Selama beberapa hari ini halaman belakangnya ramai oleh kegiatan pertukangan karena Yunho memanggil beberapa orang untuk membangun makam Jinhee. Jaejong tidak tahu seperti apa makam yang akan dibuat, sampai akhirnya Yunho mengajaknya untuk melihat karena semua sudah siap.
"Wow..."
Jaejong terkesan.Ada tebing kecil di halaman belakangnya setinggi sekitar 1.5 meter, dengan hamparan rumput hijau dan beberapa pohon sakura bonsai di atasnya. Tanaman bunga dan hehijauan juga tersebar di sepanjang dinding tebing dengan air terjun yang terus mengalirkan air, membuat suara gemericik selalu terdengar sangat menyejukkan. Air terjun itu mengalir ke sebuah kolam di bawah tebing di mana ikan-ikan koi berbagai warna berenang seakan menjaga tebing itu. Jaejong mengaguminya, benar-benar indah sesuai harapan.
Mereka akan memakamkan Jinhee di atas tebing itu, liang sudah disiapkan, Jaejong sudah memeluk Guci di tangannya, tapi---
"Sangat indah, aku menyukainya.. Aku yakin Tongtong tidak akan bisa menyeberang, ---begitu juga aku.. Jadi bagaimana caranya kita ke atas sana? Kau tidak lupa membuat jembatan kan?"
"Tidak perlu. Aku akan membawamu terbang."
"Yunho..."
"Pegangan."
Yunho memeluk pinggang Jaejong sambil mengacungkan sebelah tangannya ke udara seperti Superman. Jaejong hanya memutar malas bola matanya. Dia sudah akan mencubit untuk membuat Yunho kembali serius ketika tiba-tiba mereka terangkat."Eh??"
Jaejong yang terkejut segera berpegangan erat pada Yunho. Dia sudah dikelilingi oleh pagar pelindung yang ntah sejak kapan muncul. Mereka benar-benar terbang! ...dengan naik lift. Lift itu kemudian berhenti tepat di sebelah tebing dan menarik masuk lagi pagar pelindungnya."Hahahaha bagaimana?"
"Mengejutkan.. Tapi bukankah agak sedikit berlebihan? Lift??"
"Hahaha ini lebih seru dan aman. Ah! Sial, aku lupa memakai jubah~ Ayo ulangi sekali lagi dari bawah, akan kuambil dulu selimut di kamar. Aaw!"
Kali ini Jaejong benar-benar mencubit.
"Ssshh.. padahal lebih keren kalau pakai jubah.."
Yunho menggumam.Mereka akhirnya memulai pemakaman. Ada beberapa barang yang dimasukkan terlebih dahulu ke dalam liang sebelum guci abu Jinhee. Pakaian, mainan, buku cerita, sepatu, permen, semua benda yang ingin Jaejong berikan kepada Jinhee andai kata dia hidup..
"Lepaskan kaosmu."
Pinta Jaejong kepada Yunho, sambil dia juga melepaskan kaosnya sendiri."Untuk apa?"
Tanya Yunho sambil menyerahkan kaosnya.Jaejong melipat rapi kaos mereka, kemudian meletakkannya mengelilingi guci abu Jinhee.
"Supaya Jinhee merasa kita selalu bersamanya.. Memeluknya seperti jika dia sedang tertidur.."
Jawab Jaejong dengan suara bergetar, air matanya menetes begitu saja meskipun sudah dia tahan.Mereka berdua menyeka air mata, kemudian berdoa, dan menutup liang itu. Angin bertiup, membuat pohon-pohon sakura menjatuhkan kelopak bunganya, dan dengan sendirinya batu nisan Jinhee pun bertabur bunga. Jaejong tersenyum.
"Yunho, terima kasih.."
"Untuk apa?"
"Untuk makam yang indah."
Jaejong menatap Yunho. Yunho pun membalasnya dengan senyuman kemudian mengecup kening Jaejong.
"Aku hanya berusaha memberikan yang terbaik untuk putri kita, dan untukmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief Incisions
FanfictionJika duka adalah penyakit, maka tetesan darah adalah obat baginya. ================================= BL MPREG YUNJAE Lover ================================= Halo, sudah lama sejak release cerita terakhir???? Cerita kali ini belum lepas dari Yunjae...