CHAPTER 33

19.2K 1.4K 0
                                    

Di tengah hiruk-pikuk kompetisi berburu yang berlangsung di Hutan Eldermyst. Rowan meraba setiap sudut dan celah. Namun, dia belum juga menemukan jejak satu monster pun. Suasana hutan yang terasa begitu tebal dengan misteri. Dengan tiupan angin yang menyisir pepohonan tinggi. Sinar mentari yang menyinari ranting-ranting dedaunan menciptakan saling silang sinar emas yang memukau.

Rowan merasakan sedikit kekecewaan, saat dia menyadari belum juga mendapatkan hasil buruan yang diinginkannya. Padahal dia berniat untuk mempersembahkan hasil buruannya kepada sang kakak.

"Ah, jika begini apa yang akan aku berikan pada kakak."

Suara tapak kuda tiba-tiba merayap masuk ke dalam keheningan hutan. Rowan pun refleks menoleh. Namun, tak berselang lama kedua bola matanya melebar sempurna. Ia melihat Putra Mahkota dengan seorang kesatria berjalan beriringan tak jauh darinya.

Kaelen mengalihkan pandangannya sebentar ke arah samping kiri. Namun, dengan cepat, ia mengalihkan pandangannya kembali saat ia merasa ada orang yang memperhatikan mereka. Benar saja, seorang remaja laki-laki berdiri di sana, sendirian dan tanpa pendampingan seorang kesatria.

"Yang Mulia," Lucian yang tengah bersiap memacu kudanya. Lucian menghentikan kudanya dan menoleh pada Kaelen, mencari tahu apa yang sedang terjadi.

"Bukankah itu putra Grand Duke Ravenscorft?" kata Kaelen sambil menunjuk ke arah Rowan yang terdiam, memandangi mereka dari kejauhan.

Lucian mengikuti arah pandangan Kaelen dan akhirnya memperhatikan keberadaan Rowan. Pandangannya bertemu dengan mata pemuda itu yang terdiam. Lucian memutuskan untuk menghampiri Rowan yang diikuti oleh Kaelen.

Refleks rowan menundukkan kepalanya sebagai tanda penghormatan pada putra mahkota yang berdiri di hadapannya. "Salam hormat pada kekaisaran muda."

"Kau sudah mendapatkan hasil buruanmu ?" Tanya Lucian sesampainya mereka di hadapan Rowan.

Rowan mengangkat kepalanya sedikit, "Ah, belum, yang mulia. Saya pikir, di sini, saya bisa memiliki kesempatan untuk mendapatkan satu monster ternyata saya belum menemukannya."

Kaelen yang berdiri di samping Lucian, mengerutkan keningnya. "Tuan Muda Ravenscorft, Bukankah anda seharusnya didampingi oleh seorang kesatria. Terlalu berbahaya jika Anda berpergian sendirian seperti ini."

"Terima kasih atas perhatian anda, Tuan Kaelen. Tadinya saya memang diikuti oleh beberapa kesatria. Tapi saya sendiri yang menyuruh mereka untuk tidak mengikuti saya. Lagi pula, inikan kompetisi berburu. Jika mereka memilih mengawal saya, percuma saja mereka mengikuti kompetisi ini, jika tidak mendapatkan apapun."

"Tapi tetap saja terlalu bahaya."

"Yang dikatakan dia benar. Kau pun ikut kompetisi ini, otomatis kau dan aku menjadi saingan disini. Jadi, untuk apa kau membuntutiku seperti ini." Lucian menoleh pada Kaelen yang terhenyak.

"Tapi keselamatan, Yang mulia, paling utama bagi saya. Saya bisa mendapatkan satu monster, setelah yang mulia mendapatkannya." Bela Kaelen.

Lucian mendengar alasan Kaelen memutar kedua bola matanya dengan ringan. Rowan, yang berdiri di samping mereka, menyaksikan Putra Mahkota dan kesatrianya berdebat tak bisa menahan tawa kecil yang meluncur dari bibirnya.

"Tapi yang dikatakan oleh Tuan Kaelen itu benar, Yang Mulia. Keselamatan Yang mulia putra mahkota adalah prioritas utama." Kaelen kemudian menoleh dan seketika mengangguk setuju.

"Ah, kalau begitu saya pamit undur diri, Yang mulia dan Tuan Kaelen." Rowan pun sedikit menundukkan kepala sebelum pergi meninggalkan mereka.

Lucian dan Kaelen memperhatikan Rowan yang semakin lama semakin menghilang dari pandangan mereka. Bayangan pemuda itu semakin pudar di antara pepohonan yang lebat, hingga akhirnya tak terlihat sama sekali.

The Conqueror of Blades and HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang