26. Jaksa Penuntut

298 52 4
                                    

Surat pengakuan, seorang saksi, dan 2 buah bukti rekaman sudah di tangan polisi, dengan cepat Yunho dan ketiga saudaranya resmi menjadi tersangka dan ditahan sambil menunggu persidangan mereka. Insung juga ditetapkan sebagai tersangka karena dulu membuat keterangan palsu untuk alibi Yunho, namun dia tidak ditahan selama menunggu persidangan karena tidak terlibat langsung dalam tindak pidana.

Semua tersangka telah mengaku bersalah, sehingga persidangan yang akan digelar hanya untuk menentukan masa hukuman mereka. Berkas kasus sudah berada di tangan jaksa penuntut.
.
.
.
.
.
.
"Jaksa Jang, jangan lupa ada undangan reuni universitas nanti malam."
Kata seorang pegawai wanita sambil meletakkan tumpukan berkas baru dan membetulkan posisi papan nama di meja.

"Jaksa Jang - Geun - Suk, apakah anda mendengarkan?"
Pegawai wanita itu menekankan setiap kata karena tidak ada sahutan.

"Aku dengar. Reuni universitas. Nanti malam. Terima kasih Yuri."
Jawab Jaksa Jang sambil masih terduduk malas di kursinya, membaca berkas begitu dekat dengan mata sampai hampir menutupi wajah. Tidak jelas apakah dia benar-benar sedang membaca atau memang menutupi wajahnya untuk tidur.

Yuri berdecak kesal kemudian kembali ke mejanya. Dia asisten seorang jaksa, jaksa itu suka memarahinya kalau lupa mengingatkan tentang jadwal, tapi ketika diingatkan tidak jelas apakah didengarkan atau tidak.

Malamnya, Jaksa Jang datang ke sebuah restoran dimana reuni universitasnya diadakan. Hanya reuni 1 jurusan saja, jadi tidak terlalu banyak. Orang-orang yang datang rata-rata jaksa atau pengacara. Jaksa Jang datang untuk bersenang-senang, jadi dia tidak menahan diri untuk makan dan minum. Sampai ketika dia sudah mulai agak mabuk, salah seseorang teman sekelasnya mengajaknya berbincang.

"Geun Suk, kudengar kau yang menangani kasus keluarga Jung?"

"Jung? Siapa itu?"

"Kasus pelecehan seksual.. oleh beberapa orang.."

"Aaaah kasus tuan Kim. Bagaimana kau bisa tahu?"

"Aku salah satu pengacara terdakwa."
Sebenarnya dia hanya pengacara pembantu, bukan pengacara utama.

"Waaah tidak kusangka kita akan bertemu di ruang sidang!"
Jaksa Jang malah terlihat gembira.

"Terkait kasus itu, ada seseorang yang perlu kau temui."

"Siapa?"

"Ayo ikut, dia sudah menunggu di ruang sebelah."

Dengan agak sempoyongan Jaksa Jang mengikuti temannya sambil sesekali tersenyum sendiri karena merasakan langkah kakinya sangat ringan seperti terbang.

Jaksa Jang dibawa ke sebuah ruang jamuan pribadi. Ruang kecil itu sudah terisi oleh 2 orang dan beberapa hidangan di atas meja, mulai terasa sempit ketika Jaksa Jang dan temannya masuk.

"Geun Suk, ini Tuan Jung.
Ayah dari Jung Yunho, salah satu terdakwa kasus itu."
Kalimat terakhir dibisikkan agar tidak menyinggung orang yang disebut.

"Selamat malam Tuan Jung, maaf aku sedikit mabuk."
Geun Suk membungkuk memberi salam.

Yun-Oh membalas salam untuk kesopanan, lalu tanpa basa basi melakukan tujuannya menemui Jaksa Jang.

"Tuntutan untuk kasus putraku, tolong pertimbangkan sebagai hukuman minimal."
Seseorang meletakkan sebuah koper di atas meja, kemudian Yun-Oh mendorongnya perlahan ke arah Jaksa Jang.

Jaksa Jang tersenyum cerah melihat koper itu.
"Terima kasih Tuan Jung, anda sangat baik, tapi aku sudah memiliki banyak koper di rumah. Dan untuk kasus putra anda, aku sudah mengirim berkasnya ke Hakim tadi siang dengan tuntutan hukuman maksimal."

Grief IncisionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang