9. Liburan Musim Panas

580 89 0
                                    

*mungkin kalian merasa alur dalam cerita ini terlalu cepat, aku sengaja membuatnya begitu agar tak terlalu banyak bab

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*mungkin kalian merasa alur dalam cerita ini terlalu cepat, aku sengaja membuatnya begitu agar tak terlalu banyak bab. Kalian harus pelan pelan ya saat menbacanya*

#

Liburan musim panas kali ini sedikit berbeda, aku hanya menghabiskan waktu dirumah. Tak ada liburan keluar negeri seperti biasanya, bahkan kami juga tak pergi ke monaco tempat dimana keluarga ibu berada. Padahal ayah sudah berjanji untuk memboyong kami sekeluarga ke austria

Ini dikarenakan ayah yg terlalu sibuk di perusahaan, ibu bilang ayah tengah menjalin hubungan bisnis dengan keluarga Malfoy jadi banyak yg harus dipersiapkan.

Ibu sempat menawari untuk pergi ke monaco berdua, tapi aku menolak. Merasa tak enak meninggalkan ayah di london sendirian.

Untungnya ibu selalu punya hal hal yg membuatku sibuk selama liburan, berhubung kami tak memiliki peri rumah ibu selalu memintaku untuk membantunya. Entah itu membantu membersihkan rumah, memasak segala macam kue, ataupun pergi berjalan jalan untuk berbelanja.

Keluarga kami memang tak memliki peri rumah sekalipun pernah ditawari oleh keluarga dari ayah, ibu menolak beralasan beliau bisa menangani segalanya seorang diri. Terlebih rumah kami tidak terlalu besar, ibu juga tidak bekerja, sedang aku berada di hogwarts. Jadi ibu tak memiliki banyak pekerjaan yg harus dibantu dengan peri rumah.

Ibu juga memintaku untuk membersihkan rumput rumput liar dihalaman belakang, menyiram tanaman ,dan memetik bunga mawar untuk dijadikan hiasan diruang tamu.

Ibu suka sekali menanam bunga, dan sudah bisa ditebak bunga mawar adalah favorite ibu. Karna alasan itulah ibu menamaiku "Rose" , tapi berbanding terbalik denganku. Aku tak begitu suka bunga mawar, memang mereka terlihat sangat cantik tapi duri mereka sangat tajam. Tak jarang tanganku terkena goresan duri durinya.

"mawar itu indah, tapi durinya membuat luka" ocehku selalu.

Saat berada dirumah aku dan ibu sering sekali menghabiskan waktu dengan duduk dihalaman belakang, menikmati sore hari dengan segelas air limun dan cookie buatan ibu sembari bercerita. Aku yg lebih banyak berbicara sedang ibu tersenyum mendengar.

Aku bercerita mengenai ruby yg telah berkencan dengan theo, menceritkan sophie yg kemarin dulu memberiku hadiah pita rambut cantik buatan tanganya sendiri tanpa sihir, bahkan menceritakan anne yg menangis tersedu karna takut ruby melupakanya setelah memiliki kekasih.

Tak lupa pula aku juga menceritakan tentang james potter, bagaimana pemuda itu suka membuat ulah dan mendapatkan detensi sebagai balasan. lalu bagaimana dia mencegatku hanya untuk berkenalan, mengajakku taruhan saat pertandingan quiditch, termasuk memberikan coklat buatan ibu sebagai hadiah ulang tahunya beberapa bulan lalu.

Ibu mengulum senyum melihatku yg kelewat bersemangat saat menceritakan tentang james

"apakah dia senakal itu?" tanya ibu

Aku mengangguk dengan cepat

"sangat ibu, bahkan sebelum liburan kemarin potter masih sempat sempatnya mengerjai snape" Jelasku menggebu gebu.

"ibu jadi penasaran dengan rupa si potter itu"

Aku mendengus kecil mendengar ucapan ibu

"oh aku yakin ibu tak akan menyukainya, ia sangat nakal. sungguh!"

Ibu hanya terkekeh pelan

"lalu mengapa ia ingin berkenalan denganmu, apa dia menyukaimu?"

Bola mataku melebar mendengar ucapan ibu, lalu menggeleng cepat

"tentu tidak ibu, potter tak mungkin menyukaiku. dia menyukai gadis lain"

ibu menaikan kedua pundaknya

"bisa saja kan, tak ada yg tak mungkin didunia ini rosie sayang. pasti pemuda itu memiliki alasan mengapa tiba tiba ingin berkenalan denganmu. tebak ibu pasti dia menyukaimu" jelas ibu yang dengan sengaja menggodaku

"demi merlin! itu tak akan pernah terjadi ibu" balasku mengerang, ibu hanya tertawa.

#

Aku baru saja selesai menulis surat balasan untuk ruby dan anne saat ayah tiba, lalu ibu menghampiriku kekamar dan memintaku turun untuk makan malam.

Ayah terlihat lelah setelah seharian bekerja, namun saat melihatku beliau tetap tersenyum dan memelukku singkat. Aku mengambil duduk disebelah kiri ayah, bertanya ringan tentang apa saja yg beliau kerjakan hari ini.

Ayah bercerita bahwa lucius malfoy dan narcissa black dijodohkan, kemungkinan penikahan keduanya akan diselenggarakan setelah peresmian bisnis ayah dengan tuan abraxas malfoy. Sudah bukan hal baru jika pernikahan dalam keluarga berdarah murni adalah hasil perjodohan.

Bahkan ayah dan ibu dulu juga dijodohkan, bedanya ibu dan ayah saling mencintai dalam masa pengenalan itu. Namun ibu bersikeras tak ingin menjodohkanku nantinya, ibu ingin aku menikah dengan lelaki pilihanku sendiri.

"sirius kabur dari rumah" celetuk ayah tiba tiba

aku langsung menghentikan kunyahan dan menatap ayah tak percaya

"warbulga bercerita pada abraxas, dia tadi mampir saat aku berkunjung kerumah keluarga malfoy" jelas ayah lagi

"warbulga terlalu keras pada sirius, kasihan. sirius masih sangat muda, ia masih butuh banyak bimbingan" balas ibu prihatin.

Aku memang tak terlalu dekat dengan sirius, tapi aku tahu hubunganya dengan sang ibu tak begitu baik. Pernah satu kali saat ada undangan dirumahnya aku ikut datang bersama ibu. Disana aku bisa melihat sendiri bagaimana bibi warbulga selalu membandingkan sirius dengan sang adik.

Bibi warbulga juga tak malu membentak sirius dihadapan banyak orang, yg berakhir pemuda itu berlari pergi dan menutup pintu kamarnya keras keras. Bahkan sepupu sepupunya lain seperti belatrix dan narcissa pun tak bersimpati pada sirius.

"Lalu dimana sirius sekarang tinggal?" Tanya ibu lagi

Ayah menggeleng pelan

"Entahlah, aku tak tahu pasti" balas ayah

Diam diam aku bisa menebak dimana sirius tinggal, pasti ia pergi kerumah james. Keduanya bak saudara, dan aku yakin bukannya bersedih sirius malah kegirangan. Begitu pula james, yg pasti menyambut sirius dengan tangan terbuka

"Apa kau sering mengobrol dengan sirius rosie?" Tanya ayah lagi

Aku menatap ayah sesaat sebelum menjawab

"Hanya sesekali, kami berbeda asrama. Aku tak begitu dekat denganya ayah"

Ayah tersenyum kecil dan mengangguk

"Coba sering ajak bicara sirius, meski begitu kita masih memiliki hubungan darah denganya. Paling tidak ia tak merasa dibuang begitu saja"

"Baik ayah" balasku

Ibu menatapku dalam, mengenggam jemariku diatas meja lalu mengangguk kecil. Aku tau hanya dari tatapan, ibu berterimakasih jika aku benar benar melakukanya.

Last Scene || James Potter x OC || The Marauders EraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang