01. Cewek Cupu dan Cowok Dingin

9.3K 292 14
                                    

"Tolong kembalikan! Gue mohon, tolong kembalikan!"

Dengan pandangan buram, seorang cewek rabun jauh berusaha meraih kacamata yang dari tadi dioper oleh Helly and the genk. Sedangkan murid lain di kelas itu meneriaki dan menertawakan tingkah cewek itu.

"Ayo ambil kalau bisa!" kata Helly sambil mendorong-dorong tubuh Rifka.

Begitu Rifka akan merebut kacamatanya dari tangan Helly, Helly langsung melemparkannya ke arah Furi dan Tasya. Begitu terus sedari tadi. Mereka bertiga seperti tidak pernah bisa puas untuk mengusili Rifka setiap saat.

"Lo tuh cewek cupu. Udah cupu, miskin, bodoh pula," ejek Furi.

Tasya tertawa sinis. "Lo masuk ke sekolah unggulan ini juga cuma gara-gara lewat jalur zonasi."

"Harusnya Lo sadar diri!" Helly menambahkan. "Dasar cupu!"

Tepat ketika kacamata itu kembali ke genggaman Helly, bel masuk kelas jam pelajaran terakhir berbunyi. Cewek itu lalu dengan sengaja membanting kacamata milik Rifka ke arah tembok dengan keras.

"Rasain lo!" kata Helly. "Udah yuk, kita ke bangku masing-masing. Udah bunyi bel. Bosan juga lama-lama bully cewek cupu itu."

Furi dan Tasya menurut. Mereka langsung kembali ke tempat duduk asalnya.

Rifka dengan pilu mencomot kacamatanya yang kacanya sudah retak sebelah sedikit akibat dibanting Helly. Matanya berkaca-kaca mengetahui hal itu. Helly and the genk sangat jahat sekali, padahal selama ini Rifka tidak pernah melakukan kesalahan besar kepada mereka.

Mirisnya lagi, tidak pernah ada satu orang pun di kelas yang membantunya, bahkan mendukungnya. Semua cewek di kelas takut kepada Helly, dan para cowok malah jijik kepada Rifka yang memang super aneh.

Dengan pedih, Rifka kembali ke tempat duduknya karena seorang guru yang sekarang memiliki jadwal di kelas itu sudah datang. Rifka mengatur napasnya, menenangkan diri. Dia harus sabar dan kuat untuk bertahan bersekolah di sana, karena hanya sekolah inilah yang paling dekat dengan rumahnya. Dia tidak bisa mengendarai sepeda, bila dia pindah ke sekolah yang lebih jauh, ia akan kecapekan karena harus berjalan kaki. Lagipula, di sekitar tempat itu tidak ada angkot. Bila naik ojek, itu hanya akan menghabiskan seluruh uang jajan Rifka sehari.

Rifka mengelap pipinya yang kini lembab dengan telapak tangannya. Ia kembali memakai kacamatanya. Seketika itu, tiba-tiba matanya mendapati sesosok makhluk menyeramkan berdiri di depan papan tulis sambil menatapnya tajam.

"Setan! Ada setan!" Rifka berteriak histeris. Membuat semua kepala di kelas itu menoleh ke arahnya.

"Ada afa, Rifka?" tanya Pak Yatno, guru yang sedang mengajar di kelas. Dia memang tidak bisa menyebut huruf P. Jadi setiap dia mengatakan kata yang berhuruf P, akan berubah kedengarannya menjadi huruf F. Gigi Pak Yatno memang tonggos.

"Ada setan, Pak! Di depan papan tulis!" balas Rifka sambil menunjuk ke arah hantu itu.

"Halah! Bohong dia Pak! Si cupu itu emang sering caper. Segala pura-pura jadi indigo lagi," kata Helly yang dibalas ketawa jahat orang-orang sekelas.

"Tapi saya tidak bohong, Pak. Di depan papan tulis itu emang ada setan!" Rifka masih histeris, apalagi kini hantu berkepala bonyok itu perlahan berjalan kepadanya.

"Rifka, lebih baik kamu segera fergi ke belakang! Cuci muka kamu sufaya fikiranmu nggak ngaco lagi!" suruh Pak Yatno.

Tanpa berpikir panjang, Rifka pun buru-buru pergi ke luar kelas lewat barisan belakang tempat duduk kelas. Daripada sosok itu makin mendekat kepadanya. Dia bingung karena akhir-akhir ini, sosok berkepala bonyok yang darahnya mengguyur sebagian wajahnya itu memang selalu menghantui Rifka. Entah setan itu mau apa dari Rifka.

Rifka dengan cepat berlari ke arah WC untuk bersembunyi, supaya sosok itu kehilangan jejaknya. Begitu dirinya sudah akan sampai di dekat WC, ia tidak sengaja menabrak seorang cowok yang agaknya baru selesai dari arah toilet cowok.

"Maaf, Akram. Gue nggak sengaja," kata Rifka.

Akram hanya menatapnya dingin dengan kecut, berusaha tidak peduli. Cowok yang sikapnya selalu dingin itu masih satu kelas dengan Rifka. Makanya Rifka tahu namanya siapa.

Rifka kemudian menoleh ke belakang. Lalu dia kembali bersikap histeris karena ternyata hantu itu mengikutinya. Dia segera mencengkeram lengan Akram. Ketakutan. Apalagi di tempat itu keadaan begitu sangat sepi, sepertinya murid-murid sudah masuk ke kelasnya masing-masing.

Akram yang tidak nyaman tangannya dipegang seperti itu berdecak. "Lepasin!"

"Ram, bantuin gue! Gue dikejar-kejar setan!" Rifka begitu erat memegang tangan Akram.

"Setan? Ngaco!" Akram masih berusaha melepaskan genggaman Rifka di lengannya.

"Tolong, Ram. Gue serius. Setan itu makin dekat!"

Akram tidak memedulikan rengekan Rifka. Ia terus berusaha melepaskan tangan Rifka sampai akhirnya ia berhasil mendorong tubuh Rifka sampai cewek cupu itu terjatuh.

Rifka yang terdorong dan mengetahui dirinya semakin dekat dengan sosok itu, seketika pingsan tidak sadarkan diri.

Akram pun tidak ingin memedulikan Rifka yang terkapar di bawah itu. Dia mengira, cewek cupu itu hanya ingin mencari perhatian saja kepadanya. Lagipula dia juga tahu, kalau Rifka memang orang yang aneh.

Namun, begitu berjalan cukup jauh dan kembali melihat tubuh Rifka terlihat kejang-kejang, Akram perlahan mendekat. Penasaran dengan apa yang sedang terjadi sebenarnya pada cewek aneh itu.

"Lo sehat?" tanyanya begitu mendekat.

Rifka yang masih kejang-kejang perlahan terlihat mencoba bangkit dengan susah payah. Ia berdiri membelakangi Akram. Begitu berbalik ke arah Akram, betapa terkejutnya cowok itu melihat mata Rifka yang sudah serba putih dan wajahnya begitu pucat.

Rifka kesurupan!

Akram membulatkan matanya. Ia kemudian mundur perlahan, tidak percaya dengan apa yang dia lihat di hadapannya karena ini adalah pertama kalinya dia melihat seseorang kesurupan. Akram tidak menyadari tali sepatunya terlepas, membuat tali tersebut terinjak oleh kaki sebelahnya dan menyebabkan ia terduduk jatuh.

Rifka menyeringai. Dengan cepat, cewek itu berlari ke arah Akram dengan menyergap dan hinggap di pangkuannya.

Akram berkeringat dingin. Kini, wajah menyeramkan Rifka persis tiga puluh sentimeter di depannya. Kian lama wajah itu kian mendekat sampai akhirnya ia merasa bibirnya tersentuh.

Cup!

Akram yang tadinya sempat menutup mata dan merasa ada yang menciumnya, langsung mendorong tubuh Rifka kencang.

Tetapi seketika itu, Akram merasakan hal aneh lain. Ketika dia mendorong Rifka, dia malah merasa seseorang telah mendorongnya ke belakang dengan kencang.[]



Halo gais, selamat membaca, bayarnya pake follow, vote sama komentar ya, hehe. Terima kasih... :))

randurian

AKRAM & RIFKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang