45. Aku Membencimu!

346 51 5
                                    

Semalam Jaejong bermimpi buruk lagi setelah sekian lama tidak mengalaminya, tapi kali ini wajah terakhir yang dia lihat berada di atasnya adalah seseorang dengan topeng hantu..

Seharian Jaejong memandangi televisi yang menyala di ruang keluarga. Remote ada di tangannya, tapi saluran tidak pernah diganti. Anak-anak yang lain tidak berani mengganggunya. Bahkan Madam Yu pun tidak berani bertanya. Yunho tidak memesannya lagi sejak hari itu, tidak juga orang yang lain.

Jaejong membuka handphonenya. Dia tidak pernah berganti email, alamat yang dia gunakan sejak belasan tahun yang lalu masih sama. Jaejong mengintip inbox, meskipun tidak yakin apakah masih bisa menemukan email yang masuk pada 14 tahun yang lalu. Tapi dia tidak pernah menghapus pesan dan memori penyimpanan emailnya belum penuh, jadi kalau Yunho tidak berbohong, email darinya mungkin masih ada kan? Dia mengetikkan kata 'yunho' di kolom pencarian, lalu dengan berdebar mengetuk tombol Cari.

Tidak ada hasil.

Jaejong membuang napas. Benar-benar omong kosong. Tapi kemudian dia mencoba lagi dengan kata kunci yang lain. 'jung', 'jungyunho', 'ynh', 'jy', 'brengsek', masih tidak ada hasil. Tapi kemudian ada 1 email muncul ketika dia mengetik kata 'mengembalikan'. Jaejong mengetuk layar, itu tanggal 14 tahun yang lalu..

----
From: bear0602
Aku yang menabrakmu tadi pagi. Ada 1 bukumu yang tertinggal. Kutunggu di Yongsan Cafe jam 7 malam nanti untuk mengembalikannya. Sampai jumpa.
----

Jaejong meremat handphonenya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sudah 2 minggu berlalu, Jaejong masih menganggur di penginapan. Tidak ada seorangpun yang memesannya, ini sebuah rekor, biasanya paling lama hanya 2 hari dia menunggu. Jaejong berkali-kali melihat layar handphonenya, tidak ada notifikasi masuk. Bertanya kepada Madam Yu juga sama, hanya gelengan kepala yang dia dapatkan. Bosan di ruang keluarga, Jaejong duduk menunggu di lobi, bermain dengan kukunya sambil sesekali melihat ke arah pintu masuk, menunggu pintu itu terbuka. Dia akan mendongak setiap kali bunyi lonceng terdengar, dan menunduk lagi jika yang masuk bukan orang yang dia harapkan. 'Memangnya siapa yang kutunggu..' Jaejong mengejek dirinya sendiri, kemudian berdiri untuk kembali ke ruang keluarga.

CEKLING.
Pintu lobi terbuka.







"Aku ingin memesan layanan khusus."

DEG.

Jaejong menghentikan langkah ketika mendengar suara orang yang memesan. Tapi tetap tidak berbalik, dia hanya memasang telinga untuk terus mendengarkan suara yang ada di balik punggungnya itu.

"Kenapa tidak menelepon seperti biasa?

"Aku ingin menginap."

"Oh. Tumben sekali. Untuk berapa malam?"

"Satu malam."

Jaejong melanjutkan langkahnya. Dia harus bersiap karena mungkin akan bekerja sebentar lagi.

"Siapa yang ingin kau pesan?"

Jaejong berjalan lambat. Untuk apa Madam Yu menanyakannya, bukankah sudah jelas, dia pasti akan memesan---

"Wanita."

Jaejong langsung menoleh ke belakang.

"Siapapun tidak masalah."

Grief IncisionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang