1 minggu kemudian.
Yun-Oh menyesap teh hangat di ruang kerjanya sambil membaca koran pagi. Teknologi sudah amat maju, tapi Yun-Oh tetap menyukai cara lama untuk mengetahui perkambangan berita. Pagi yang tenang itu mulai terusik dengan telepon dari adik perempuannya.
----
"Kakak! Apa kau melihat Ji-Kyu di kantor??"
Pertanyaan langsung memberondong sebelum Yun-Oh sempat mengatakan halo."Tidak."
"Kalau begitu apa Yunho ada di sana??"
"Tidak. Sebenarnya siapa yang kau cari."
"Ji-Kyu tidak bisa dihubungi sejak semalam! Dia pergi bersama Yunho sebelumnya. Bagaimana ini?? Bagaimana kalau terjadi apa-apa pada mereka?? Aku juga tidak bisa menghubungi Yunho~ Ya Tuhan bagaimana kalau mereka kecelakaan! Penculikan! Kakaaak lakukan sesuatu!"
"Tenangkan dirimu. Mereka bukan anak kecil lagi."
"Aku tahu~ Tapi tidak biasanya Ji-Kyu begini! Dia tidak pernah mengabaikan teleponku sesibuk apapun dirinya!"
"Akan kucoba menghubungi Yunho."
----
Namun baru saja menutup panggilan, panggilan yang lain masuk, kali ini dari adik keduanya yang mencari Bae-Soo. Kemudian masuk panggilan lainnya lagi dari adik ketiganya yang mencari Moon-Sung dengan pertanyaan yang sama. Pagi yang sangat ramai untuk Yun-Oh karena ketiga keponakannya tiba-tiba menghilang bersamaan. Dia lalu mencoba menghubugi Yunho karena khawatir anaknya juga ikut menghilang, kecemasan ketiga adiknya mulai menular.
Panggilannya masuk, tapi tidak diangkat. Yun-Oh mencoba untuk yang kedua kalinya, tapi tetap tidak diangkat. Dia kemudian berdiri dari kursinya karena merasa semakin cemas. Yun-Oh berjalan di ruangannya sambil mencoba menghubungi Insung, tapi panggilannya dialihkan, handphonenya tidak aktif. Ke mana perginya semua orang? Yun-Oh lalu menghubungi istrinya.
----
"Apa Yunho menghubungimu hari ini?"
"Tidak, dia belum menghubungiku. Ada apa?"
"...Tidak apa-apa. Lanjutkan kegiatanmu."
----
Yun-Oh sudah akan menghubungi kantor polisi ketika pintunya tiba-tiba diketuk, dan Yunho masuk sebelum dipersilakan.
"Ayah."
Sapa Yunho singkat."Kenapa tidak mengangkat teleponmu?"
Yun-Oh sedikit menunjukkan kemarahan pada nadanya."Tertinggal."
Baiklah, itu menjelaskan kenapa teleponnya tidak diangkat. Yun-Oh sedikt melunak.
"Apa kau melihat sepupu-sepupumu?""Aku melihatnya semalam."
"Ke mana kau pergi bersama mereka semalam?"
"Daripada membahas hal itu, ada hal yang lebih penting untuk kita bicarakan sekarang."
"Apa?"
"Apakah ayah ingin bertemu dengan cucu ayah?"
"Cucu? Cucu apa?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Yunho membawa ayahnya ke rumah duka. Dia mengendarai mobilnya sendiri tanpa Insung. Hanya ada dirinya dan ayahnya. Tidak ada percakapan sepanjang perjalanan, bahkan sampai saat ini pun, belum ada lagi yang berkata-kata. Kini mereka berdua tengah berdiri berdampingan di depan loker kaca Jinhee. Itu adalah Yunho yang kemudian memecah keheningan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief Incisions
FanfictionJika duka adalah penyakit, maka tetesan darah adalah obat baginya. ================================= BL MPREG YUNJAE Lover ================================= Halo, sudah lama sejak release cerita terakhir???? Cerita kali ini belum lepas dari Yunjae...