CHAPTER 45

15.7K 1.2K 13
                                    

Lucian seketika mengerutkan keningnya dengan heran. Saat dia merasa aneh oleh langkah gadis di depannya ini. Seketika pandangannya tertuju pada kaki Sera yang seolah-olah secara sengaja mengarahkan sepatu berhak tingginya itu pada kakinya.

Kemudian matanya menatap Sera yang sedikit menyeringai padanya. "Ah, sepertinya kau mengincar kakiku sedari tadi." sindir Lucian.

Sera hanya tersenyum tipis sebagai tanggapannya. "Bagaimana Anda mengetahuinya, yang mulia." Ujar Sera dengan nada ringan.

"Karena kau selalu berusaha untuk menginjak kakiku." balas Lucian sambil tersenyum tipis.

Lantas Lucian dengan sigap menjauhkan kakinya. Sebelum sepatu berhak tinggi milik Sera mengenai kakinya. Sontak Sera yang selalu gagal. Hanya bisa tersenyum kecut sambil menahan rasa kesalnya yang mulai memuncak.

Sialan. Batinnya.

"Karena Anda sudah mengetahuinya. Bisakah Anda memberikan satu kaki Anda kepada saya." Ucap Sera dengan sedikit bergurau.

"Kau harus berusaha lebih lagi kalau begitu."

Sontak Sera memutarkan kedua bola matanya dengan malas. Tapi, matanya tak sengaja menatap satu sosok yang berdiri di antara para tamu undangan yang tengah menyaksikan dirinya dengan Lucian berdansa.

Sontak raut wajah Sera berubah menjadi datar. Saat Eva seketika melemparkan senyuman pada dirinya. Namun, Sera kembali mengalihkan pandangannya pada Lucian. Begitu pria itu kembali berbicara padanya.

"Seperti kau memiliki dendam padaku." Tebak Lucian dengan kedua matanya yang tak pernah lepas pada wajah gadis di depannya.

"Karena anda mirip dengan seseorang yang membuat saya hampir mati. Beruntung dewa menyayangi saya."

Sontak Lucian kembali mengerutkan keningnya tak mengerti. "Aku mirip dengan seseorang?"

"Ya, Anda mirip dengannya."

Sontak Lucian terdiam. Matanya terpaku pada tatapan Sera yang terlihat sedikit berbeda dari sebelumnya. Pada saat yang sama, alunan melodi yang sebelumnya mengiringi langkah-langkah dansa mereka seketika berhenti.

Dengan cepat, Sera mengambil langkah mundur dan melepaskan dirinya. Sedangkan Lucian masih terdiam dengan pandangan yang tak mengerti.

"Terima kasih karena telah mengajak saya berdansa, yang mulia. Kalau begitu saya mohon pamit undur diri." ucap Sera dengan suara yang rendah.

Ia menundukkan sedikit kepalanya sebagai tanda penghormatan. Sebelum akhirnya Sera memutuskan untuk pergi. Meninggalkan lantai dansa.

*****

Sera seketika menghembuskan nafasnya dengan gusar. Saat ini dirinya berdiri di lorong koridor istana. Jauh dari gemerlap dan riuh rendah pesta yang masih berlangsung di dalam. Setelah selesai berdansa dengan Lucian ia langsung bergegas keluar menghindar dari kerumunan orang-orang.

Sera seketika berdecak pelan. Lalu ia juga memukul pelan kepalanya sendiri. "Bodoh, kenapa aku mengatakannya." Gumamnya pelan.

Lalu ia kembali menghela nafasnya. Rasanya ia ingin kembali ke mansion saja. Untuk menenangkan dirinya. Tapi, di mana Ardan? Di mana pria itu saat ini?

Sera mengedarkan pandangannya ke sekitar, mencari jejak Ardan. Tadi pria itu mengatakan akan ke kamar kecil sebentar. Namun hingga saat ini, tak ada tanda-tanda kemunculannya. Hal itu sontak membuat Sera menggeram kesal.

"Jangan bilang dia meninggalkanku sendirian." Gumam Sera dengan kesal.

"Jika iya, awas saja akan aku tebas kepalanya saat bertemu nanti." Sambungnya.

The Conqueror of Blades and HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang