Di sisi lain, Ardan terus melangkah dengan pandangan yang terus bergerak ke kiri dan kanan. Mengawasi sekeliling dengan cermat. Lantas tiba-tiba Ardan merasakan adanya energi yang kuat yang terpancar dari sebuah jalan kecil yang berada di antara dua bangunan yang rapat.
Seketika itu juga langkahnya terhenti. Matanya menatap tajam jalan kecil tersebut. Perasaan kuat tentang energi misterius di jalan kecil itu memicu rasa penasaran yang tak terbendung dalam dirinya.
Tanpa ragu Ardan dengan cepat beralih arah menuju jalan kecil tersebut. Memasuki gang sempit tersebut dengan langkah mantap. Matanya terus memerhatikan sekeliling. Mencoba untuk menemukan sumber energi yang dirasakannya sebelumnya.
Namun, semakin dalam Ardan menelusuri gang itu. Harapannya mulai pupus ketika jalan yang dia ikuti tiba-tiba berujung pada jalan buntu. Sontak Ardan berdecak dengan kesal.
Pasalnya energi itu langsung hilang begitu dia berdiri di sana. Lantas Ardan mengedarkan pandangannya ke sekitar. "Sial, aku kehilangan mereka lagi."
*****
Sera terus melangkah di tengah kerumunan yang semakin ramai. Langkahnya berirama dengan suasana festival yang begitu menggema.
Namun, meskipun begitu tak jarang matanya melirik ke belakang. Saat merasakan adanya sosok yang mengikutinya di antara keramaian.
Refleks sebuah desisan pelan keluar dari bibirnya. Walau begitu Sera terus meneruskan langkahnya dengan kepala yang tetap tegak.
Begitu kakinya melangkah memasuki lorong akademik yang sunyi. Sera tiba-tiba menghentikan langkahnya di tengah lorong yang sunyi itu. Dia menghela napas dalam-dalam dengan ekspresi gusar yang terpancar di wajahnya.
Sementara, Lucian yang telah mengikuti langkah gadis itu sejak tadi. Hanya diam memandang Sera dengan ekspresi datar yang sulit ditebak. Dengan tangannya berada di saku celana menunjukkan sikap tenangnya.
"Berhenti mengikutiku." Desis Sera dengan nada kesal.
"Kau menghindariku." balas Lucian dengan suara datar. Tatapan matanya tetap menatap lurus ke arah Sera.
"Aku tak menghindarimu." Ujar Sera dengan tetap mempertahankan posisinya. Tanpa mau membalikkan badannya untuk berhadapan dengan Lucian.
Lucian yang mendengar itu seketika menyunggingkan senyumnya. "Tatap aku jika kau benar-benar tidak menghindarimu."
Sesaat Sera menghela nafasnya. Sebelum akhirnya ia membalikkan badannya. Seraya menatap datar pada Lucian. "Jika kau tak memiliki keperluan. Sebaiknya berhenti mengikutiku."
Setelah mengatakan itu Sera kembali melanjutkan langkahnya. Sayangnya, baru beberapa melangkah. Seketika Sera menghentikan langkahnya. Saat Ardan tiba-tiba muncul di hadapannya.
Sontak Sera mengerjapkan matanya tak percaya. "Sudah selesai?"
Ardan menganggukkan kepalanya. Matanya seketika jatuh pada Lucian yang berdiri di belakang Sera. Ardan bisa melihat sorot mata tajam pria itu pada dirinya.
Namun, sayangnya Ardan tak memperdulikan tatapan yang berikan oleh pria itu. Lantas Ardan kembali mengalihkan pandangannya pada Sera.
"Ayo, kita pergi menemui keluargamu." Ujar Ardan yang kemudian diangguki oleh Sera.
Tapi Ardan seketika terdiam saat mendengar perkataan yang dilontarkan oleh Lucian padanya. Lantas Ardan menolehkan kepalanya.
"Apa maksud perkataan yang kau lontarkan beberapa hari yang lalu." Ujar Lucian dengan datar.
"Kau yakin masih tidak mengerti?" Ejek Ardan secara terang-terangan. "Padahal sudah dua kali kau memimpikannya." Sambungnya.
Lucian yang mendengar itu refleks mengerutkan keningnya. Sedangkan Ardan sedikit menyunggingkan senyumnya. "Apalagi mimpi keduamu itu sangat jelas bagaimana tindakanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Conqueror of Blades and Hearts
FantasySatu-satunya harapan Sera adalah diakui dan dicintai oleh putra mahkota. Demi pengakuan dan cinta dari sang Putra Mahkota membuat Sera melakukan segalanya termasuk merencanakan pembunuhan terhadap Eva. Ketidaksukaan Sera terhadap Eva yang membuat at...