Tepat pada siang itu matahari terik menerangi tempat latihan yang biasa digunakan oleh kesatria lainnya. Dalam suasana yang tenang Sera duduk di bawah pohon besar yang memberikan sedikit naungan
Sementara Rowan berdiri di ujung lapangan. Menggenggam busur panah dengan erat. Suasana di sekitarnya dipenuhi dengan rintihan angin yang sejuk dan desiran daun-daun yang terusir oleh hembusan angin lembut.
Rowan mengangkat busur panah dengan penuh konsentrasi. Matanya terfokus pada target yang jarak jauh dari hadapannya. Dalam sekali hembusan nafas, ia mengeluarkan anak panah dengan gemilang.
Dan tepat mengenai sasaran yang telah ditentukan. Sera yang duduk di bawah pohon tidak bisa menahan kagum saat melihat keahlian adiknya dan tanpa sadar bertepuk tangan dengan semangat.
Anak panah itu seolah-olah terikat dengan benang tak terlihat yang membimbingnya langsung ke sasaran. Setiap gerakan Rowan dipenuh dengan kepastian serta keakuratan. Rowan yang mendengar suara tepuk tangan yang tak jauh darinya itu segera mengalihkan pandangnya. Menghampiri Sera yang tengah terduduk dengan beberapa camilan dan minuman yang disediakan oleh para pelayan.
"Kau tak latihan, Kak?" Rowan terduduk di samping Sera yang tengah memangku dagu tersebut.
"Tidak."
"Eung, tumben sekali."
"Ah, aku hanya ingin menemanimu saja hari ini." Sera mengalihkan pandangnya pada birunya langit yang sang luas. "Sudah lama sekali, bukan. Kita tak bersama seperti ini."
Rowan menganggukkan kepalanya. "Jika diingat-ingat ini pertama kalinya lagi kakak kembali menemaniku latihan. Biasanya kakak sibuk bersama Madam Loren."
Sera tersenyum tipis. Terakhir kali ia menemani adiknya latihan itu. Saat dirinya di umur 13 tahun. Saat itu pun Rowan berumur 10 tahun. Setelah itu, ia sudah tidak pernah lagi menemaninya. Karena sibuk belajar bermacam etika yang menurut sangat memuakkan tersebut.
"Untungnya kakakmu ini cepat menyerap semuanya pelajaran dari Madam Loren. Jadi aku bisa menyelesaikannya dengan jangka waktu yang singkat."
"Itu sangat bagus. kalau aku jadi kakak. Mungkin bisa gila mempelajari begitu banyak etika."
"Bukankah sama saja sepertimu."
"Setidaknya aku tak sebanyak dirimu yang harus dituntut ini dan itu."
Sera terkekeh geli. "Kau ini."
Suara tawa terdengar dari Rowan. Sera menatap Rowan dengan tulus. Bagaimana bisa dulu ia merubah adiknya yang penuh kecerian ini menjadi seseorang yang dingin tak tersentuh. Dia tak bisa menahan senyum bangga melihat adiknya tumbuh dan berkembang dengan baik. Di satu sisi, ia sangat bersyukur di berikan kesempatan kedua dalam hidupnya untuk memperbaiki semuanya. Benar kali ini ia tak akan menyusahkan adiknya ini.
"Tapi, Kak. Aku ingin bertanya yang berada di sampingmu itu apa?" Tanya Rowan dengan penasaran. Sebab sejak kedatangannya ke tempat Latihan. Matanya langsung tertuju pada sebuah kotak besar yang berada di samping Sera.
Tiba-tiba Sera tersadar akan hadiah istimewa yang telah ia persiapkan untuk Rowan. Bagaimana ia bisa melupakan hal itu. Sera kemudian mengambil kotak tersebut. Dan menyerahkannya ke hadapan Rowan.
"Ah, ini, untukmu." Sera meletakkan kotak tersebut dihadapan Rowan. "Aku menyiapkannya untukmu. Kuharap kau menyukainya."
"Tapi hari ulang tahunku masih lama."
"Kau pikir, hadiah harus diberikan di hari ulang tahun saja. Cepat buka."
"Ah, baiklah."
Seketika senyum bahagia muncul di wajahnya Rowan. Saat dia melihat hadiah tersebut. Diaa tak menyangka dengan hadiah yang diberikan oleh Sera. Matanya berbinar-binar menatap hadiah tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Conqueror of Blades and Hearts
FantasiSatu-satunya harapan Sera adalah diakui dan dicintai oleh putra mahkota. Demi pengakuan dan cinta dari sang Putra Mahkota membuat Sera melakukan segalanya termasuk merencanakan pembunuhan terhadap Eva. Ketidaksukaan Sera terhadap Eva yang membuat at...