"Apakah semuanya sudah saling mengenal??"
Malaikat cupid pembawa acara bertanya dengan antusias, begitu pula dengan beberapa peserta yang menjawab dengan semangat. Sesi bilik cinta sudah selesai, sekarang semua peserta dikumpulkan di tengah hall untuk memulai sesi yang lain."Baiklah, sekarang tolong lihat satu persatu semua orang yang ada di sini. Perhatikan baik-baik topeng yang mereka kenakan."
Peserta berjajar melingkar agar bisa saling memandang. Jaejong menyapu pandangannya untuk mengenali siapa saja yang telah berbincang dengannya tadi. Bulu kuduknya berdiri ketika sampai pada pria bertopeng badut, cepat-cepat dia beralih.
"Lihatlah sambil mengingat-ingat kembali pertemuan kalian di bilik cinta. Suaranya.. Sentuhannya.."
"Siapakah di antara mereka yang menarik hati?"
"Tataplah matanya jika orang itu terasa sangat berkesan."
Jaejong sudah menyapu semua peserta, dan sekarang dia sedang bertemu pandang dengan seseorang, satu-satunya orang yang tidak dia dengar namanya di bilik cinta, pria dengan topeng putih, Phantom..
"Apakah ada yang bertemu pandang denganmu? Jika ada, jangan lepaskan pandangan, karena hanya dibutuhkan 8.2 detik kontak mata untuk membuat seseorang jatuh cinta.."
Jaejong mulai gugup, kenapa Phantom tidak melepaskan pandangan darinya?? Jaejong melihat kiri kanan untuk memastikan jika dia tidak salah paham. Tapi jaraknya dengan peserta lain jauh.
"Apakah kalian sudah merasakannya?
Jantung berdegup kencang?"Phantom masih terus memusatkan perhatian ke arahnya, Jajeong kemudian mengalihkan pandangan ke tempat lain. Tiba-tiba lampu menjadi remang dan alunan musik menjadi romantis.
"Sekarang jemput dia, orang yang telah mencuri hatimu. Bertemulah di lantai dansa untuk melanjutkan perkenalan dan menyatukan perasaan."
"Bagi yang tidak memiliki pasangan jangan terlalu kecewa, silakan menuju pintu di sebelah sana untuk menikmati jamuan istimewa dari kami."
Jaejong mundur selangkah, karena Phantom berjalan ke arahnya. Semakin mendekat, dan terus mendekat. Jaejong semakin gugup, dia memutuskan untuk berbalik dan mengikuti orang-orang yang tidak berpasangan.
GREP.
Seseorang menahan lengannya. Jaejong tidak berani berbalik, dia tahu itu Phantom yang berhasil menangkapnya, dia hanya menunduk dan mematung. Lengannya kemudian dilepas, Jaejong bisa melihat sepasang sepatu berjalan melewatinya lalu berhenti tepat di depannya. Sebuah tangan terulur menunggu jawaban.
Jaejong mengangkat kepalanya. Ntah karena efek lampu sorot atau dia memang sedang berhalusinasi, tapi Phantom terlihat seperti hantu yang baru saja turun dari langit dengan iringan cahaya surgawi. Jemarinya perlahan bergerak.
Phantom tersenyum ketika jemari itu akhirnya masuk ke dalam genggamannya. Phantom kemudian membawa Jaejong ke lantai dansa.
Jaejong hanya bisa terdiam ketika sebelah tangan Phantom melingkari pinggangnya. Jaejong tidak pernah berdansa, dia bahkan tidak tahu harus meletakkan tangan di mana, dia hanya mengikuti apa yang Phantom lakukan. Sebelah tangannya yang lain digenggam, Jaejong membiarkan Phantom menuntun langkahnya seiring lantunan musik.
"Kau si tuna wicara itu.."
Phantom tersenyum.
"Kenapa menyukaiku.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief Incisions
FanfictionJika duka adalah penyakit, maka tetesan darah adalah obat baginya. ================================= BL MPREG YUNJAE Lover ================================= Halo, sudah lama sejak release cerita terakhir???? Cerita kali ini belum lepas dari Yunjae...