7 bulan kemudian.
TUK.
Ujung sepatu Jaejong menendang sebuah kotak yang tergeletak di depan pintu rumahnya, membuat kotak yang terbungkus rapi itu sedikit terguling. Beberapa luka parut terlihat di ujung lengan Jaejong ketika dia menjulurkan tangan untuk memungut kotak itu. Semalam dia bermimpi buruk lagi. Beberapa luka cakaran masih membekas.
Jaejong menengok ke kanan-kiri di jalan depan rumahnya untuk mencari seseorang yang mungkin telah meninggalkan barang itu di sana. Tapi tidak ada siapa-siapa, sepi. Jaejong mulai memeriksa kotak itu. Tidak besar, hanya seukuran wadah jam tangan, dan--- ada namanya tertulis di sana. Jaejong merasa heran karena merasa tidak sedang menunggu kiriman apapun, dan lagi tidak ada nama pengirim. Dia menggoyang-goyangkan kotak itu sambil mendengarkan apa kira-kira yang ada di dalamnya, tidak ada suara apa-apa. Jaejong mulai berpikir macam-macam, khawatir jika isinya benda berbahaya, atau mungkin seseorang sengaja menjebaknya dengan barang terlarang. Jaejong kemudian meninggalkan kotak itu di tempat semula dan pergi, dia harus mengejar bus. Mungkin si pengirim akan mengambilnya lagi jika dia mengabaikan.
Malam harinya ketika akan pulang dari penginapan, Jaejong kembali melihat kotak itu, tapi kali ini ada di teras dekat pintu masuk lobi. Jaejong kembali masuk sambil membawa kotak itu.
"Madam Yu, apa kau memiliki cctv di depan pintu lobi?"
"Tentu saja, ada apa sayang?"
"Barang ini mengikutiku.."
"Apa maksudmu dengan mengikuti?? Apa dia punya kaki?? Jangan membuatku merinding.."
Madam Yu berkata sambil melihat kotak di tangan Jaejong."Dia ada di depan rumahku tadi pagi, dan sekarang ada di sini.. Bisakah aku melihat cctvnya? Aku ingin tahu bagaimana benda ini bisa sampai kemari."
Madam Yu dan Jaejong akhirnya menonton cctv bersama. Kamera itu menangkap semua aktivitas di halaman depan sampai dengan pintu lobi. Benda itu ternyata datang bersama seseorang beberapa jam yang lalu. Seorang pria meletakkan kotak itu di sana kemudian pergi. Dia memakai masker sehingga baik Madam Yu maupun Jaejong tidak ada yang mengenalinya, lagipula orang itu terlihat dari jauh, jadi tidak nampak jelas rupanya.
"Ada namaku. Apakah aku harus membukanya?"
"Bagaimana jika berbahaya?"
Madam Yu ikut khawatir."Itu juga yang kutakutkan."
"Jika sudah terbuka kita tidak bisa mengembalikannya seperti semula."
"Jadi bagaimana sebaiknya..?"
"Jaejong, apa ada orang yang ingin mencelakaimu?"
"Aku tidak tahu.. apa kita bawa ke kantor polisi saja?"
"Waaaaah seseorang memberimu hadiah?? Siapa itu? Kenapa tidak dibuka? Sini biar kubukakan!"
Hyorin tiba-tiba datang dan dengan riang untuk membantu Jaejong. Dia tahu kalau Jaejong selalu malas berurusan dengan bungkus kado."Eh---!"
Jaejong terlambat, Hyorin sudah menyaut kotak itu dan dengan cepat mengupas bungkusnya.Kemasan kotak sudah terbuka, Hyorin sudah melihat isinya, tapi tidak ada reaksi apa-apa, Hyorin hanya menatapnya.
"...Apa isinya?"
Jaejong bertanya cemas."...Gigi..."
"Hah?"
"Gigi, isinya gigi! Jaejong, apa seseorang telah mengutukmu??? Apa ini guna-guna??? Oh tidaak! Jaejong apa yang telah kau lakukan?!"
Cepat-cepat Hyorin melempar kotak itu kembali ke Jaejong dengan perasaan ngeri.Jaejong melihat sepintas kotak yang dia tangkap, sebuah kotak kayu polos berpelitur, dengan tutup kaca, terdapat 5 buah gigi utuh yang ditata rapi di dalamnya, terselip di setiap celah bantalan bludru merah layaknya sebuah cincin. Ketakutan Hyorin menular, Jaejong langsung melemparkan kotak itu kepada ke Madam Yu.
"Kenapa memberikannya padaku?! Aaaaah! Hyorin, kau yang membukanya!"
Madam Yu melempar kotak itu kembali ke Hyorin. Tidak ada yang mau memegangnya karena takut terkena kutukan.Lagi-lagi kotak itu kembali ke tangan Jaejong, tapi kali ini ada sesuatu yang terjatuh.
"Eh? Lihat, ada catatan di dalamnya."
Hyorin memungut lipatan kertas yang terjatuh itu dan membacanya. Tidak lama kemudian, wajahnya bersemu merah lalu memberikan kertas itu kepada Jaejong."Kurasa kau perlu membacanya.
...Ya ampun, kenapa jadi aku yang malu.."
Gumam Hyorin.Jaejong pun membaca catatan itu.
"A...aku pulang dulu."
Cepat-cepat Jaejong memasukkan kotak kayu beserta catatan kertas itu ke dalam tasnya lalu pergi begitu saja."Eh? Dia membawanya? Hyorin, memangnya apa isi catatan itu? Apa sebuah mantra guna-guna??"
Tanya Madam Yu penasaran."E...tidak, isinya memang menyeramkan.. tapi itu terasa seperti.. Madam Yu, apakah ada seseorang yang menyukai Jaejong?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jaejong duduk di tempat tidur sambil memegang selembar kertas. Dia membaca lagi catatan tanpa nama itu.----
Maaf aku tidak bisa merontokkan semuanya, aku hanya berhasil mendapatkan 1-2 gigi mereka. Tapi aku tidak tahu yang mana punya siapa, aku hanya mengumpulkannya begitu saja tanpa sempat menamai masing-masing gigi. Masih kusisakan tempat untuk menyimpan gigi milikku saat kau merontokkannya besok ketika kita bertemu lagi.
Aku tidak tahu apa ada tulang mereka yang patah, tapi aku menghajar mereka dengan cukup keras hingga babak belur. Kuharap itu bisa membuatmu cukup puas.. Aku bisa melakukannya lagi jika itu belum cukup.
Aku ingin menguliti mereka hidup-hidup juga, tapi jika aku melakukannya, aku akan benar-benar membusuk di penjara dan tidak bisa bertemu denganmu lagi. Jadi maaf...untuk yang satu itu kulewatkan..
Aku akan melakukan semuanya untukmu..
Selamat ulang tahun, Jaejong.
----
"Dasar gila..."
Gumam Jaejong."Untuk apa aku harus menemuimu lagi..."
Jaejong mengusap kotak itu dengan ibu jarinya, melihat kelima gigi yang terpajang. Tidak pernah terbayang olehnya akan memperoleh tropi sebagai hadiah ulang tahun.. Jaejong tersenyum kecil, kemudian menyimpan kotak beserta lipatan kertas itu ke dalam laci meja di dekat tempat tidurnya.
---------------------------Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief Incisions
FanfictionJika duka adalah penyakit, maka tetesan darah adalah obat baginya. ================================= BL MPREG YUNJAE Lover ================================= Halo, sudah lama sejak release cerita terakhir???? Cerita kali ini belum lepas dari Yunjae...