Minho melangkah masuk kedalam ruangan yg ditempati oleh Jimin.
"Jimin,,"
"Iya pah.? Papa gak istirahat.?"
"Enggak, sebenernya ada sesuatu yg ingin papa bicarakan sama kamu".
"Apa.?"
"Kamu tidak penasaran dengan siapa orang yg sudah baik hati mendonorkan hati ya untuk mu nak.?"
Jimin terkejut, ia menatap sang ayah tanpa berkedip, donor.? Bukan kah hati yg ada didalam tubuh ya nya saat ini adalah dari pasar medis.?
"Pah.?"
"Ada seseorang yg begitu baik, yg rela mendonorkan hatinya untuk kamu"
Jimin semakin dibuat tercengang dengan perkataan sang ayah.
"Si-siapa.?"
****
Disinilah mereka saat ini, diruangan yg bertuliskan Ruang Bedah dimana tempat pendonor hati nya berada.
Ada rasa takut dan tak siap melihat siapa orang yg telah mendonorkan organ penting dalam tubuh itu untuknya.
"Ayok"
Jimin mengangguk, kemudian mengikuti sang ayah yg berjalan didepan nya, matanya melirik sekeliling, sebuah ruangan serba putih berisikan alat medis didalam nya.
Jimin memegang dadanya, ketika bau obat yg begitu menyengat memasuki Indra penciuman nya, langkah Jimin berhenti ketika sang ayah sudah berdiri terdiam didepan nya, kemudian ia berjalan selangkah lebih maju agar berdampingan dengan sang ayah.
Dan ternyata di ujung sana, tak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat seseorang yg terbaring kaku dengan kain putih yg menutupi sekujur tubuhnya.
"Pah.?"
Minho mengangguk,,, "Dia orang nya nak"
Raut wajah Jimin berubah seketika.
"Sama lihat dia"
"Pah,, Jimin takut.!!"
"Jangan takut, dia orang baik" ucap Minho sembari tersenyum hangat pada Jimin
Dengan terpaksa, Jimin menuruti perkataan sang ayah.
"Karena rasa takut mu akan berubah menjadi kesedihan nak" ucap Minho dalam hati
Jimin memejamkan matanya, mencoba menguatkan hati, dan berfikir jika semuanya akan baik baik saja, tangan nya terulur untuk membuka kain putih itu dengan perlahan dan mulai menarik nya kebawah.
Ia terpaku, matanya terbelalak, tak percaya dengan pemandangan yg ada didepan nya saat ini, nafasnya terdengar gusar, jantung nya berdetak lebih cepat.
Air mata mengalir begitu saja, menerobos keluar tanpa ia sadari, seluruh tubuhnya bergetar hebat, bahkan bibir nya begitu Kelu hanya untuk menyebut nama seseorang tersebut.
Ia menoleh pada sang ayah yg berada tak jauh dibelakang nya, kemudian ia kembali menatap seseorang yg terbujur kaku didepan nya.
"Ri-Rival.!!"
Suaranya terdengar parau.
"Kak,,, Kak rival.!!"
"Pah,, bukan kakak yg mendonorkan hatinya untuk Jimin kan pah.??"
Jimin bertanya pada sang ayah sembari terus menatap jenazah rival.
"Kakak rival hanya sakit dan masih tidur disini kan.?"
"Rival masih hidup kan pah.?"
Minho berjalan mendekati sang anak, kemudian ia menggeleng dan tersenyum hangat pada Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Be Together Forever (YoonMin) End
Random"Yoongi tau kan kalau Jimin suka sama Yoongi.?" "Hemm,," "Terus kenapa Yoongi gak pernah respon ke Jimin.?" "Gue.? Respon Lo.?,,, Lo fikir kehadiran Lo penting buat gue.?,,, Gak sama sekali.!!!!" "Tapi Jimin suka sama Yoongi, Jimin sayang Jimin cint...