21. Tidak Lagi Berguna

315 55 4
                                    

Beberapa saat sebelumnya.

Jaejong keluar dari ruang keluarga untuk melepas bosan. Madam Yu membebastugaskannya dari pekerjaan selama satu minggu untuk beristirahat, tapi dia tetap datang ke penginapan, hanya agar anak-anak yang lain tidak bertanya-tanya jika dia lama tidak masuk, Jaejong tidak ingin banyak bercerita tentang masalahnya.

Jaejong bermaksud pergi ke dapur membuat minuman dan mungkin sedikit berbincang dengan Madam Yu setelahnya, untuk memberitahu bahwa dia sudah merasa baik dan tidak perlu menunggu 1 minggu untuk mulai bekerja lagi. Tapi ketika mencari Madam Yu, dia malah melihatnya sedang menempelkan telinga di pintu toilet lobi bersama seorang lagi. Jaejong menjadi penasaran lalu mendekat untuk ikut mencondongkan telinga dari agak jauh, mencari tahu apa yang sedang mereka dengarkan. Aah, ada yang sedang muntah. Jaejong mendengarkan sambil masih mengaduk tehnya.

"Ada apa dengannya?"

"E.... Tuan Jung akan muntah-muntah jika terlalu sedih.."

Jaejong memicingkan mata ketika samar-samar mendengar nama yang dia kenal dari percakapan Madam Yu dengan seseorang yang lain.


JEGLEK.
Pintu toilet terbuka.


"Jaejong.." / "Tuan Jung.."
Yunho dan Jaejong menyapa bersamaan sambil mematung di tempatnya masing-masing.



Menyadari kehadiran Jaejong, Yunho cepat-cepat mengambil masker dari saku celana lalu memakainya. Dia tidak ingin trauma Jaejong terpicu lagi karena melihat wajahnya. Kali ini dia sudah menyiapkannya.

"Ah Jeje sayang, Tuan Jung sudah mau pulang, beristirahatlah lagi."
Madam Yu mendorong Jaejong, berusaha menjauhkannya dari tempat itu.

"Tunggu!"
Yunho mencegah Jaejong pergi.

Jaejong berhenti berjalan. Madam Yu langsung memberikan tatapan tajam kepada Yunho untuk memberinya kode agar segera pergi. Yunho berpura-pura tidak melihat, dia masih ingin bertemu dengan Jaejong.. Yunho ingin mengucapkan sesuatu, tapi kata-kata yang telah disusunnya buyar setelah berbincang dengan Madam Yu tadi, jadi dia hanya memandangi Jaejong.

Karena Yunho lama tidak bersuara lagi, Jaejong yang berbicara.
"Kebetulan anda ada di tempat ini, ada sesuatu yang ingin kuberikan. Tolong tunggu sebentar Tuan Jung."
Jaejong masuk lagi ke ruang keluarga lalu keluar sambil membawa sebuah amplop coklat. Dia mengajak Yunho untuk berbicara di luar setelahnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dari jendela, Madam Yu dan Insung melihat dua orang yang sedang berjalan ke arah kebun di samping wastu.

Madam Yu melipat tangannya di dada.
"Tuanmu sangat keras kepala."

"....."
Insung tidak berani menjawab.

"Apa Tuanmu selalu seperti itu? Muntah-muntah saat merasa sedih?"
Madam Yu memanfaatkan kesempatan untuk mencari tahu lebih banyak tentang Yunho.

"Tuan Jung muntah hanya jika merasakan lonjakan emosi yang tiba-tiba. Terlalu sedih, terlalu cemas, terlalu marah, terlalu kecewa, terlalu takut, perasan-perasaan semacam itu akan membuat penyakitnya kambuh.."

"Penyakit apa?"

"Sindrom muntah berulang.."

"Oh.. Sejak kapan dia mulai seperti itu?"

"Sejak usianya 12 tahun, Nyonya."

Madam Yu menghela napas.
"Awas saja kalau Tuanmu mengacaukan Jaejong lagi."

"....Kurasa Tuan Jung tidak akan melakukan itu Nyonya.. Dia...agak berbeda dengan sepupu-sepupunya yang lain.."

"Hmh. Mereka sama-sama brengsek, apa yang membuatnya berbeda?"

Grief IncisionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang