Extra 5. Menjadi Apapun Yang Kau Butuhkan

410 64 5
                                    

"Nnnggh... Maafkan aku..."

"Nngh...."

Yunho terbangun ketika mendengar suara erangan. Dia langsung memeluk Jaejong yang sedang menangis sambil terpejam, mengusap punggungnya hingga tangis itu berhenti. Jaejong pun tersadar dan membalas pelukan Yunho, menyembunyikan dirinya dalam dekapan hingga ia tertidur lagi. Sangat jarang, tapi kenangan masa lalu itu terkadang masih menyapa Jaejong lewat mimpi. Jika sebelumnya Tungtung yang membantu Jaejong menenangkan diri, sekarang ada Yunho yang selalu berjaga di sisinya, tidak membiarkan Jaejong menyakiti dirinya sendiri barang sedikitpun.

Pagi itu Jaejong bangun dengan mata sembab, perasaannya agak kacau karena mimpi semalam, tapi begitu melihat wajah yang tersenyum di depannya, sudut bibir Jaejong langsung terangkat.

"Hentikan senyum konyolmu itu."

"Kenapa harus berhenti, kau menyukainya."

Jaejong menutup wajah Yunho dengan bantal, dia tahu Yunho sengaja menggodanya. Senyum ompong itu selalu membuatnya merasa geli, tapi juga berhasil membuat perasaannya menjadi lebih baik. Dan mereka pun mengawali hari seperti biasa, kecupan singkat di pagi hari, lalu berbelanja dan memasak pesanan.
.
.
.
Dag. Dag. Dag.
Jaejong memukul-mukul dispenser berasnya yang macet sambil berdecak kesal.

"Ahaha~ sini sini biar aku yang memasak nasi. Kau potong-potong sayur saja."
Yunho langsung datang dan menggeser Jaejong, lalu mengguncang-guncangkan dispenser itu. Seketika beras mengalir keluar.

"Aku mau beli yang baru. Yang ini sudah rusak, sering macet, menyebalkan."
Jaejong mengomel, dispenser itu merusak moodnya lagi.

"Ah tidak perlu, hanya perlu sedikit digoyang."
Jawab Yunho sambil memijat pundak Jaejong.

Setelah selesai memasak dan mengemas, mereka bersiap untuk berkeliling mengantarkan pesanan. Jaejong duduk di bak belakang bersama tumpukan kotak makanan, sementara Yunho mengendarai motor di depan. Tujuan pertama mereka selalu ke penginapan terlebih dahulu karena yang paling dekat dari rumah.

Sesaat sebelum memasuki gerbang wastu, Yunho memakai helmnya, dia harus bersiap karena sesuatu akan menyambutnya begitu dia melintasi gerbang itu.

TAK!
Sebuah gagang sapu mengenai helm Yunho.

Din!
Yunho membunyikan klakson untuk membalas sapaan dari Pak Baek. Kakek tua itu masih terobsesi untuk memberi hukuman pada Yunho atas perbuatannya pada Jaejong.

"Selamat pagi Pak Baek."
Jaejong menyapa sambil lewat. Pak Baek membalasnya dengan gumaman. Rutinitas pagi yang biasa untuk mereka.

Yunho menurunkan pesanan di lobi, sementara Jaejong menemui Madam Yu untuk menerima pembayaran dan bertukar cerita. Madam Yu masih menjalankan bisnisnya seperti biasa, tapi dia tidak merekrut anak baru, dia hanya akan menunggu sampai anak-anak yang ada sekarang menemukan sendiri kehidupan mereka seperti Jaejong. Setelah itu, ntahlah, mungkin dia hanya akan menjalankan penginapan biasa, atau mungkin menutupnya, karena dia sebenarnya ingin jalan-jalan keliling dunia. Siapa tahu dalam perjalanannya nanti dia bertemu lagi dengan mantan suaminya, hahaha! Madam Yu sangat bersemangat ketika membayangkan meremat hancur kemaluan pria brengsek itu.

Setelah dari penginapan, Jaejong dan Yunho berkeliling mengantarkan pesanan ke tempat lain di kota itu. Sekarang Yunho sedang menurunkan pesanan di kantin sebuah sekolah menengah pertama, sementara Jaejong menunggu di motor, melamun sambil melihat anak-anak remaja bermain di halaman sekolah.

"Ah!"
Jaejong memekik ketika Yunho tiba-tiba menancapkan jari ke ketiaknya.

"Aw!"
Yunho menjerit. Sebuah cubitan puting melayang untuk membalas perbuatannya.

Grief IncisionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang