Suara tepuk tangan bergema di tengah hutan tersebut. Sera menoleh dengan senyum manis. Rasanya seolah ia baru saja diberikan penghargaan atas jasanya melawan musuh di medan perang.
"Waw, luar biasa. Cukup mengejutkan ketika melihatmu dengan mudah menaklukan makhluk tersebut. Mengingat makhluk itu memiliki sifat egois dan sombong yang tinggi." Ucap Pria tersebut penuh kagum.
"Itu karena aku memang luar biasa." Tersenyum miring dengan bangga.
Sejenak pria itu menatap jengah pada Sera. Sepertinya dia lupa gadis di depannya ini memiliki kepercayaan diri yang tinggi. "Ya, ya, kuucapkan selamat."
"Terima kasih." Ucap Sera dengan tulus. Sesaat Sera menatap heran pria yang berdiri di hadapannya. "Sepertinya kau belum memberitahu namamu?" Sambungnya.
Sontak pria itu terperangah. "Benarkah?"
"Ya." Jawab Sera seraya menganggukkan kepalanya pelan.
Seketika pria itu berdeham pelan dan menatap Sera dengan serius. "Biarkan aku memperkenalkan diriku dengan benar."
Pria yang memiliki rambut hitam legam panjang yang dikumpulkan dalam kepang yang dirantai dengan simpul emas yang elegan. Matanya yang tajam dan penuh hikmat menatap Sera dengan perhatian. Wajahnya yang gagah dan sikapnya yang tegap mengisyaratkan ketenangan mulai membungkukkan badannya dengan hormat di hadapan Sera.
"Aku memberi salam pada penerus Pedang suci." Ucap Ardan dengan hormat. "Perkenalkan aku adalah Ardan Vaelstrum, seseorang yang telah di pilih oleh dewi penguasa perang untuk menjaga kuil Flammae Eternae dan melindungi warisan agung yang telah ditinggalkan oleh leluhur kita, yaitu Wrath of the Ancients dan aku juga burung Phoenix yang kau selamatkan di kaki gunung ini." Sambungnya seraya kembali menegakkan tubuhnya
Refleks Sera membelakkan kedua bola matanya dengan sempurna. Jadi, pria ini adalah burung Phoenix yang selama ini menemaninya. Lantas Ardan tersenyum lembut saat menatap Sera.
"Maaf atas, kelancanganku saat itu." Ujar Ardan dengan tiba-tiba.
"O-oh, tak apa-apa. Aku sudah memaafkannya."
Namun, sejenak Sera mengerutkan keningnya bingung dengan sedikit kepala yang miringkan. "Kau sedari tadi menyebutkan kuil Flammae Eternae. Lalu dimana kuil itu?" Tanya Sera.
"Aku tak melihat ada kuil disini." Lanjutnya.
"Tentu saja, karena ini semua hanya ilusi yang aku ciptakan agar tak ada makhluk yang berani mendekati kuil yang telah ku jaga beribu-ribu tahun." Jawab Ardan seraya meletakkan tangannya ke belakang.
"Aku tak mengerti maksudmu." Sahut Sera dengan kening yang semakin berkerut.
Mendengar itu Ardan hanya tersenyum maklum. "Akan aku jelaskan saat kita berada di sana."
Lantas Ardan berjalan terlebih dahulu, mendahului Sera. Namun, seketika Sera terperangah saat ia melihat sebuah kuil tak jauh darinya. Tunggu, sejak kapan ada sebuah kuil megah di belakangnya.
Seketika Sera tersadar saat dirinya ditinggal oleh Ardan. Lantas Sera pun menarik tali kendali Storm agar ikut dengannya ke tempat tersebut.
*****
Kala itu langit di puncak gunung tampak cerah. Dengan kicauan burung yang terdengar sangat merdu. Lucian -pemilik pedang Soulforge Eternity- berjalan terlebih dahulu memimpin rombongannya melalui jalur berliku yang diapit oleh tanaman-tanaman eksotis dan batu-batu besar.
Namun, pada saat mereka melihat puncak pegunungan Flamberge yang tak jauh. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh besar yang mengejutkan mereka semua.
"Suara apa itu?" Tanya Kaelen sembari menatap sekelilingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Conqueror of Blades and Hearts
FantasySatu-satunya harapan Sera adalah diakui dan dicintai oleh putra mahkota. Demi pengakuan dan cinta dari sang Putra Mahkota membuat Sera melakukan segalanya termasuk merencanakan pembunuhan terhadap Eva. Ketidaksukaan Sera terhadap Eva yang membuat at...