CHAPTER 68

8.2K 922 25
                                    

Sera berjalan di dalam mansion dengan langkah yang ringan. Matanya menjelajahi setiap sudut ruangan dengan rasa ingin tahu yang tak terbendung.

Terkadang saat kakinya menyentuh permukaan lantai. Sera sedikit bersenandung kecil yang diikuti dengan senyum kecil di bibirnya.

Semenjak dia bangun dari tidurnya. Entah mengapa suasana hatinya terasa lebih baik. Lantas Sera memutuskan untuk berjalan menuju taman keluarganya.

Begitu tiba di taman samping mansionnya. Ia membiarkan jari jemarinya menyentuh lembut setiap daun dan bunga yang tumbuh di sekitar sana.

Namun, saat Sera tengah asyik memperhatikan keindahan bunga-bunga. Tiba-tiba saja kehadiran Ardan mengagetkannya. Hingga tak dapat menyembunyikan sedikit decak kecil yang keluar dari bibirnya.

"Kau selalu saja membuatku terkejut." Ucap Sera dengan sedikit kesal.

Ardan tak menjawab. Dia hanya mengerjapkan matanya. Seraya menyembunyikan kedua tangannya di belakang punggungnya.

"Apa yang kau lakukan." Tanya Ardan kemudian.

"Berjalan-jalan. Kau tak lihat, bunga-bunga disini mulai bermekaran." Jawab Sera dengan lembut.

Ardan kemudian mengikuti arah pandang Sera. Dia bisa melihat bunga-bunga yang sedang bermekaran itu. Cahaya matahari yang menyinari taman membuat warna-warna bunga terlihat begitu hidup.

Lantas Ardan kembali mengalihkan pandangannya pada Sera yang tampak terpesona oleh keindahan bunga di depan matanya. Sehingga tanpa sadar gumaman lembut keluar dari bibir Ardan.

"Cantik." Kata itu meluncur begitu saja, tanpa disadari oleh Ardan.

Namun, suaranya cukup terdengar jelas di antara suasana hening di taman itu. Sera yang sebelumnya menatap bunga itu. Tiba-tiba menolehkan kepalanya dengan cepat.

"Cantik?" tanya Sera dengan suara yang sedikit terkejut dan terbata.

Ardan yang menyadari bahwa gumaman itu keluar tanpa disengaja. Sontak mengerjapkan matanya berkali-kali. "Maksudku, bunga-bunga di sana cantik." Ujar Ardan sambil menunjuk tanaman bunga.

Lantas Sera menolehkan kepalanya. Mengikuti arah telunjuk Ardan. Sedangkan Ardan refleks mengumpat dalam hati. Bisa-bisanya dia mengatakan hal itu secara gamblang.

Sera yang melihat itu refleks membulatkan bibirnya. Lalu kembali menolehkan kepalanya pada Ardan. Namun, refleks Sera mengernyitkan keningnya. Sedangkan Ardan yang melihat Sera mengerutkan keningnya hanya menatapnya dengan heran.

"Apa?" Tanya Ardan seraya mengangkat kedua alisnya.

"Mukamu merah." Jawab Sera yang membuat Ardan seketika terdiam.

Namun, saat Ardan hendak membalas. Tiba-tiba terdengar seseorang yang memanggil Sera. Membuat Sera mengalihkan pandangannya dengan cepat.

"Nona, kereta kudanya sudah siap." Ujar salah satu prajurit begitu menghadap Sera.

Sontak Sera menganggukkan kepalanya. "Kau akan pergi kemana?" Tanya Ardan dengan heran.

"Istana. Baginda Ratu ingin bertemu denganku. Jadi, terpaksa aku harus menghadap padanya." Jawab Sera seraya menghela nafasnya pelan.

"Aku akan ikut." Sahut Ardan dengan cepat.

Sesaat Sera bergeming. Ardan yang melihat itu sontak menghela nafasnya. Sebelum kembali melanjutkan kalimatnya. "Aku akan menunggu di luar."

"Bukankah akan lebih baik. Jika menunggu di taman istana?" Ujar Sera seraya tersenyum tipis.

*****

The Conqueror of Blades and HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang