#
BAB I : Slytherin Being Slytherin
Selama 5 tahun bersekolah rasanya aku sudah bosan mendengar cerita cerita mengenai The Marauders, sekelompok murid yg selalu membuat ulah, mengerjai murid murid tak bersalah, melakukan prank dan banyak kenakalan lain.
Kadang aku berfikir apa untungnya melakukan semua itu, bukankah hanya akan mendapatkan detensi. Lalu satu pemikiran lain muncul, apakah hanya untuk bersenang senang. Entahlah tapi menurutku itu bukan tindakan bagus, terlebih membuang buang waktu.
Contohnya siang tadi selepas pelajaran mantra, aku melihat gerombolan murid tengah tertawa dan berteriak teriak seolah tengah menonton pertunjukan. Jiwa penasaranku muncul, aku berjalan mendekat.
Betapa terkejutnya aku menatap seorang siswa laki laki yg entah tahun keberapa tengah menjadi tontonan, kepala pemuda itu membesar 2 kali ukuran normal. Sang tersangka utama, tak lain dan tak bukan The Marauder.
Tanpa rasa bersalah mereka malah tertawa, menganggap itu hanya guyonan belaka. Si pemuda berkacamata menatapku pongah, dagunya terangkat. Hanya dengan tatapan aku bisa tau dia seolah ingin berkata "kau mau apa?"
Kutatap balik pemuda berkacamata itu dengan wajah dingin, ekspresi yg selalu kugunakan, dia masih tak mengalihkan tatapanya. Detik berikutnya aku mundur dan kembali berjalan menuju great hall, dari jauh kudengar prof mcgonegal berteriak membubarkan gerombolan.
#
"Slytherin, kau murid slytherin"
Seorang pemuda berkacamata yg menatapku tempo hari bertanya, sebelah alisku terangkat.
Harusnya dia tau jika aku adalah seorang slytherin, aku memakai seragam lengkap. Bahkan dasiku berwarna hijau silver, jubah yg kukenakan ada lambang ular disana.
Aku menelisiknya beberapa saat, pemuda itu berusaha tersenyum namun gagal. Canggung
Rambutnya berantakan hampir menutupi dahi, kacamata bulatnya membingkai sempurna. Kemejanya kusut, dasinya menghilang, bahkan 2 kancing atas kemejanya ia biarkan terbuka persis seperti berandalan.
Sebelah tanganya ia masukan kedalam saku celana, sedang tangan yg lain memegang tas yg tersampir dipundak.
"Tanpa bertanya harusnya kau tau bahwa aku memang slytherin" balasku ketus
Pemuda itu tak merasa terganggu, malah tersenyum lebar.
"Siapa namamu nona slytherin?" Tanya nya
Kupeluk erat buku buku didalam dekapan, seolah waspada. Takut takut pemuda berkacamata itu akan mengerjaiku, ingatkan bahwa dia adalah The Marauders. Sangat tak mungkin ia berbasa basi hanya utk ingin mengenalku.
Aku tak menjawab, masih menatapnya menelisik. Pemuda itu mengulurkan tanganya yg tadi berada di saku
"James Fleamont Potter, kau bisa memanggilku james"
Tanganya menggantung, seolah memintaku untuk menyambutnya. Mendadak aku ingat ucapan ibu, sangat tak sopan jika seseorang memperkenalkan diri dan kita tak menyambut baik. Sungguh heran kenapa ibu baik sekali, karna aku tak ingin melakukan itu.
Maka dengan penyesalan kusambut uluran tangan itu,
"Jadi siapa namamu?" Tanyanya lagi
"Anderson"gumamku pelan
Alisnya terpaut
"Anderson" gumamnya mengikuti
"Just anderson?"tanya nya lagi
Aku mengangguk, mulutnya terbuka seolah ingin bertanya lebih lanjut. Namun dari balik punggungnya seorang pemuda berteriak memanggil dan mendekat.
Buru buru kutarik tanganku dari genggaman james,
"Apa yg kau lakukan, yg lain sudah menunggu" pemuda dengan rambut hitam panjang sebahu bertanya, lalu mengalihkan tatapanya kearahku.
"Oh kau anderson" sapa nya.
Aku mengenal pemuda itu, dia seorang black. Sirius black
James menatap sirius dengan wajah bertanya, mungkin ia kaget bahwa pemuda itu tau namaku.
"Hai" sapaku singkat "aku harus pergi" lanjutku
Tanpa menunggu respon dari kedua pemuda itu aku menyingkir, berjalan secepat mungkin menjauh dari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Scene || James Potter x OC || The Marauders Era
FanfictionSeseorang pernah berkata bahwa "Cinta selalu bisa sembuhkan luka", tapi itu sangat tak berarti untuk james dan rosie. Cinta membuat keduanya terluka, cinta membuat keduanya harus membuat keputusan sulit. Pada akhirnya manakah yg harus keduanya pilih...