41. Pelayanan di Rumah

322 59 6
                                    

Matahari baru menampakkan sedikit sinar, tapi telepon kabel yang ada di atas meja resepsionis sudah berdering terus. Cepat-cepat Madam Yu mengangkatnya. Penginapan buka 24 jam, jadi tidak masalah.

"Halo selamat pagi dengan Paradise Guesthouse, ada yang bisa kami bantu?"

"E.. Ya, aku ingin melakukan pemesanan."

"Silakan Tuan, untuk menginap?"

"Tidak, untuk layanan yang lain."

"Ah tentu saja. Atas nama?"

"E.. Seperti kemarin.. Jung Yunho.."

CTAK!
Pensil yang dipegang Madam Yu langsung patah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dering handphone terdengar nyaring membangunkan Jaejong, menggantikan tugas alarm yang belum menyala. Dari Madam Yu. Jaejong langsung mengangkatnya.

"Halo Madam Yu."

"Kau sudah bangun sayang?"

"Baru saja."

"Maaf membangunkanmu, si brengsek itu baru saja meneleponku dan bersikeras untuk memesanmu lagi!"

"Hah?"

"Memesanmu seperti kemarin! Aku sudah menolaknya berkali kali tapi dia terus saja menelepon penginapan dan handphoneku! Aku seperti diteror~ ( kriiiing, kriiiiing, kriiiiing ) Kau dengar??? Itu pasti dia~ Aku baru saja menutup telepon darinya dan dia sudah menelepon lagi! Ya Tuhaaan kenapa dia seperti ini~ Suaraku tidak lagi membuatnya takut, akan kukirimkan nomor handphonenya padamu setelah ini, tolong katakan padanya untuk berhenti atau kulaporkan polisi!"

"...Terima saja pesanannya Madam Yu.."

"Kau yakin??? Kau tidak perlu melakukannya jika tidak ingin sayang, gertak saja dia, polisi bisa mengurusnya."

"Aku tidak tahu kenapa dia suka sekali mempermainkanku Madam Yu, tapi aku tidak akan kalah jika dia menantangku.. Aku akan mengikuti permainannya."

"Dia ingin kau datang ke rumahnya Jae!"

"Apa?"

"Oh ya ampun, benar-benar tidak tahu diri. Kau memberinya sedikit kebaikan dan langsung dia manfaatkan!"

"...Tidak apa-apa, akan kulakukan."
.
.
.
.
.
.
.
.
Dan di sinilah Jaejong sekarang, berdiri di depan pintu sebuah mansion, tempatnya bekerja hari ini. Jaejong menekan tombol bel. Tidak lama kemudian pintu terbuka, Jaejong disambut oleh seseorang yang tersenyum lebar. Yunho terlihat lusuh, plester luka dari semalam juga masih menempel, mungkin dia belum mandi, malas sekali.

"Jadi, ingin melakukannya di rumah kali ini?"

"Hai, maaf memanggilmu kemari, ayo masuk, aku sedang memotong buah. Kau suka semangka?"
Yunho mengabaikan pertanyaan Jaejong dan tatapan tajam yang dilayangkan untuknya, karena dia tidak ingin menjawab.

Jaejong berdiam diri sesaat untuk menghilangkan kejengkelannya karena lagi-lagi Yunho mengalihkan topik itu. Tapi dia sudah memutuskan untuk mengikuti permainan, jadi dia melangkah masuk.

"Aku terbiasa makan pisang."
Jawab Jaejong saat melewati Yunho. Yunho hanya tersenyum tipis mendengarnya.

Rumah itu masih sama seperti beberapa tahun yang lalu. Yunho menggiring Jaejong untuk duduk di sofa kemudian menyajikan semangka potong.

Grief IncisionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang