24. Penebusan (3)

332 57 3
                                    

SSSREEEEEEEET.

Suara benda besar sedang diseret terdengar dari kejauhan. Yun-Oh dan ketiga bodyguardnya memalingkan wajah ke arah sumber suara.

Tidak lama kemudian Pak Baek datang dari arah dalam rumah sambil menggeret sebuah peti kayu dengan tongkatnya. Dia berhenti di sebelah Madam Yu, lalu mendorong peti kayu dengan ujung tongkatnya sampai ke depan Yun-Oh. Dengan sedikit gerakan, Pak Baek mencungkil pengunci peti dengan ujung tongkat. Penutup peti kayu berukiran indah itu pun akhirnya terbuka.

"....."
Yun-Oh tidak bergeming ketika melihat isi peti kayu di bawahnya. Peti itu tidak hanya berisi tumpukan uang yang lebih bahyak daripada isi kopernya, tapi juga dipenuhi emas batangan dan perhiasan.

"Semua itu untuk anda. Katakan pada polisi dan hakim untuk memberi hukuman yang sepadan bagi putra anda dan kawan-kawannya. Kami tidak akan mencabut laporan."

"....."
Yun-Oh masih belum merespon. Dia masih memikirkan langkah apa yang bisa dia ambil selanjutnya, karena dia tidak mempersiapkan situasi seperti ini. Siapa yang menyangka seorang pelacur di rumah bordil akan melawannya balik dengan cara yang sama seperti yang dia lakukan.

"Jangan membuat kepala anda sakit dengan memikirkan cara intimidasi lainnya Tuan Jung, akan sangat merepotkan untuk menyingkirkan orang sepertiku. Semua orang di kota ini mengenalku dengan baik, berusaha menyakitiku atau anak-anakku hanya akan menambah masalahmu. Anda tidak menginginkan hal itu bukan?"

Para pekerja bangunan itu masuk lagi, kali ini mereka membawa kayu, keramik, bata, dan bahan bangunan lainnya mengitari Yun-Oh dan bodyguardnya.

"Jadi, apakah masih ada keperluan lain Tuan Jung? Jika tidak, sepertinya anda bisa pergi sekarang. Aku sedang menunggu tamu yang lain. Sebentar lagi polisi akan datang kemari untuk mengambil barang bukti yang kumiliki."
Madam Yu menutup kalimatnya dengan senyuman.

Yun-Oh mengepalkan kedua tangan.
"Jaejong. Sampaikan padanya untuk memikirkannya lagi. Aku bisa memberinya lebih banyak."

"Yang dia inginkan keadilan Tuan Jung, bukan hartamu. Tidakkah kau lihat aku juga bisa memberinya banyak uang? Aku juga kaya, hanya tidak menunjukkannya."

"....."

"Sampai bertemu lagi di pengadilan Tuan Jung. Silakan bawa pulang lagi uang anda untuk membayar pengacara."

Yun-Oh tidak lagi berkata-kata, dia tahu jika telah kalah kali ini.. Serangan dari dalam selalu bisa berhasil melumpuhkan pertahanan.. Yunho pasti sudah mempersiapkan semuanya dengan hati-hati..





"Sampai jumpa di pengadilan."
Pamit Yun-Oh kepada Madam Yu sebelum melangkahkan kakinya pergi meninggalkan rumah itu.
.
.
.
.
.
"Tuan Jung! Anda meninggalkan petinya!"
Teriak Madam Yu dari teras wastu ketika mobil Yun-Oh mulai berjalan keluar dari halaman. Pria yang dipanggil tentu saja tidak menggubris, Madam Yu hanya ingin sedikit mempermalukannya.

Madam Yu menghela napas ketika akhirnya mobil-mobil mewah itu tidak lagi terlihat.
"Terima kasih Paman Baek, paman bisa menyimpan lagi peti itu di kamar."

Madam Yu tidak menyangka jika emas dan perhiasan warisan kakeknya itu akhirnya bisa berguna. Dia hanya perlu menambahkan beberapa gepok uangnya sendiri agar peti harta karun itu terlihat lebih penuh.

Sejak dulu Madam Yu tahu jika kakeknya kaya raya, dia hanya tidak ingin memanfaatkan kekayaan kakeknya, jadi meskipun mendapat semua harta warisan itu, Madam Yu hanya menggunakan rumah untuk dia tinggali, selebihnya masih tersimpan rapi seperti sedia kala. Seperti halnya peti harta karun itu. Sejak kakeknya sakit-sakitan, peti itu diserahkan kepada Pak Baek untuk dijaga. Pak Baek mengemban baik amanah itu dengan menyimpannya di bawah tempat tidur, tempat paling aman di seluruh wastu.

Grief IncisionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang