"Di sini dia tinggal?"
Yunho menurunkan jendela kemudian bertanya dari balik pintu mobil, melihat sebuah rumah kecil yang sederhana."Ya. Rumah sewa. Dia tinggal sendirian di sini sejak 5 tahun yang lalu."
Insung menjawab dari balik kemudi. Dia sempat bertanya ke beberapa orang tetangga Jaejong sebelumnya."Apa dia masih bekerja di penginapan?"
Rumah itu nampak senyap dengan semua tirai tertutup. Pintu pagar terkunci. Tidak terlihat ada orang di dalamnya."Mungkin. Aku melihatnya datang ke penginapn kemarin, tapi tidak tahu dia datang untuk bekerja atau hanya berkunjung. Dia datang di pagi hari dan pulang di malam hari."
"Begitu.. Nampaknya dia masih bekerja di sana.."
Ada kekecewaan dalam nada suara Yunho.Tidak ada yang bisa Yunho lakukan di tempat itu, sehingga dia memutuskan untuk pergi ke tempat lain.
"Penginapan."
Mobil langsung melaju tanpa menunggu lama.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
CEKLING.
Suara lonceng pintu terdengar."Selamat datang!"
Suara ramah seorang wanita menyapa. Tapi raut wajah wanita itu langsung berubah begitu melihat tamu yang melangkah masuk."Selamat pagi, Nyonya Yu."
Madam Yu tersenyum.
"Keperluan apa yang membawa anda kemari Tuan?"
Ada Jaejong di sini, dia perlu bicara dengan hati-hati agar Jaejong tidak mendengarnya dari balik ruang keluarga."Aku ingin bertemu dengan Jaejong."
Madam Yu melipat tangan di dada untuk berpikir sejenak.
"Mari Tuan, ikuti aku."
Madam Yu membawa Yunho ke ruang kerjanya. Dia perlu memastikan keperluannya bertemu dengan Jaejong. Madam Yu tidak ingin Jaejong terpicu lagi oleh kehadiran orang-orang yang tidak diharapkan.
.
.
.
.
.
.
"Nyalimu besar berani datang lagi kemari, Tuan Jung."
Akhirnya Madam Yu bisa berbicara dengan leluasa. Dia berdiri, dan tidak menawarkan tempat duduk juga untuk Yunho, seharusnya pembicaraan mereka tidak lama."Ada sesuatu yang perlu kukatakan padanya. Tolong Nyonya, ijinkan aku menemuinya."
"Kau datang ke rumahku Tuan Jung, jadi bicaralah denganku terlebih dahulu sebagai tuan rumah untuk kesopanan. Bukankah begitu etika yang diajarkan oleh keluarga konglomerat?"
"....Maafkan aku."
"Ada Jaejong di ruang lain, aku tidak ingin membuat keributan, jadi aku akan menyimpan penggorenganmu untuk lain kali. Apa yang ingin kau bicarakan dengannya?"
"Aku...ingin mengakui kesalahanku di masa lalu.. Aku masih berhutang maaf padanya.."
"Aaaah, jadi kau berharap sebuah pengampunan. Pfft, apa kau pikir Jaejong akan memberikannya padamu?"
"Aku hanya---"
"Apa yang kalian lakukan padanya tidak dapat terhapus hanya dengan kata maaf Tuan Jung. Tidakkah kau mengerti itu? Dia memutuskan untuk mengubur kenangannya dalam-dalam agar tetap bisa menjalani kehidupan dengan tenang, dan kau kemari menggali lagi semua yang telah membuatnya menderita. Bukankah itu sama saja dengan menyiksanya kembali?"
"Aku tahu.. Aku bersalah.. Aku hanya merasa perlu melakukan apa yang seharusnya kulakukan sejak dulu.. Aku ingin menolongnya.."
"Menolongnya dari apa Tuan Jung?"
"Aku tidak ingin dia menyakiti dirinya sendiri.. Aku tidak ingin dia--- berada di tempat ini.."
Madam Yu tersenyum getir mendengarnya. 'Tempat ini'.. Madam Yu sangat paham tempat seperti apa yang Yunho maksud.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief Incisions
FanficJika duka adalah penyakit, maka tetesan darah adalah obat baginya. ================================= BL MPREG YUNJAE Lover ================================= Halo, sudah lama sejak release cerita terakhir???? Cerita kali ini belum lepas dari Yunjae...