04. Jung

532 66 2
                                    

CKLING.

Suara lonceng pintu terdengar. Madam Yu langsung mengangkat wajahnya.

"Selamat datang Jeje sayang. Bagaimana perjalananmu?"

"Ntahlah, aku tertidur sepanjang perjalanan."
Jawab Jaejong sambil melepas mantelnya.

Madam Yu tersenyum, dia kemudian melepaskan kacamata, keluar dari bar resepsionis lalu mendekati Jaejong untuk menggiringnya masuk ke ruang keluarga.
"Kau pasti lelah. Tamunya belum datang, santai-santai saja dulu. Aku akan memanggilmu jika semuanya sudah siap."

"Mn."

"Sudah kusiapkan makan siang kesukaanmu di meja makan, makanlah dulu. Mereka mungkin akan datang sore hari."

"Mereka?"

"Ah, iya, ada 4 orang yang akan menginap. Tapi aku belum tahu pelayanan seperti apa yang mereka inginkan. Tenang saja Jeje, akan kupastikan dulu nanti. Aku punya peraturan, ingat?"

"Mn. Terima kasih Madam Yu."







"Madam Yu, "
Jaejong mamanggil lagi sebelum wanita itu keluar dari ruangan.

"Ya sayang?"

"Tolong pastikan juga mereka tidak keberatan dengan bekas-bekas lukaku.. Aku tidak ingin membuatmu kehilangan pelanggan."

Madam Yu tersenyum.
"Tentu saja."

Ruang keluarga sedang sepi, sepertinya banyak tamu datang selama Jaejong pergi. Jaejong mendengar perutnya bergemuruh, sehingga dia memutuskan untuk makan dulu sebelum membasuh diri, karena malam nanti pekerjaannya mungkin akan berat.





---------------------




"Aaaaah melelahkan sekali hari ini!"
Keluh seorang pria berambut coklat sambil melepas helm pengaman dari kepalanya lalu melemparkannya sembarangan.

Suara deru mesin dan dentum peralatan mengaburkan suara pria itu. Tapi ketiga temannya tahu apa yang dikeluhkannya barusan, karena mereka juga merasakan hal yang sama. Keempatnya berjalan menjauhi area pembangunan setelah melepas semua peralatan pengaman dari tubuh mereka. Beberapa orang lain mengiringi perjalanan mereka sampai ke area terbuka.

"Terima kasih atas kedatangan anda hari Tuan Jung. Akan saya pastikan semuanya berjalan sesuai rencana."
Seorang supervisor yang masih menggunakan baju lapangan lengkap membungkukkan badan, kemudian semua orang saling berpamitan untuk kembali ke kesibukan masing-masing.

Pria berambut coklat tadi segera merangkul pundak kedua kawannya dari belakang.
"Jadi, apakah kalian sudah ada rencana setelah ini?"

"Apa yang sudah kau rencanakan Moon-Sung?"
Salah seorang bertanya dengan malas sambil berjalan menuju mobil mewah yang terparkir di kejauhan.

"Hahahaha kau selalu bisa membaca pikiranku Yunho! Aku tahu kalian tidak punya kegiatan setelah ini, jadi aku sudah menyiapkan sesuatu untuk kita."

"Sebaiknya itu menarik, aku lapar."
Salah seorang yang lain menimpali.

"Ck. Selera kita sama Ji-Kyu. Apa yang tidak pernah kau sukai dari hiburan yang kuberikan? Kita cari restoran setelah ini."
Kata Moon-Sung sambil mengacak rambut Ji-Kyu. Ji-Kyu yang paling muda dari mereka semua, jadi selalu diperlakukan layaknya bocah, meskipun kelakuannya sama sekali tidak mencerminkan seorang bocah. Dia yang paling cocok dengan Moon-Sung dalam melakukan segala hal, mereka seperti kakak beradik yang tidak terpisahkan.

Grief IncisionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang