CHAPTER 28

23.4K 1.6K 22
                                    

Setelah kejadian beberapa menit yang lalu. Sera kembali menelusuri lorong istana kekaisaran. Dinding-dinding marmer yang tinggi memantulkan cahaya keemasan dari lampu-lampu gantung yang menghiasi langit-langit lorong.

Udara yang terasa sejuk dan menenangkan seperti ini. Mengingatkan Sera dengan aroma yang menguar dari tubuh Lucian beberapa saat yang lalu. Aroma yang berasal kayu-kayuan yang diperkaya dengan aksen dry dan smokey yang sangat kuat itu sungguh memabukkan bagi siapapun yang mencium aromanya.

"Ah, sial. Kenapa aku mengingatnya." Keluh Sera.

Sera melangkahkan kakinya menuju sebuah taman tak jauh dari aula pesta. Dalam ketenangan tersebut ia terus mengalihkan pikirannya dari kejadian beberapa menit yang lalu dengan Lucian.

Umpatan demi umpatan keluar dari bibirnya tanpa henti, menciptakan riak-riak suara yang terdengar di antara dinding-dinding istana. Namun, meskipun ia terus mengumpat dan mengutuk pria itu tanpa henti. Sera tak bisa menghindari kenyataan jika pesona pria itu hampir membuatnya goyah.

"Jangan sampai kau jatuh cinta lagi padanya."

Sera kemudian menjatuhkan dirinya pada sebuah bangku yang tersedia di taman tersebut. Menghela nafasnya dengan begitu Panjang. Memejamkan mata mencoba untuk mengenyahkan pikiran tersebut.

Di kehidupan sebelumnya dan di kehidupan saat ini, menurutnya pesona pria itu masih sama. Wajahnya tetap mempesona. Bahkan lebih mempesona di kehidupan sekarang. Sera menggigit bibirnya, berusaha mengalihkan pikiran dari pemikiran tersebut. Tetapi, pesona tersebut membentang di hadapannya seperti bayangan selalu menghantui.

Sera menghela nafasnya panjang. Punggungnya lelah merapat pada bangku taman yang menghiasi sudut kecil tersebut. Pandangannya terarah pada langit malam yang membentang luas. Bersemayam dengan kerlip bintang-bintang yang memancarkan keanggunan mereka di keheningan malam.

Tak lama kemudian, Sera memejamkan mata. Menyelam dalam kedamaian yang taman itu tawarkan. Suara angin yang sejuk dan lembut mengusap pipinya, seolah menyuruhnya untuk mengendalikan emosinya. Ketika matanya terpejam, ia membiarkan dirinya terlelap dalam ketenangan ini.

Sayangnya, di tengah ketenangan yang merayap di hati Sera, terdengar suara yang memecah keheningan malam itu. Hentakan-hentakan yang diciptakan oleh benda tajam yang kasar bersentuhan dengan permukaan lantai marmer taman.

Sialan, baru saja ia merasa tenang. Kini suara itu membuyarkan ketenangan yang baru saja ia nikmati. Dalam keadaan mata masih terpejam, Sera bisa mendengar suara itu semakin lama semakin mendekat ke arahnya. Tapi ia lebih memilih tak melakukan apapun saat suara itu semakin dekat ke arahnya.

Ia ingin tahu siapa itu dan apa yang ingin dilakukannya. Sera sedikit membuka mata. Matanya menangkap seorang wanita dengan rambut berwarna kecoklatan yang berdiri di hadapannya. Seketika Sera memandangnya dengan tatapan yang datar kehadiran wanita yang tak ia kenal.

Tapi ada yang menarik perhatiannya yaitu ekspresi wajah yang ditampilkan oleh wanita itu. Bibir yang tertutup rapat, alis yang sedikit diangkat, dan mata yang menatap tajam. Ia bisa menembak jika wanita itu sedang kesal tapi di lain sisi wanita itu seperti sedang menahannya.

Apa aku membuat kesalahan padanya. Batinnya bergumam.

"Sebaiknya anda harus berhati-hati dalam bertingkah, Lady."

Sera mengerutkan keningnya, saat ia mengenali suara wanita itu. Sekejap, ingatannya membawa dia kembali ke beberapa jam yang lalu ketika ia secara tidak sengaja mendengar percakapan antara Lucian dan seseorang. Suara yang ia dengar saat itu terdengar serupa dengan suara wanita yang kini berdiri di hadapannya.

The Conqueror of Blades and HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang