Hari yang cerah, Jaejong duduk di sofa, bersantai di ruang keluarga sambil sibuk dengan handphonenya. Sangat sibuk, hingga tidak sadar jika sudah sejak lama ada seseorang yang ikut sibuk membaca juga bersamanya.
"Sejak kapan kau suka belajar tentang hukum Jae?"
PLETAK!
Handphone Jaejong jatuh ke lantai karena gagal ditangkap saat tergelincir dari tangannya."Hyorin.. jangan suka mengintip.."
Jaejong mengambil lagi handphonenya. Sudah biasa, jadi Jaejong tidak khawatir benda itu rusak."Kalau tidak ingin diintip lakukan seperti ini ketika membaca, seperti ini, seperti ini."
Hyorin menutup wajahnya dengan kedua tangan dari samping seperti sedang mengintip lubang semut, memperagakan. Dia sudah duduk di samping Jaejong sekarang, tidak lagi di belakangnya."Cuma iseng.."
Jawab Jaejong sambil meletakkan handphone itu di pangkuan, tidak lagi berkeinginan untuk melanjutkan membaca."Tunggu. Kau... tidak berpikir untuk mencabut laporanmu kan???"
Mengingat artikel-artikel yang Jaejong baca tadi, tentang 'apakah laporan bisa dicabut jika putusan sidang sudah berjalan', Hyorin menjadi curiga."Tidak.. aku hanya.."
"Jae! Ingat apa yang sudah dia lakukan padamu! Bertahun-tahun kau menderita sendirian dan berharap mereka bertanggung jawab, mereka layak mendapat hukuman berat Jae! Apa yang membuatmu ragu??."
"...."
Hyorin kemudian mengusap bekas-bekas luka di tangan Jaejong.
"Ini semua akan terus membekas padamu.. Sementara tidak ada yang terjadi pada mereka.. Kurasa penjara saja tidak cukup.. Di sana mereka masih bisa makan tidur dan beraktivitas seperti kita di sini. Mereka tidak akan bisa merasakan penderitaan seperti saat kau hidup di jalanan.. seperti saat kau kehilangan Jinhee..""...."
"Tidak perlu berbelas kasihan pada mereka Jae, mereka juga tidak berbelas kasihan padamu.."
"...Kau benar.."
Jaejong seperti disadarkan kembali. Meskipun masih ada yang mengganjal di hatinya, tapi tidak ada yang salah dari perkataan Hyorin. Duka dan amarahnya masih ada ketika mengenang masa lalu, hanya saat ini terasa sedikit berbeda. Semua perasaan itu tidak lagi membuatnya menggebu seperti dulu, dia hanya sedih, itu saja."Maaf jadi mengingatkanmu pada kenangan buruk. Jangan bersedih lagi, mn? Ayo temani aku jalan-jalan. Madam Yu menyuruhku membeli telur, aku tidak bisa membawanya sendirian naik sepeda, bisa-bisa setengahnya pecah di jalan."
Dan handphone berserta semua artikel yang masih terbuka di layar itu pun akhirnya terabaikan, Jaejong sudah digeret keluar untuk mencari udara segar.
------------------------------Time skip, 3 bulan kemudian.
Hari-hari berlalu dengan sangat cepat. Jaejong masuk ke dalam penginapan, baru saja kembali dari--
"Bagaimana kencan kalian???"
Madam Yu langsung menghampiri dan menghimpit Jaejong sambil bertanya antusias tentang kencan buta yang baru saja Jaejong lakukan bersama seorang wanita.Jaejong menggeleng sambil melepas jaketnya. Baginya itu hanya makan siang dengan orang asing yang membuang-buang waktu. Kalau saja bukan Madam Yu yang mengaturnya, pasti sudah dia tolak.
"Aaah.. ck."
Madam Yu terlihat sangat kecewa."Tidak perlu menjodoh-jodohkanku lagi Madam Yu, aku tidak tertarik dengan---"
"Sssst.sst.sst. Jangan katakan. Ucapan adalah doa, kau bisa melajang seumur hidupmu jika mengucapkannya."
Madam Yu menjepit mulut Jaejong.Jaejong hanya bisa menghela napas panjang. Sudah beberapa kali ini dia dikenalkan dengan orang asing oleh Madam Yu. Pria, wanita, semua Madam Yu cobakan pada Jaejong, mungkin sudah ada 5-6 kali pertemuan sia-sia hingga saat ini.
"Kau sudah tua sayang, sampai kapan mau hidup sendiri, kau harus berkeluarga. Jangan sampai menjadi janda kesepian sepertiku.. hiks.."
Madam Yu berpura-pura sedih."Aku baru 34 tahun Madam Yu.."
"SUDAH 34 tahun. Oh ya ampun.. Kemari, aku masih punya calon yang lain. Mana yang kau suka?"
Madam Yu menunjukkan foto-foto calon kencan buta selanjutnya."Kenapa kau terus memaksaku Madam Yu.. aku tidak mau.. aku sudah cukup bahagia dengan kehidupanku sekarang.."
Madam Yu menurunkan handphonenya, kemudian mengusap wajah Jaejong.
"Sayang, kau tidak bisa selamanya di sini. Maksudku, kau boleh terus tinggal di sini bersamaku, tapi tidak bekerja untukku.. Bukan karena fisikmu yang akan terus menua dan tidak cocok dengan bisnis kita, tapi karena aku ingin kau bahagia.""....."
"Aku juga melakukan hal yang sama pada anak-anak yang lain, tidak hanya padamu. Hyorin juga sudah tua, aku sudah mengatur beberapa kencan untuknya juga."
"Hyorin juga?"
Jaejong terkekeh mendengar Hyorin pun menjadi korban perjodohan Madam Yu."Tentu saja! Dia lebih parah darimu. Wanita berumur 34 tahun belum menikah, ya ampun.. Aku baru berhasil membujuknya datang ke 1 kencan, semoga saja di kencan buta berikutnya dia tidak membuat masalah."
"Memangnya apa yang sudah dia lakukan?"
"Dia tidak mandi dan menunjukkan buku ketiaknya yang belum dicukur kepada teman kencannya! Oooh sangat memalukan! Ibu anak itu langsung meneleponku begitu mendengar cerita dari anaknya yang kabur dari kencan!"
Jaejong tertawa terpingkal-pingkal, penolakan yang sangat Hyorin sekali.
"Awas saja kalau kau sampai menirunya."
Madam Yu kesal. Jaejong hanya bisa mengangguk patuh sambil tertawa."Hyorin tidak akan bisa dijodohkan Madam Yu, menyerah saja. Dia terlalu sering menonton drama, dia ingin menemukan sendiri pangerannya dengan dramatis seperti di film-film. Daripada berkencan, suruh saja dia jalan-jalan di pusat kota, dia mungkin akan jatuh cinta pada seseorang yang tidak sengaja menabraknya atau menangkapnya ketika terjatuh."
"Begitukah? Apa aku harus mengatur skenario pertemuan seperti itu untuknya?"
"Eh.. maksudku bukan untuk dijodohkan dengan cara seperti itu~"
"Hahaha terima kasih sudah memberiku ide baru sayang. Lalu bagaimana denganmu? Metode apa yang kau suka??"
"Ah... ahaha~ tidak ada yang kusuka.. aku masuk ke dalam dulu, selamat tinggal Madam Yu. Kabari aku jika ada pelanggan."
Jaejong cepat-cepat kabur sebelum dicecar pertanyaan lain.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ting.
Sebuah notifikasi masuk ke handphonenya ketika Jaejong sedang menonton tv di ruang keluarga. Jaejong mengintip layar, dari Madam Yu. Mungkin pekerjaan untuknya hari ini. Jaejong membuka pesan singkat itu. Hanya berisi sebuah link, Jaejong langsung mengetuk."Apa sekarang Madam Yu mengirim profil pelanggan lewat tautan?"
Guman Jaejong.Halaman yang sedang loading itu akhirnya menampilkan kontennya. Ternyata hanya website untuk sebuah acara.
EXOTIC BLIND DATE
Ting.
Sebuah pesan singkat lainnya masuk. Seketika alis Jaejong berkedut.----
Aku sudah mendaftarkanmu ke acara itu.
Bersenang-senanglah^^
Temukan belahan jiwamu sayang😘
------------------------------------Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief Incisions
FanfictionJika duka adalah penyakit, maka tetesan darah adalah obat baginya. ================================= BL MPREG YUNJAE Lover ================================= Halo, sudah lama sejak release cerita terakhir???? Cerita kali ini belum lepas dari Yunjae...