chapter 37

1K 97 3
                                    

"jadi paman pisah sama mama pas waktu sama sama masih kecil.?"

"Benar, orang tua kami dulu bercerai, lalu ibu membawa mama kamu pergi keluar kota"

"Tapi sebelumnya, kita sangat dekat, seperti saudara pada umumnya, sampai akhirnya dipisahkan karena keegoisan orang tua, dan semua nya menjadi kosong, paman merasa tidak punya siapa siapa sejak mama mu pergi".

"Bertahun tahun paman berusaha mencari mama kamu, dan sekarang paman menemukan nya"

Jimin menggenggam tangan Andi,,, "Paman, mama udah bahagia disana, apalagi melihat kita sudah bertemu"

****

"Afi, kita akan melakukan kemoterapi untuk Jimin"

"Dokter yakin.?"

"Saya yakin seratus persen"

Afi mengangguk mantab.

"Masalah kebijakan dan kewenangan pihak rumah sakit, biar saya yg mengurus, saya akan membiayai semuanya"

"Baik dokter Andi"

Saat ingin kembali melanjutkan langkahnya, tiba tiba afi berucap,,,, "Dok, melihat riwayat penyakit yg diderita Jimin saat ini, apakah dokter yakin jika Jimin akan sembuh hanya dengan Kemo.? Bukankah kanker nya sudah hampir memasuki stadium 4.?"

Andi terdiam sejenak, ia menatap kosong kearah depan, benar juga apa yg dikatakan oleh afi, jika sudah memasuki stadium 4 bukan kah percuma untuk melakukan kemoterapi.?

"Saya yakin, karena kanker yg diderita Jimin hanya hampir memasuki stadium 4, bukan sepenuhnya, tidak ada yg mustahil afi, tolong urus semuanya"

"Baik dok"

"Dokter Andi, apa dokter sudah melakukan pengecekkan dasar untuk Jimin.?"

"Belum"

"Bagaimana bisa kita melakukan kemoterapi, jika penyakit nya saja belum kita cek ulang dok"

Dokter Andi menghela nafas pelan,,,, "Saya takut fi"

****

"Apa sudah di lakukan pemeriksaan lanjutan terhadap pasien, dokter Andi.?"

"Sudah Dok, apa sudah boleh untuk melakukan kemoterapi.?"

"Sudah dokter Andi, silahkan bantu pasien untuk berbaring di atas ranjang"

Dokter Andi memapah tubuh Jimin, membantunya berdiri dan berbaring di ranjang putih khas rumah sakit.

"Om,, Jimin takut.!!"

"Jangan takut, om ada diluar, semua akan baik baik saja"

Jimin mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban.

"Dokter Andi, silahkan menunggu diluar" ucap dokter tersebut yg bernama Irawan.

"Jimin, om keluar dulu ya.?"

Jimin kembali mengangguk, kemudian ada beberapa suster yg menyiapkan semua keperluan untuk kemoterapi nya.

Selesai dengan itu, Jimin melihat kearah atap putih, sejujurnya ia sangat takut saat ini, menjalani Sesuatu yg tidak pernah ia duga sebelum nya, bahkan dirinya masih tak menyangka dengan penyakit ganas yg ia derita sampai harus menjalani kemoterapi, sesuatu yg tidak pernah terbesit dalam pikiran nya selama ini.

"Jimin, sudah siap.? Kita akan memulai kemo nya sekarang juga"

Jimin mengangguk mantab, meski terlihat jelas sebuah ketakutan diwajahnya yg tak bisa ia sembunyikan, segaris Kristus bening mengalir dari sudut matanya.

Semuanya dimulai saat  ini juga.

****

"Jimin, gimana keadaan kamu.?" Tanya dokter Andi

"Sedikit mual om, tadi juga sempet muntah"

"Tidak apa apa, itu normal bagi orang yg menjalani kemoterapi"

"Om Andi habis nangis.?"

"Enggak,, kena debu tadi pas jalan kesini"

"Kamu tidur ya, om temenin disini" ucap Andi sembari duduk di kursi sebelah brankar

"Gak ngrepotin om.?"

"Enggak,, hari ini sedikit longgar, ada afi"

"Yaudah kalau om gak sibuk"

Andi mengusap lembut puncak kepala Jimin, membuat sang empunya memejamkan mata dan mulai memasuki alam mimpi.

Air mata kembali mengalir membasahi pipi Andi, sebisa mungkin ia membungkam mulutnya agar tidak membangunkan seseorang yg Tengah terlelap diatas brankar

"Maaf om baru menemukan kamu disaat kamu sedang berjuang keras melawan penyakit mu".

"Maaf,,, Maaf,,!"

Andi bergerak mendekati wajah Jimin yg tengah terpejam, kemudian ia mengecup kening itu dengan lembut, Dokter Andi memutuskan untuk keluar dari ruangan Jimin, karena tak tahan dengan sesuatu yg bergemuruh didalam hatinya.

Sepeninggal dokter Andi, semuanya kembali terasa hening, seseorang yg Andi kira tengah tertidur pulas diatas brankar, Kini membuka matanya secara perlahan.

Dia menangis, dia kembali menangis dalam kesendirian, ia memegang dadanya yg kembali terasa nyeri, dia mengetahui semuanya.

Tbc

//MinNovi//

Let's Be Together Forever (YoonMin) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang