Jake dan Jay datang ke kampus hari itu bersamaan. Mereka secara kebetulan memiliki jadwal sidang yang sama di hari esok, sehingga hari ini keduanya sama-sama melakukan checking di ruangan yang bersebalahan.
"Gue kemarin ketemu Sunghoon." ucap Jay selagi melangkahkan kaki usai memarkir mobilnya. "Nggak sengaja ketemu di bar, doi lagi minum sendirian. We just... say hi to each other." sambung Jay dengan berhati-hati.
Jake menarik napasnya dengan berat. Topik "Sunghoon" terasa begitu berat baginya mengingat ini sangatlah lama nama itu tak ia dengar.
"Banyak yang nanyaim ke gue, Jake. Soal kenapa kita nggak sama dia lagi kalau main. Sejauh ini, kayaknya dia nge-keep masalah kita bertiga waktu itu."
"I don't care anymore. He's a jerk. Gue udah lama juga ngeblokir all of his contacts in my phone jadi ya udah. Syukur di kampus nggak pernah ketemu, dia sendiri kali yang ngehindar."
Jay menganggukkan kepalanya, "Gue nggak ngeblokir dia but still we're not really in touch. Waktu Parks ada gathering beberapa bulan lalu pun dia nggak ikut. Kata Papinya dia lagi nggak enak badan...but... gue mau omongin sesuatu ke elo. Soal kenapa dia bisa ngelakuin hal-hal bodoh gitu."
"Kalau orang cerdas sih pasti tahu yang salah dari dia, bukan kita. Buktinya kita juga masih hangout bareng." sahut Jake dengan nada ketus, ia bahkan tak memperdulikan sebuah informasi yang ingin Jay bicarakan.
"I will never forgive him, Jay. He ruined my family, remember?"
Jay melirik Jake yang nampak kehilangan cerianya. Benar juga, Jay tak kehilangan sebanyak yang Jake dapatkan.
"Gue pun nggak tahu bisa maafin dia apa nggak. Walaupun emang hukuman dari Papa nggak separah yang terjadi di keluarga lo, still I hate him for that day. Tapi kadang gue juga keinget asiknya kita dulu. Andai aja dia nggak bertingkah sebodoh waktu itu, mungkin kita masih bisa main bareng bertiga, atau malah berlima sama cowok-cowok kita, atau berenam tambah pacarnya dia."
"Gue nggak minta lo buat nggak maafin dia. Kalau lo mau pun, bukan hak gue ngatur-ngatur. Cuma kalau lo nanya gue, ya itu jawabannya. Gue nggak bisa."
Jay melirik ke arah Jake. Ia sendiri bingung bagaimana harus memulai cerita yang ia dengar hari itu. Ia pun menerima bantuan dari sang Papa mengenai hal ini.
"It's his Dad, Jake." lirih Jay.
Jake yang kala itu masih melangkah tampak belum peduli. Ia menunggu Jay menjelaskan secara walau tanpa minat.
"His Dad was gay." lanjut Jay yang seketika menghentikan langkah kaki pria Sim.
Jake dan Jay kini saling menatap di lorong yang sepi itu.
Jay mengangguk lesu, "Gue udah mau kasih tahu lo waktu kita jalan kapan hari. Tapi gue bingung bilangnya because gue tahu lo bakal susah banget maafin dia."
"Maksudnya gimana, Jay?"
"Papanya Sunghoon nikahin Mamanya karena tuntutan nama baik keluarga Parks. Gue juga baru denger dari Papa gue soal ini. Papanya Sunghoon masih ada hubungan sama laki-laki setelah nikahin Mamanya, setelah udah ada Sunghoon."
"Oh God.."
"Waktu Papanya ketahuan, dia bilang kalau dia udah putus dan nggak ada hubungan lagi sama laki-laki itu. Tapi ternyata, diam-diam Papanya Sunghoon malah nyeritain masalah keluarga, bahkan teramat detail ke laki-laki itu. Mereka masih kontakan setelah ketahuan, masih sering ketemu buat curhat dan keluarga Sunghoon pun mana bisa mikir positif. Pasti pas ketemu, mereka bisa aja doing something dirty."
KAMU SEDANG MEMBACA
bromance : heejake [✓]
Fanfiction"bro" but like romantically. started : 04-10-2022 ended : 26-10-2023 book✓ side story [on going] was 1st in #heejake was 1st in #leeheeseung was 1st in #jake was 2nd in #heeseung was 7th in #enhypen