CHAPTER 51

13.4K 1.1K 74
                                    

"Bukan ini sebuah keberuntungan. Selain menculik anak-anak itu untuk di jual. Kita juga mendapatkan perempuan untuk mainan kita malam ini." Ujar salah satu pria berambut hitam.

"Kau benar, Sepertinya perempuan itu seorang bangsawan. Dia mengenakan sebuah kalung yang bernilai tinggi." Timpal pria lain yang duduk di sampingnya.

"Benar-benar sebuah keberuntungan yang berlipat ganda."

Kedua orang yang sedang mengendarai kereta kuda tersebut. Tertawa tanpa henti. Tanpa menyadari jika sedari tadi ada seseorang yang mengejar mereka dari salah satu sisi.

Namun, seketika salah satu dari kedua orang itu. Menarik tali kendali kereta kuda itu secara tiba-tiba. Saat seseorang tiba-tiba muncul di depan jalan yang mereka lalui.

"Apa-apaan kau ini. Kau ingin kita semua mati!"

"Apa kau tidak lihat ada orang yang menghalangi jalannya."

Sontak salah satu dari mereka menatap seorang wanita bergaun putih kebiruan yang berdiri. Menghalangi jalan mereka. Dengan memegang sebuah pedang yang mengeluarkan sinar berwarna merah yang cukup memikat di salah satu tangannya.

Lantas pria berambut hitam itu mengerutkan keningnya dengan heran. Tak lama terdengar sebuah teriakan dari dalam kereta kuda.

"Kenapa berhenti?!" Teriak salah satu temannya yang berada di dalam kereta kuda.

"Ada seseorang yang menghalangi jalannya!" Balasnya dengan kencang.

"Hei, menyingkirlah sebel-"

Seketika ucapannya terputus. Saat sebuah pedang yang sangat bersinar itu terlempar hingga menusuk lehernya dengan cepat. Sontak salah satu temannya yang menemani. Membelakkan kedua matanya dengan sempurna.

Tiba-tiba dengan cepat pedang tersebut kembali tertarik dari leher tersebut. Hingga membuat temannya terjatuh dengan darah yang mengalir.

"Siapa kau seben—Euk"

Namun, sekali sebelum ucapan itu terputus. Akibat sebuah pedang mengayunkan dengan cepat ke arah pria tersebut. Sontak darah tersebut memercik hingga sedikit terkena wajahnya.

*****

Sontak sekelompok pria yang berada di dalam kereta tersebut. Mengerutkan keningnya dengan bingung. "Aku akan memeriksanya."

Namun, begitu pintu kereta kuda tersebut terbuka. Tiba-tiba sebuah pedang dengan cepat menusuk tubuhnya. Membuatnya membelakkan matanya.

Dengan cepat ditariknya pedang tersebut. Hingga membuat pria yang berada di depan pintu kereta kuda tersebut. Terhuyung hingga mengeluarkan darah tanpa henti.

"Sebaiknya kalian ucapkan kalimat terakhir. Sebelum aku membunuh kalian semua."

Aria yang tak sengaja melihat Sera. Sontak membelakkan kedua matanya. Lalu berusaha berteriak meski mulutnya terhalang oleh sebuah kain.

Sera yang mendengar suara ricuh dari dalam kereta tersebut. Lantas mengalihkan pandangannya. Lalu menatap Aria dengan kedua tangan serta mulut yang terikat.

Sera yang melihat itu. Sontak kembali mengalihkan pandangannya pada dua orang yang berada di dalam kereta tersebut. Dengan pandangan yang tajam dan dingin. Serta salah satu tangannya yang mencekram dengan erat hilt pedangnya.

"Siapa kau?!" Ucap salah satu dari kedua orang yang terkejut melihat Sera.

"Menyingkirlah. Sebelum kau yang akan kami habisi." Sahut yang lain.

Sera yang mendengar itu seketika tersenyum sinis. "Sebelum aku yang kalian habisi. Aku yang akan menghabisi kalian terlebih dahulu."

Dengan cepat Sera menarik keluar kedua orang tersebut dari dalam kereta kuda. Sontak kedua orang itu pun meringis sangat mereka di tarik paksa oleh wanita tersebut.

The Conqueror of Blades and HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang