Yunho menyodorkan nampan logam untuk menerima jatah nasi dan lauk pauk makan siang. Penampilannya di penjara banyak berubah. Selain tidak ada lagi setelan jas bermerk yang membuatnya tampil elegan, rambutnya kini juga terlihat agak berantakan, dia seperti hanya membiarkannya tumbuh begitu saja sampai tiba saatnya jadwal potong rambut rutin dari penjara.
Nampannya sudah terisi, Yunho berjalan menyusuri lorong di antara meja makan mencari bangku kosong untuk duduk. Banyak meja yang sudah penuh terisi, karena Yunho suka berbaris di urutan belakang ketika antri makan, dia malas berdesak-desakan.
Yunho masih berjalan mencari meja ketika beberapa orang datang dari arah berlawanan. Yunho memperlambat langkah sambil menggeser tubuhnya untuk memberi jalan, tapi jalan itu sempit sehingga Yunho bertabrakan bahu dengan salah satu orang.
"Cari masalah denganku?"
Napi bernama Yochul menegur Yunho karena sudah menyenggolnya."Kita hanya tidak sengaja bersenggolan."
Jawab Yunho sambil meletakkan nampannya di atas meja, mengabaikan tatapan Yochul.Yochul dan rekan-rekannya ikut meletakkan nampan lalu memulai keributan. Dalam sekejap Yunho sudah ditindih di lantai oleh Yochul dan dihajar. Yunho hanya bisa membalas sekenanya karena posisi yang tidak menguntungkan. Napi yang lain mulai menyoraki mereka seperti sebuah tontonan, tapi hiburan itu hanya berlangsung singkat, karena seorang sipir kemudian datang sambil mengacungkan tonfanya untuk membubarkan perkelahian. Dia memberikan 1-2 pukulan kepada Yochul agar melepaskan Yunho.
Yunho akhirnya terbebas, dia mengusap sedikit darah di bibirnya yang pecah. Sipir membubarkan kerumunan lalu menyuruh mereka berdua untuk mengambil tempat terpisah. Yochul dan Yunho kemudian berjalan saling memunggungi sambil menyungingkan senyum di bibir mereka. Yochul menepuk-nepuk kantong celananya yang menggembung karena gulungan uang yang diselipkan Yunho diam-diam ketika perkelahian tadi.
-------------------
Sorenya di hari yang sama, para tahanan sedang menikmati waktu olah raga di halaman. Beberapa bermain baseball di lapangan rumput, beberapa yang lain bermain basket, banyak yang hanya duduk atau bersantai di fasilitas umum hanya untuk sekedar menonton pertandingan. Para sipir tersebar untuk berpatroli menjaga situasi.
"Hei! Gunakan matamu!"
Seorang sipir menegur napi muda yang menabraknya ketika berjalan. Napi itu nampak ketakutan lalu berjalan cepat sambil membungkuk meminta maaf.Napi muda itu berjalan ke pinggir lapangan baseball, tempat seseorang sudah menunggunya. Sambil berjalan lambat, dia melemparkan sebuah dompet sipir yang berhasil dicurinya tadi ke seseorang yang dilewatinya.
Tidak perlu menangkap, dompet itu langsung masuk ke pangkuan Yunho yang sedang berjongkok. Yunho tersenyum sambil menyelipkan gulungan uang ke saku celana napi muda yang melewatinya itu.
Suara sorak menyorak terdengar riuh dari berbagai penjuru penonton. Nampaknya pertandingan baseball sore itu berjalan seru. Yunho juga ikut menonton dari pinggir lapangan, dia suka tempat yang sepi. Napi-napi yang lain memilih menonton dari lantai 2 karena bisa melihat lebih jelas dari sana. Seorang sipir kemudian lewat di depan Yunho.
"Pak, dompet anda terjatuh."
Kata Yunho kepada sipir tersebut.Sipir itu langsung memeriksa kantong celananya yang memang sudah kosong, dia hendak menghajar Yunho karena mengira Yunho yang mengambilnya, tapi Yunho segera menunjuk ke arah dompet itu tergeletak. Sipir itu menoleh dan memang menemukan dompetnya di sana. Tapi dia heran kenapa bisa terjatuh begitu jauh, bahkan sampai masuk ke area lapangan.
Sipir itu berjalan untuk mengambil dompetnya. Tangannya sudah terulur untuk memungut ketika tiba-tiba---
CUUH!
Banyak ludah mengenai wajah sipir itu. Sipir yang terkejut itu menggeram mengusap wajahnya sambil melihat ke atas.
"Ya ampun! Maaf Pak! Kami tidak mengira akan ada orang yang lewat! Kami sedang adu meludah paling jauh!"
Yochul berteriak dari lantai dua. Dia dan rekan-rekannya membungkuk dari atas untuk meminta maaf.Area itu memang bukan jalan yang umum dilewati orang, jadi sebenarnya Yochul tidak salah, sipir itu lalu melirik Yunho lagi.
"Kau yang melempar dompetku ke sana!"
Sipir itu menarik kerah baju Yunho."Apa maksud Bapak? Kapan aku menyentuhnya? Aku hanya berjongkok di sini sejak tadi."
"Kurang ajar! Kau pasti bersekongkol dengan para napi di atas untuk mengerjaiku!"
"Bagaimana mungkin aku bersekongkol dengan mereka, Bapak sendiri yang melerai ketika tadi kami berkelahi di ruang makan. Kami tidak berteman."
"Aaaaarrrgh!"
Sipir itu tetap melayangkan pukulan kepada Yunho dan menghajarnya habis-habisan untuk meluapkan emosi. Tidak puas menghajarnya dengan tangan, sipir itu menggunakan tonfa untuk memukuli Yunho. Yunho hanya tertawa sambil melindungi kepalanya dari pukulan-pukulan tongkat.
---------------------------Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief Incisions
FanfictionJika duka adalah penyakit, maka tetesan darah adalah obat baginya. ================================= BL MPREG YUNJAE Lover ================================= Halo, sudah lama sejak release cerita terakhir???? Cerita kali ini belum lepas dari Yunjae...