26 - drown

6.1K 561 281
                                    

Jake terbangun ketika sinar matahari mulai masuk dari celah jendela kamarnya. Ia meregang tubuh, tak sengaja lengannya jatuh ke sisi kasur yang lain.

Heeseung-nya sudah tak ada, menyisakan sisi kasurnya menjadi lebih dingin. Ia menggeliat lesu, mengingat peristiwa semalam yang begitu menguras emosi.

"Fuck..." umpatnya entah pada siapa.

Jake bangkit, mengecek ponsel. Kepalanya langsung pening saat melihat rentetan pesan sudah memenuhi aplikasi chatnya. Satu persatu, Jake membaca pesan itu, yang mana semakin lama ia melakukannya, semakin meningkat sesak yang ia rasa.




Heeseung
|Sarapannya angetin lagi ya
|Tadi aku masak dikit
|Makasih buat pelukannya semalam
|Aku sayang kamu
|Call me kalau udah bangun







Jungwon
|Bang, bisa minta tolong nggak?
|Buku gue ketinggalan di apart bang jay
|Gue masih nggak bisa ketemu dia
|Tolong ya, bang jake.. Please..








Sunghoon
|Abis kelas bisa ngobrol?











Jay
|Let's talk

Hari itu, kepala Jake serasa dihantam dengan keras.

++++++

Jake menatap Sunghoon dengan perasaan tak menentu. Seingatnya, sebulan lalu, pria berkulit pucat itu tak sedatar ini.

"Soal malam itu, gue perlu mastiin apa yang gua pikir itu benar atau salah, Jake."

Mereka berada di salah satu cafe yang dulunya memang sering mereka kunjungi. Jake sendiri bingung, mengapa ia lebih memilih menggubris pria ini daripada yang lain.

"Are you gay?" tanya Sunghoon dengan cepat.

Jake menatap mata pria Park dengan sendu. Tanpa Jake membalas pun Sunghoon sudah mendapatkan jawabannya.

Sunghoon memijit pelipisnya, "So.. you're gay.." putusnya dengan suara penuh sesal.

"Jay udah ngobrol sama gue kemarin. Dia nggak bilang soal orientasi lo ini, tapi gue udah kerasa, mana ada orang bisa sengamuk itu ngelihat kita berduaan kalau nggak ada rasa romantically."

"Sorry.."

Sunghoon menghembuskan napasnya dengan berat hati, "Kejadian Jay sama Bang Heeseung waktu itu juga karena ini kan?" tebak Sunghoon.

Jake mengangguk.

"Lo apa nggak mikirin ini sih, Jake? Lo anak orang terpandang, punya segudang prestasi, kenapa harus lo hancurin satu hal yang bisa bikin lo sempurna di mata orang? Kenapa harus suka sama laki-laki kalau masih ada jutaan cewek di dunia ini?"

Jake tak dapat menjawabnya. Ia segera menunduk, merasa ciut dengan ucapan sahabatnya itu.

Ah, mungkin memang respon semacam ini yang harus Jake dapatkan agar ia kembali ke jalan yang benar?

Mungkin respon semacam ini akan segera ia dapatkan dari orang lain jika mengetahui orientasinya?

Jadi... begini pandangan orang terhadap kaumnya?

Perusak kesempurnaan?

Suatu hal yang tak berdasar?

"Gue nggak benci sama lo, sama Jay, tapi gue masih nggak bisa nerima orientasi lo ini. It's wrong, bro. Ini menyimpang."

Jake merasa tubuhnya memanas. Ia ingin menangis, merasa seolah dihujani cemooh seluruh dunia. Pikirannya terasa penuh, kepalanya pening.

"Jay bilang dia sama Jungwon sempet pacaran, tapi udah nggak lagi sekarang. Dia cerita kalau lo sama Bang Heeseung mungkin masih ada sesuatu, tapi dia sendiri nggak yakin karena kalian nggak kontakan lagi."

bromance : heejake [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang