Jimin terduduk diatas brankar putih sembari menatap kearah luar, ia mengusap lengan nya yg masih terasa nyeri akibat obat yg ia terima saat kemoterapi kemarin malam.Ntahlah, semakin hari ia semakin merasa jika penyakitnya semakin parah, badan nya semakin lemah dan tampak kurus, nafas nya yg mulai terasa pendek dan sakit di kepalanya yg lebih sering menyerang.
"Huffftt,,,"
Lelaki itu mendengus pelan, dengan kondisi yg masih lemas, tangan nya terulur kearah nakas disamping brankar, ia mengambil kalender kecil yg terletak diatas nakas tersebut.
Dirinya tersenyum tipis sembari menatap tanda silang berwarna merah yg tercetak jelas di lembar kalender itu, sudah empat hari Ia lewat sejak ia do vonis hanya bertahan satu Minggu, yg artinya ia hanya mempunyai tiga hari untuk bertahan hidup.
Yoongi,,,, mengingat nama itu kembali membuat hatinya berdenyut nyeri, nama seseorang yg mampu membuat Jimin jatuh cinta sebegitu dalamnya, tetapi juga seseorang yg mampu membuatnya jatuh hingga kedasar nestapa.
Lalu bagaimana dengan sang ayah.? Apakah ia juga bahagia dengan kepergian Jimin.? Tetapi sampai saat ini, semuanya belum juga terjawab.
Jimin memejamkan kedua matanya, seperti tau apa yg akan terjadi Berikutnya, mencoba menahan air mata yg sebentar lagi akan tumpah, namun ia tidak bisa, setetes air bening mengalir perlahan melalui kelopak mata nya yg tertutup rapat.
Sedetik kemudian, ia membuka laci nakasnya, meraih selembar kertas juga pena hitam dari dalam laci, setelah itu ia mulai melakukan niatnya, jarinya menari indah bersama pena di atas kertas putih bersamaan dengan air mata yg jatuh tanpa henti.
****
"Lo gak masuk kelas bang.?"
Orang yg ditanya hanya menggeleng dengan mata yg masih terpejam.
Iqbal melangkah mendekati Yoongi, tatapan nya menajam, mengintimidasi wajah Yoongi yg terlihat sangat berantakan, wajah yg awalnya bersinar kini mulai kehilangan cahaya nya, juga lingkar hitam di sekitar mata yg terlihat begitu jelas.
"Gak tidur berapa hari Lo bang.?"
Yoongi membuka matanya,,,, "Semenjak Lo pergi, gue jarang tidur"
"Gue tau Lo khawatir sama dia bang, tapi Lo juga jangan lupa sama kondisi badan Lo, bagaimana pun Lo butuh tenaga lebih buat nyari dia"
Yoongi mengangguk perlahan,,, "Gue jahat banget ya bal.? Sampai semesta aja kayaknya udah gak ijinin gue buat ketemu lagi sama dia, walaupun tujuan nya bukan lagi untuk singgah di hidupnya, gue cuma mau tau dan ingin memastikan kalau dia beneran bahagia, setelah nya gue janji untuk pergi dan gak akan hadir di kehidupan dia lagi, tapi tetep aja semesta gak mau ngabulin permintaan gue"
Iqbal terkekeh miris diakhir kalimatnya, dengan tatapan sinis, ia melirik tajam netra Yoongi.
"Iya, Lo jahat bang, Lo emang jahat banget, Lo udah nyia nyia in orang yg bener bener tulus ke Lo, yg bahkan Lo tau gimana kerasnya perjuangan dia buat dapetin Lo"
"Gue punya alasan bal"
"Semua alasan bisa dibicarakan bang Yoongi, dan apapun alasan nya Lo tetep salah, dan masalah nya disini Lo gak bijak, Lo gak dewasa, Lo memilih untuk mengambil keputusan yg malah nyakitin hati orang yg Lo sayang"
"Gue yakin Yoon, kalau saja Lo bicarain ini baik baik ke dia, dia gak akan marah sama Lo, Lo tau kan seberapa panjang nya dia berjuang buat Lo.? Dibandingkan masalah ini, gak akan ada apa apa nya Yoon buat dia"
"Ya mungkin,, dia akan marah sebagai pacar Lo, tapi Lo tau kan seberapa sayang dan cinta nya dia ke Lo.? Gue yakin dia gak akan ngamuk dan marah gak jelas kalau Lo bicarain baik baik ini masalah sama dia"
Yoongi memejamkan mata, ia menggigit bibir bawahnya sembari menjambak rambutnya dengan kasar.
"Susah payah dia buat dapetin Lo bang, Lo marah aja dia sabar, lo nyakitin dia tapi dia cuma diem, setiap hari dia berusaha buat bikin Lo bahagia, karena dia pernah bilang ke gue kalau senyum Lo adalah kebahagiaan nya, tapi sekarang apa.? Lo malah bikin kesalahan yg berpotensi ngebuat hidup dan hatinya hancur gak karuan, tau gak.?"
"Gue harus apa bal.? Gue sayang sama dia, gue tau gue salah, tapi gue gak tau harus gimana"
Air mata Yoongi kembali jatuh, isakan lirih mulai terdengar dari bilah bibirnya,,, "Gue ngerasa udah buntu sekarang, gue ngerasa udah gak ada jalan lagi untuk menuju dia, gue ngerasa gak ada satupun yg ngijinin gue untuk kembali sama dia, meskipun tujuan gue kembali untuk ngebahagiain dia"
Yoongi terdiam, ia kembali mengatur nafasnya saat dadanya mulai sesak, ada banyak hal yg ingin Yoongi sampaikan pada Jimin, antara maaf juga Terimakasih.
"Gue sayang dia bal, gue cinta banget sama dia"
****
"Sendirian.?"
Jimin langsung menoleh kearah sumber suara.
"Kak Iqbal, tau darimana gue disini.?" Pasalnya saat ini Jimin Tengah berada di atas rooftop
"Dokter Andi, btw Lo udah makan Jim.?"
Jimin mengangguk sembari menoleh kearah Iqbal yg tengah duduk disampingnya.
"Kakak gak capek pulang sekolah langsung kesini.?"
"Enggak, lagian tadi juga habis dari mall cari barang, jadi sekalian aja mampir kesini"
"Kak,,"
"Hem.?"
"Yoongi gimana kabarnya.?"
"Ya,, gitu"
"Gitu gimana.? Dia baik baik aja kan.?"
Iqbal terdiam sesaat, kemudian ia menoleh, menatap lekat wajah Jimin, kemudian menggeleng.
"M-maksud kakak.?"
"Dia gak baik baik aja"
Jimin mengernyit kan dahinya, melihat wajah Iqbal yg berubah sendu seketika.
"Lo mau denger gak.? Cerita tentang mereka yg melakukan hal buruk tapi bukan untuk kejahatan, dan mereka yg hubungan nya hancur karena salah memilih keputusan, dan hanya keegoisan seseorang, mau denger gak.?"
"Maksud Kakak.?"
Senyum tipis terukir indah di bibir Iqbal,,, "Yoongi gak seperti itu Jim"
Tbc
//MinNovi//
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Be Together Forever (YoonMin) End
Random"Yoongi tau kan kalau Jimin suka sama Yoongi.?" "Hemm,," "Terus kenapa Yoongi gak pernah respon ke Jimin.?" "Gue.? Respon Lo.?,,, Lo fikir kehadiran Lo penting buat gue.?,,, Gak sama sekali.!!!!" "Tapi Jimin suka sama Yoongi, Jimin sayang Jimin cint...