
Sampai kau sadar.
Jika aku hancur, kau pun juga.
(Jimin Delio Adiwangsa)
****
Tbc
//MinNovi//
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Be Together Forever (YoonMin) End
Random"Yoongi tau kan kalau Jimin suka sama Yoongi.?" "Hemm,," "Terus kenapa Yoongi gak pernah respon ke Jimin.?" "Gue.? Respon Lo.?,,, Lo fikir kehadiran Lo penting buat gue.?,,, Gak sama sekali.!!!!" "Tapi Jimin suka sama Yoongi, Jimin sayang Jimin cint...