Yunho menjauhkan handphone dari kepalanya. Teriakan Madam Yu bisa memecahkan gendang telinga.
"Maaf Nyonya, aku tidak sempat melihat handphone sebelum ini. Aku baru saja akan menghubungi anda. Jaejong sedang ditangani di Rumah Sakit Pusat Seoul."
Lagi-lagi Yunho harus menjauhkan handphone untuk melindungi pendengarannya.
"Aku--- Halo?"
Yunho melihat layar handphonenya yang sudah gelap. Sambungan tiba-tiba terputus, atau-- diputus. Ntahlah. Yang pasti dia dalam masalah, karena baru kali ini ada orang yang berani memanggilnya bocah tengik. Yunho menelan ludah. Dia baru saja selesai memastikan Jaejong mendapat penanganan. Banyak notifikasi masuk ke handphonenya, tapi belum sempat dia lihat. Dia hanya mengintip sepintas sepanjang perjalanan, sebagian besar notifikasi itu dari Moon-Sung. Nampaknya terjadi sesuatu di penginapan setelah dia pergi membawa Jaejong.
Yunho melihat ke arah tirai ruangan yang masih tertutup. Jaejong masih berada di ruang gawat darurat. Perawat dan Dokter masih menangani luka-lukanya. Melihat belum ada tanda-tanda seseorang akan keluar dari balik tirai itu, Yunho memutuskan duduk sejenak di seberang ruangan untuk menunggu. Dia mulai membuka satu per satu notifikasi yang masuk.
Missed call, missed call, missed call, message, message, message, Yunho terus men-scroll pop up notifikasinya. Sepertinya ada hal penting yang ingin Moon-Sung sampaikan. Yunho mulai membaca satu per satu pesan darinya.
.
.
.
.
.
Yunho menghela napas begitu selesai membaca pesan terakhir.
"..Tidak seburuk yang kukira.."Karena gagal menelepon, Moon-Sung menceritakan semua yang terjadi di wastu lewat pesan singkat. Yunho sudah mengira Madam Yu akan melakukan sesuatu pada mereka. Kondisi Jaejong sama sekali tidak bagus, tidak mungkin Nyonya rumah membiarkan mereka pergi begitu saja. Dia hanya tidak mengira jika--- Madam Yu akan menghakimi mereka atas kejadian 7 tahun silam..
Yunho menyimpan lagi handphonenya, kemudian tertunduk lesu. Setidaknya Madam Yu melepaskan Moon-Sung dan Ji-Kyu. Yunho sempat membayangkan akan berurusan dengan polisi ketika membaca pesan-pesan dari Moon-Sung tadi. Tinggal menunggu waktu hingga nasib yang sama menimpanya. Yunho mendongak untuk memeriksa apakah sudah ada orang yang terlihat dari balik tirai. Kecemasannya saat ini mengalahkan ketakutannya akan Madam Yu.
.
.
.
.
.
"Tuan Jung?"
Seorang perawat datang menghampirinya."Ya?"
Yunho langsung terhenyak dari lamunannya."Tuan Kim Jaejong. Anda berkata jika dia menyayat-nyayat lengan dan kakinya sendiri dengan pisau cukur?"
"Benar."
"Kami menemukan data rekam medisnya di sistem. Tuan Kim pernah berobat kemari sebelumnya. Setelah kami cek, beliau masih aktif sebagai pasien di klinik psikiatri, hanya saja sudah bertahun-tahun tidak lagi melakukan rawat jalan. Tapi Dokter yang menanganinya dulu belum memberikan status selesai pada kasus yang sedang berjalan."
Kata perawat tersebut sambil membaca berkas di tangannya."Psikiatri?"
"Ya. Dokter yang menanganinya--- Dokter Kang Min Yong. Apakah anda ingin kami menghubungi Dokter Kang untuk ikut memeriksanya sekarang? Dokter jaga berpikir mungkin tindakan Tuan Kim kali ini masih terkait dengan pengobatan kesehatan mentalnya yang belum selesai."
"....."
"Tuan Jung?"
"...ah maaf..
Ya, tolong hubungi Dokter Kang.""Baik. Kami akan segera memanggil beliau setelah ini. Lalu kami perlu persetujuan anda untuk beberapa tindakan medis. Tuan Kim kehilangan banyak darah, kami akan memberinya transfusi. Tolong tanda tangan di kolom ini jika anda menyetujuinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief Incisions
FanfictionJika duka adalah penyakit, maka tetesan darah adalah obat baginya. ================================= BL MPREG YUNJAE Lover ================================= Halo, sudah lama sejak release cerita terakhir???? Cerita kali ini belum lepas dari Yunjae...