12. Kitty dan Kepala Polisi

349 49 6
                                    

Jaejong bersandar pada dinding lift sambil bernapas berat. Beberapa saat sebelumnya dia terbangun di kamar rawatnya dengan linglung, mengira dirinya sedang berada di wastu bersama Madam Yu, tapi suasana yang dilihatnya sekarang sama sekali bukan rumah Madam Yu. Dan semua jarum yang menusuk kedua tangannya itu, Jaejong langsung mencabut mereka semua tanpa berpikir panjang, yakin bahwa dirinya sedang berada di tempat yang paling tidak diinginkannya di dunia ini, rumah sakit. Sambil terhuyung, dia turun dari ranjang, berjalan perlahan menuju pintu keluar, menyusuri lorong, hingga melihat lift di depannya. Dia tidak tahu sedang berada di mana, yang Jaejong inginkan hanyalah keluar dari tempat itu.

Pintu lift terbuka, dengan masih berbalut pakaian rumah sakit, gelang pasien, perban, dan kesadaran yang belum sempurna, Jaejong berjalan di tengah lobi menuju pintu kaca yang terbuka otomatis untuknya ketika mendekat.

"Tuan? Ada yang bisa saya bantu?"
Seorang security yang berjaga bertanya karena merasa heran dengan seorang pasien yang berjalan tertatih keluar sorang diri dari area rawat di tengah malam. Bahkan pakaian dan gelang pasiennya pun masih terpasang.

"Pergi.."
Jaejong mendorong lemah sambil terus melanjutkan langkahnya.

Security itu mengikuti langkahnya dari belakang sambil terus menoleh ke segala arah, berusaha mencari siapa saja yang mendampingi pasien tersebut. Hingga tidak lama kemudian seorang pria muda berteriak memanggil.

"Jaejong! Berhenti! Jaejong!"

Yunho terengah-engah, dia berlari menuruni tangga untuk mengejar lift Jaejong. Kemudian dengan sedikit penjelasan, membuat security itu akhirnya meninggalkan mereka berdua. Yunho kembali mengejar Jaejong yang terus berjalan menjauh. Dia berhenti di depan Jaejong untuk mencegahnya pergi lebih jauh.

"Apa yang kau lakukan! Kau masih harus dirawat!"

"Jangan ganggu aku.."
Jaejong berusaha mendorong Yunho yang mencengkram bahunya, tapi kemudian dia terhuyung karena sisa efek obat yang masih samar.

GREP.
Yunho menangkap Jaejong dengan cepat.

"Ayo kembali ke dalam."

Jaejong langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat sambil berusaha melepaskan diri. Yunho menahan kedua pundaknya sambil sedikit mengguncang.

"Aku tidak akan menyakitimu! Percayalah!"

"Biarkan aku pergi.. Biarkan aku pergi.. Kumohon.. Biarkan aku pergi.."

Seketika Yunho membeku, melihat air mata dan raut wajah ketakutan yang ada di depannya. Tapi dia tetap membiarkan pikiran logisnya untuk mengendalikan situasi.

"Setelah Dokter memeriksamu, aku akan membiarkanmu pergi. Ayo, masuk ke dalam dulu."
Kali ini Yunho menarik Jaejong dengan kuat karena dia sudah berada dalam rengkuhannya.

"Tidak! Lepaskan aku! Tidak! Aku tidak mau masuk! Lepaskan aku! LEPASKAAAAN!"
Jaejong meronta sekuat tenaga sambil menangis dan berteriak tak terkendali, membuat Yunho panik dan kesal.

"LALU APA YANG KAU INGINKAN HAH?!"
Yunho mengguncang Jaejong dengan emosi yang meluap, berharap manusia keras kepala di depannya itu sadar.

"Biarkan aku pergi..
Aku tidak ingin kembali..
biarkan aku pergi..
Biarkan..aku---"

Tiba-tiba Jaejong kehilangan kesadarannya dan jatuh lagi ke dekapan Yunho. Yunho menggeram lirih. Dia sudah amat kecewa ketika melihat Jaejong menjerumuskan dirinya ke dalam prostitusi, kemudian menyakiti dirinya sendiri dengan brutal, dan sekarang menolak disembuhkan! Benar-benar keras kepala! Yunho mengumpat dalam hati karena situasi ini benar-benar menjengkelkan.

Grief IncisionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang