"Mmmmmh ! Mmmmh ! MMMMMHH !!!"
Jaejong berteriak memohon, tetapi mulutnya tersumpal, tangan dan kakinya ditahan oleh beberapa pria, Jaejong meronta dengan sia-sia dalam keputusasaan, jeritannya terdengar seperti cicit tikus di tengah tawa orang-orang di sekitarnya.. Tenaganya mulai habis, tapi Jaejong tetap berusaha menjaga kesadarannya, matanya terbuka sambil terus meneteskan air mata, hanya untuk melihat dan mengingat satu per satu wajah para bajingan yang silih berganti berada di atasnya..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Ngggh.. Hentikan.. Kumohon.. Ngggh..."Jaejong bergumam lirih sambil menggeliat di atas ranjang, keningnya berkerut, memeluk bantal yang dia remat sekuat tenaga dalam tidurnya. Matanya terpejam, tapi rasa takut terlukis jelas di raut wajahnya..
Bayang-bayang itu kemudian berubah dengan cepat. Napas yang memburu perlahan menjadi tenang, diiringi suara isak tangis yang memilukan. Saat ini dalam mimpinya, Jaejong tengah berbaring, bersimbah darah, mendekap sesuatu yang sudah tak bernyawa di dadanya. Perasaan takut itu kini menjadi duka yang sangat menyakitkan..
"..Maafkan aku.. Maafkan aku.. Maafkan aku.. Mmnh.."
Air mata mengalir semakin deras, Jaejong terisak dalam tidurnya, tangisan yang penuh dengan rasa penyesalan..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Ngggh...."Jaejong akhirnya membuka mata. Sambil masih terdiam di tempatnya, dia berbaring miring dengan mendekap sebuah bantal, membiarkan wajahnya basah oleh peluh dan air mata, menatap kosong ke kegelapan kamar tidurnya.
Mimpi buruk itu lagi..
Sudah 7 tahun berlalu, tapi Jaejong masih belum bisa lepas dari bayang-bayang masa lalunya. Kejadian itu terkadang masih menghantuinya lewat mimpi. Wajah-wajah para bajingan itu bahkan masih terpatri jelas di ingatannya, membuat alam bawah sadarnya dengan mudah merekaulang kenangan buruk itu, kenangan buruk yang hingga kini terus mengikis hati dan pikirannya.
Jaejong masih termenung dengan tatapan kosong. Hari masih gelap, hanya suara detik jarum jam yang terdengar. Kesunyian itu membuat air mata yang sudah berhenti tiba-tiba mengalir kembali. Bibirnya bergetar, sekuat tenaga Jaejong menahan segala emosi yang kembali meledak. Segera dia bangkit lalu berjalan menuju kamar mandi.
Jaejong duduk di atas closet yang tertutup, mengambil sebuah cutter di rak penyimpanan, lalu mulai menyayat daging di lengannya.
--------------------------Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief Incisions
FanfictionJika duka adalah penyakit, maka tetesan darah adalah obat baginya. ================================= BL MPREG YUNJAE Lover ================================= Halo, sudah lama sejak release cerita terakhir???? Cerita kali ini belum lepas dari Yunjae...