Sera berdiri tegak di hadapan Lucian. Dengan sorot matanya yang menusuk dengan tajam. Dalam genggaman tangan kanannya terdapat sebuah pedang yang ia genggam dengan sangat erat.
Sementara itu, Lucian berdiri tak jauh dari Sera. Dengan sebuah pedang yang sama dengan Sera. Sontak Lucian menatap heran Sera. Dengan sedikit miringkan kepalanya.
"Kau yakin ingin melakukan sparing denganku? Kau bahkan sedang mengenakan gaun saat ini." Ucap Lucian dengan ragu.
Matanya kemudian menatap Sera yang menggunakan gaun. Bukankah akan sulit untuk bergerak bagi gadis itu saat melakukan sparing dengannya.
Namun, Sera tidak memperdulikan ucapan Lucian. Ia hanya tersenyum miring. "Anda takut?"
"Apa?" Ucap Lucian dengan mengerutkan keningnya.
"Kau akan sulit bergerak. Jika mengenakan gaun saat kita melakukan sparing. Lain kali saja, aku akan men—"
Namun, tiba-tiba ucapan Lucian terpotong. Saat dengan tiba-tiba Sera menyerangnya dengan cepat ke arah sisi wajah kirinya. Hampir saja dia terkena pedang tersebut.
Jika dia tidak refleks menghindar saat itu juga. Lucian sontak menatap Sera dengan kedua bola mata yang melebar.
"Ada apa denganmu?" Tanya Lucian dengan heran.
Sera menatap dingin pada Lucian. "Lebih baik anda tidak banyak bicara, yang mulia."
Lantas tanpa banyak bicara. Sera kembali menyerang Lucian. Matanya terfokus pada Lucian. seperti biasa dengan gerakan yang gesit. Sera mengarahkan pedangnya pada bagian pinggul yang merupakan bagian yang sulit untuk dihindari.
Namun, di luar dugaannya. Lucian memanfaatkan pedangnya sebagai perisai. Untuk menahan pedang yang hampir mengenai bagian pinggul tersebut. Lantas Sera menatap tajam pada Lucian yang terlihat menahan pedangnya tersebut dengan kuat.
Sebenarnya Lucian cukup terkejut. Saat tiba-tiba pedang Sera mengarahkan pedangnya pada pinggulnya. Untungnya dia bisa menahannya. Dengan cepat Lucian kemudian memutarkan pedangnya.
Sebelum akhirnya diarahkan kembali ke arah Sera. Sera tidak punya banyak waktu untuk berpikir. Dengan insting bertahan yang terasah. Dia bergerak menghindari serangan dengan memutarkan tubuhnya.
Sementara tak jauh dari tempat Lucian dan Sera yang sedang melakukan sparing. Vyora yang ditemani oleh seorang kepala pelayan hanya menatap dengan tenang. Seraya tersenyum tipis saat melihat keduanya.
"Apa perlu saya panggil Sir Kaelen untuk memisahkan mereka, Baginda?" Tanya kepala pelayan dengan nada khawatir.
Sontak Vyora sedikit menolehkan kepalanya ke belakang. "Tidak perlu. Biarkan saja." Ucapnya dengan suara yang tenang.
"Tapi, Baginda –"
"Tidak apa-apa, Vincent. Sepertinya Lady Ravenscorft perlu melampiaskan emosinya." Potong Vyora dengan kedua matanya masih terpaku pada pertarungan tersebut.
"Baik, Baginda."
Sera terus melancarkan serangan-serangannya tanpa henti. Meskipun ia selalu mengarahkan setiap serangannya ke bagian tubuh yang paling sulit untuk dihindari. Tapi Lucian selalu berhasil menangkis serangan-serangannya.
"Sebenarnya kau ini kenapa? Kau sangat agresif sekali saat menyerang. Tidak seperti saat di Flamberge." Ucap Lucian di sela-sela sesi sparing yang terus berlangsung.
"Karena saya sedang kesal pada anda." Sera kemudian mengangkat pedangnya yang ditahan oleh Lucian.
Sontak Lucian menjauhkan tubuhnya. Lalu kembali menangkis saat Sera kembali menyerangnya. "Kau kesal padaku? Memang aku salah apa padamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Conqueror of Blades and Hearts
FantasySatu-satunya harapan Sera adalah diakui dan dicintai oleh putra mahkota. Demi pengakuan dan cinta dari sang Putra Mahkota membuat Sera melakukan segalanya termasuk merencanakan pembunuhan terhadap Eva. Ketidaksukaan Sera terhadap Eva yang membuat at...