37. Exotic Blind Date, Phantom

316 55 5
                                    

Jaejong datang terlalu awal. Madam Yu terlalu bersemangat mengirimnya pergi berkencan hingga terburu-buru memesankan taxi. Jaejong tidak enak menolak karena acara yang akan dia datangi ini ternyata berbayar dan Madam Yu sudah membayar mahal untuknya, jadi mau tidak mau dia berangkat.

Acara itu diadakan di sebuah ballroom hotel, karena masih agak lama, Jaejong bersantai dulu di kafe terdekat. Dia duduk di pinggir jendela sambil menyesap minumannya, melihat kendaraan yang lalu lalang, meratapi waktunya yang terbuang. Dia tidak pernah memiliki ketertarikan khusus dengan orang lain, kenapa juga harus menghadiri acara kencan. Jaejong menghela napas.

Sebuah motor sport tiba-tiba lewat dan menarik perhatian Jaejong. Motor itu berhenti di persimpangan saat lampu merah menyala, pengendara motor itu menggunakan helm motocross tertutup dan jaket kulit hitam. Jaejong tersenyum kecil karena jadi teringat sesuatu, sepertinya dia pernah merasakan ketertarikan khusus, tapi itu sudah belasan tahun yang lalu.

Suatu hari saat akan menyebrang jalan di kampus, Jaejong pernah tertabrak motor sport seperti itu. Beruntung si pengendara cepat mengerem, jadi dia tidak terluka, hanya jatuh tersungkur dan buku-buku yang sedang dipeluknya berhamburan di jalan. Saat itu Jaejong memang tidak membawa tas karena satu-satunya tas yang dia miliki sedang dicuci. Si pengendara langsung turun dari motor untuk menolong. Sambil masih menggunakan helm motocross yang tertutup rapat, pria itu mengulurkan tangan untuk membantu Jaejong bangun. Tapi tenaga pria itu ternyata terlalu kuat, sehingga ketika ditarik, wajah Jaejong malah kebablasan membentur helm pria itu, membuat bibir Jaejong berdarah. Terlihat panik dan merasa bersalah, pria itu mengusap darah yang keluar dari bibir Jaejong yang berdarah. Tapi karena saat itu Jaejong buru-buru mengejar kelas, dan sangat malu tentunya, Jaejong cepat-cepat pergi setelah memungut buku-bukunya.

Jaejong tersenyum ketika mengingat lagi kejadian lucu itu, sambil tanpa sadar mengusap bibirnya sendiri. Pengendara motor itu sangat misterius, jika tidak sedang buru-buru Jaejong mungkin akan memunguti bukunya perlahan supaya bisa berkenalan dengan pria itu.

Lamunannya berakhir, Jaejong tidak ingin mengenang lebih jauh lagi, karena setelah itu di hari yang sama, Jaejong diperkosa.

Setelah menghabiskan sisa minuman di gelasnya, Jaejong keluar dari kafe.




-------------------------



Jaejong memasuki lobi hotel. Tanpa bertanya, dia tahu harus ke mana, karena sudah banyak standing banner Exotic Blind Date yang disebar untuk mengarahkan peserta. Jaejong mengikuti petunjuk hingga tiba di suatu lorong. Ada seorang wanita cantik yang menunggu di sana.

"Peserta Kencan?"

"Iya.."
Jawab Jaejong sambil menyerahkan undangannya.

"Mari Tuan, sebelah sini."
Wanita itu mengarahkan Jaejong ke sebuah ruangan.

"Silakan mencari pintu bilik sesuai kode pada undangan anda. Anda bisa berganti pakaian di sana sebelum masuk ke ballroom. Kami juga sudah menyediakan topeng untuk anda kenakan selama acara."

"E...kenapa harus berganti pakaian?"

"Itu agar para peserta yang tidak berjodoh tidak saling mengenali setelah acara selesai, kalian tidak ingin merasa canggung jika tanpa sengaja bertemu lagi bukan?"

"Oh.. Benar juga.."
Untung Jaejong tidak mengabaikan catatan di undangan untuk membawa pakaian ganti, karena pasti tidak akan ada yang berjodoh dengannya.

Jaejong menemukan bilik miliknya. Ada loker, meja rias, kursi, cermin, topeng, dan selembar kertas berisi peraturan acara. Daftar peraturan yang panjang, Jaejong meletakkan kertas itu setelah membacanya sekilas lalu melihat topeng yang dia dapatkan. Topeng merak, tidak buruk, berarti dia harus memanggil dirinya Peacock setelah ini, karena wajib menggunakan nama samaran sesuai topeng yang dikenakan sepanjang acara. Jaejong berganti pakaian lalu memakai topengnya.

Grief IncisionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang