Cambukan ke empat kali mengentikan tangisan nya, kemudian berdiri dan dengan berani menatap sang ayah.
"Papa bilang apa.? Papa bilang Jimin anak haram.? Papa tau uang itu untuk apa pah.?"
"JIMIN SAKIT PAH, JIMIN SAKIT,, JIMIN SAKIT HATI.."
"SAKIT HATIMU GAK SEBANDING DENGAN SAKIT HATI SAYA, MENYEKOLAHKAN KAMU DARI DULU TAPI PADA AKHIRNYA KAMU HANYA MENJADI JALANG DAN PENCURI"
"BAHKAN PAPA AJA GAK NGERTI DENGAN APA YG JIMIN MAKSUD"
"PAPA SADAR GAK.? PAPA GAK PERNAH LIHAT PERTUMBUHAN JIMIN DARI KECIL, PAPA GAK TAU SUSAH SENENG JIMIN KAYAK GIMANA, PAPA SELALU BANDING BANDINGIN JIMIN SAMA RIVAL"
"RIVAL SUDAH MENDAPAT SEMUANYA PAH, SEDANG JIMIN, APA YG JIMIN DAPAT.? JIMIN GAK MINTA PAPA BUAT BELIIN BARANG BARANG MEWAH, JIMIN HANYA MINTA SEDIKIT WAKTU DAN KASIH SAYANG PAPA BUAT JIMIN"
"Jimin kesepian pah.. Jimin merasa gak ada satu pun yg perduli sama Jimin.. bahkan papa sebagai orang tua satu satu nya yg Jimin punya,, gak pernah ada waktu dan kasih sayang buat Jimin"
"Papa gak pernah tanya keadaan Jimin bagaimana, papa gak pernah tanya kabar atau Jimin lagi apa, papa gak pernah perhatiin Jimin sebagai anak kandung papa"
"Malah dengan enteng nya papa pukulin Jimin kayak gini, Jimin tau kalau perbuatan Jimin itu gak baik, tapi papa gak tau kan untuk apa Jimin melakukan perbuatan itu, papa gak tau kan untuk apa uang sebanyak itu"
"Jimin cuma mau papa tau,, kalau Jimin hancur pah,,"
Ia mengalihkan pandanganya sembari menyeka air mata yg terus mengalir membasahi pipinya.
"Papa mau Jimin pergi kan.? Papa mau Jimin ikut mama kan.? Iya pah iya,, sebentar lagi Jimin pergi kok,, tunggu aja waktunya"
Jimin melangkah pergi, meninggalkan sang ayah yg masih diam terpaku dengan semua perkataan nya.
Brak...
Jimin membanting keras pintu kamar dan langsung terduduk didepan cermin, air matanya sudah tidak keluar lagi akibat lelah karena menangis.
Jimin menunduk dan mengangkat pelan pergelangan tangan nya, luka memar kebiruan terpampang jelas disana.
"Hufftt..."
Jimin membuang nafas nya perlahan,, melihat dirinya yg begitu hancur dan berantakan melalui cermin didepan nya, dirinya benar benar berantakan.
****
Pagi ini Jimin berangkat sendiri, karena tadi malam Yoongi memberinya kabar jika tidak bisa menjemput nya untuk ke sekolah.
Ia berjalan gontai menuju kelas, kaki nya yg luka membuat jalan nya sedikit pincang.
"Luka sialan" umpat nya
"Jimin kenapa.?" Tanya salah satu teman sekelasnya yg bernama Nino
"Gak papa kok Nin" yg hanya di balas anggukan oleh Nino
Jimin melambatkan langkahnya saat ia sudah berada beberapa meter dari pintu kelas itu.
"Assalamualaikum guys.."
"Waalaikumsallam.." sahut teman teman nya
Jimin berjalan masuk dan duduk di meja nya, sesekali ia menunduk, mengusap pelan luka dikaki nya.
"Kok makin perih gini sih"
Jimin menatap sekeliling, seisi kelas pada sibuk dengan kegiatan dan urusan nya masing masing, ada yg sibuk dengan rambutnya, ada yg kasmaran dengan teman sekelas, sampai rombongan murid teladan yg sibuk dengan PR mereka.
Jimin tersenyum kecil melihatnya.
"Semoga kalian semua bahagia, dan punya orang tua yg sayang sama kalian" gumam nya
"Assalamualaikum anak anak"
Sampai salam guru pembimbing membuyarkan fokus nya.
****
Bel istirahat telah berbunyi beberapa menit lalu, semua siswa tampak berhamburan menuju kantin, berbeda dengan Jimin yg tengah berjalan mencari seseorang disepanjang koridor belakang.
"Yoongi.!!"
Teriaknya dari jarak beberapa meter, Yoongi hanya melihat nya sekilas, kemudian kembali memalingkan wajahnya kedepan.
"Hai Yoongi"
"Haii"
"Kok sendirian.?"
"Lagi pengen aja"
"Kamu udah makan.?"
"Udah"
Jimin menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Yoongi.
"Yoongi..." Jimin memejamkan mata sembari bersandar di bahu Yoongi,,, " Aku kangen.." lanjutnya lagi
"Ini kenapa.?" Nada suara Yoongi Terdengar khawatir, yg langsung membuat Jimin mau tak mau kembali membuka matanya
"Eehh,, I-ini,, ini gak papa kok"
Jimin gugup, ia mencoba menyembunyikan luka memar di tangan nya.
Yoongi menatap Jimin sekilas, lalu menarik kembali pergelangan tangan Jimin.
"Ini kenapa.?" Tanya nya lagi sambil memegang tangan Jimin
"Gak pa —"
"Gue tanya, ini kenapa.?"
Jimin menghembuskan nafas dan diam sejenak, sebelum akhirnya ia menjawab pertanyaan Yoongi.
"Disabet Papa" jawabnya dengan lirih
Yoongi terdiam sejenak,,,, "Ohh" ucapnya sembari melepas tangan Jimin dan kembali menatap kearah depan.
"Kamu gak khawatir.?"
"Lo udah gede Jim"
"Itu terus yg kamu ucapin"
"Lo emang udah gede kan.? Dewasa dikit lah"
"Iya iya aku tau"
"Yoongi,, katanya kamu mau ajak aku kalau main basket.?"
"Kapan kapan aja"
"Padahal aku mau banget temenin pacar aku tanding basket"
Yoongi tidak menanggapi perkataan Jimin, hingga bel istirahat pun berakhir dan mereka harus kembali kekelas.
"Udah bel, aku pergi dulu ya"
"Iya"
"Kamu gak masuk kelas.?"
"Gue bolos,"
"Ihhh bolos Mulu, kalau gitu aku juga gak masuk kelas, mau temenin kamu bolos aja"
"Nanti gue masuk, Lo duluan aja"
"Yaudah,, tapi janji jangan bolos"
"Iya Jim iya"
Chup...
Jimin mengecup pipi Yoongi yg membuat lelaki itu terdiam, mematung, tidak tau harus bereaksi apa.
"Dadah,,, Jimin sayang Yoongi..".
Setelahnya,, Jimin berlari kecil menuju kelas, meninggalkan Yoongi yg masih terpaku karena ulahnya.
Namun Yoongi tidak bergeming, fikiran nya masih tertuju pada luka memar di tangan Jimin.
"Disabet Papa" ucapan itu masih terngiang di telinganya
Yoongi mengepalkan erat kedua tangan nya dengan raut wajah yg menahan marah.
"BANGSAT.!!!" Umpat nya dengar geram
Tbc
//MinNovi//
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Be Together Forever (YoonMin) End
Random"Yoongi tau kan kalau Jimin suka sama Yoongi.?" "Hemm,," "Terus kenapa Yoongi gak pernah respon ke Jimin.?" "Gue.? Respon Lo.?,,, Lo fikir kehadiran Lo penting buat gue.?,,, Gak sama sekali.!!!!" "Tapi Jimin suka sama Yoongi, Jimin sayang Jimin cint...